"Aku berbicara indah dan panjang lebar seperti itu, kamu pikir aku hanya akting?" Pertanyaan saka yang membuat senyum arini memudar.
Lentik indah bulu kedua matanya tak berhenti mengerjap saat Saka memarahi dirinya.
"Aku serius, Arini! Entah sejak kapan rasa itu muncul tapi yang jelas aku ingin hubungan kita benar-benar serius," kata Saka meraih tangan Arini yang mulus tanpa noda sedikitpun.
Glek
Arini menegak salivanya dengan paksa. Ia tak menyangka jika dokter tampan yang sangat hobi menggodanya, diam-diam memiliki perasaan kepadanya.
Tenang Arini tenang! Kamu harus waspada dengan ucapannya. Jangan sampai mempermalukan diri kamu hanya karena pernyataan cintanya yang terlihat sangat tulus. Ini yang ke 99 kali dia menyatakan perasaannya. Tapi, itu semua hanyalah sebuah candaan belaka baginya.Yach, meski sebenarnya aku mengharapkan cintanya! gumam batin Arini mengernyit menatap saka yang menunggu jawaban darinya.
"Bagaimana? Apa aku
"Apa aku harus mempercayainya? Jujur, aku sangat malu dengan tingkah lakumu itu. Sangat mengecewakan!" ketus Devian pergi meninggalkan aura seorang diri.Aura mendesah sebal. Kepalan tangannya mulai menghantam meja yang ada di depannya."Lagi lagi, aku gagal menjatuhkannya!"Kedua matanya memicing dan dengan cepat mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Amarah aura semakin memuncak saat nomor telepon yang akan ia hubungi tidak dapat di hubungi."Kenapa mereka tak bisa di hubungi, sih?"Aura semakin kesal."Mereka hanya salah paham!" Perkataan Saka yang mulai melintas di benak aura."Apa ini hanya alasan saka saja untuk menutupi hutang mereka?" tanya Aura menebak."Tak mungkin juga jika keluarga Arini sanggup membayarnya."Di rumah, Arini terbangun dari tidurnya. Ia baru menyadari telah membiarkan saka menunggu."Bukankah kamu bilang akan menjenguk Bunda Elena? Hari ini, aku memiliki
Bukankah aku sudah bilang, kalo pernikahan kita tetap harus berjalan?"Arini terkejut, lentik indah kedua bulu matanya tak berhenti mengerjap saat saka menatapnya dengan tajam."Dokter!" keluh arini seakan lelah dan tak mau mendengarkan candaan saka kepadanya."Aku harus bagaimana lagi supaya kamu percaya bahwa semua perkataanku ini serius?"Saka mendekat. Kedua bola matanya tak berhenti menatap wanita yang kini telah mengisi hatinya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai memberanikan diri untuk menyentuh pipi mulus yang dimiliki arini."Aku ingin kita selalu bersama. Tidak hanya menjadi partner dalam bekerja tapi aku ingin kamu menjadi partner dalam hidupku!"GlekArini menegak salivanya dengan paksa. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu untuk berkata-kata. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat saka mencium bibirnya dengan mesra.DegJantung arini berdetak begitu kencang. Hati
Sebuah foto yang membuat arini tak berhenti mengingatnya. Kapan dan di mana foto dirinya itu. Senyum indahnya terlihat natural dan sangat manis."Bunda dapat dari saka. Apa kamu tak punya foto kamu yang manis ini?" tanya bunda yang mengejutkan Arini.Arini menoleh menatap saka yang tersenyum seraya menaikkan alis tebalnya."Apa kamu menginginkan foto itu? Aku punya banyak koleksi foto kamu," lirih Saka mengejutkan wanita yang kini telah resmi menjadi tunangannya."Koleksi fotoku?" tanya arini penasaran. Dahinya mengernyit seraya berpikir. Bagaimana bisa saka mendapatkan foto darinya sedangkan dia tak merasa pernah berfoto berdua dengannya.Ia mendongak melihat ke arah ponsel saka yang memang penuh dengan foto dirinya.Kedua matanya mengerling dan seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat."Apa kamu ingat foto ini?" tunjuk saka ke arah foto arini yang terlihat sangat polos dan wajah cantiknya belum berpoles make-up sama sekali.
"Jangankan vitamin, kalaupun aku minum obat tidur, aku juga tak akan bisa tidur," gumam arini lagi-lagi membuat saka berpikir untuk menjawab pertanyaannya."Kok bisa?""Karena ciumanmu itu membuatku sulit untuk memejamkan mata," jawab arini yang kini membuat wajah tampan tunangannya berseri-seri.Keesokan harinya, arini mulai terbangun dari tidurnya. Kedua matanya mengernyip dan berputar mencari keberadaan saka dan bunda elena."Kemana dia?" tanya batin arini merindukan sosok tunangannya itu. Belaian tangannya, dekapan hangatnya membuat arini tak mampu mengatur ritme detakan jantung yang berdetak begitu kencang. Hati kecil arini kian berbunga-bunga saat teringat kejadian semalamSesaat, Senyum arini tertoreh ketika sosok orang yang mengisi hatinya datang membawakan sekuntum bunga mawar merah untuknya."Selamat pagi, tunanganku yang manis!" kata saka menyodorkan bunga tersebut tepat di depan wajah cantik arini."Apaan, sih!
Saka melepas dekapannya. Dengan gayanya yang khas, ia melipat kedua tangannya seraya menatap arini yang tertunduk."Apa kamu keberatan? Jika kamu keberatan, ambillah!" pinta Saka sembari mendongakkan wajah cantik tunangannya tersebut.Arini menyeringai. Dengan cepat dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Arini mengecup bibir sexy yang terdiam di hadapannya."Kata siapa keberatan? Aku juga menginginkannya," jawab Arini tersenyum tipis.Tubuh saka seketika meremang. Senyum manisnya mulai mengembang saat arini mulai memperlihatkan keromantisan yang tidak terduga.Senyum arini memudar. Dahinya mengernyit melihat saka yang terus saja memandang dirinya."Sudahlah! Jangan membuat aku tambah salting," ujar arini tersipu malu.Saka menyeringai. Perlahan, ia kembali mendekap arini sembari memandang pemandangan yang ada di depannya."Baru kali ini, aku merasakan kebahagiaan yang hakiki!"Ucapan tulus sang dokter membuat arini tak
"Biar saya yang menanganinya, Dok!" kata arini mengejutkan saka."Arini, tapi?""Kamu lupa, dulu aku pernah menjadi asisten dokter Paula sebelum menjadi asisten kamu?"Seketika, panggilan yang sudah melekat di diri mereka kembali lagi.Saka menegak salivanya dengan paksa. Jika sudah ada kemauan, ia tak bisa menghentikan langkah tunangannya itu. Ambisinya untuk menolong seseorang begitu tinggi tanpa peduli resiko yang akan dihadapi.Semangatnya, jiwa sosialnya begitu membara. Andai kalo bukan karena hutang, ia tak mungkin melepas pekerjaan yang selama ini ia perjuangkan dengan susah payah."Gara-gara aku, kamu harus merelakan pekerjaan yang sudah menjadi bagian dari dirimu. Jika alya sudah sembuh, aku janji akan mengembalikan pekerjaanmu itu seperti semula!" gumam saka berlari mengikuti mereka yang berlari terlebih dulu.Sesampai di tempat tujuan, Saka menemani Arini menangani pasien yang akan melahirkan.
Aduh! Bagaimana bisa aku lupa mengatakannya pada dia, kalo ternyata perhiasanya di ambil oleh kakak!" gumam batin arini menggigit bibir bawahnya."Arini, bagaimana?" sahut ayah terkejut saat arini menggelengkan kepalanya."Bagaimana ini? Apa kejadian ini akan mempengaruhi pernikahan kamu nanti?" tanya ibu panik. Ia sangat takut jika keluarga saka akan berubah pikiran untuk menikahi putrinya. Padahal, ibu sudah memberitahu pada semua orang akan rencana pernikahan arini yang akan di adakan sebulan lagi.Arini menggigit bibir bawahnya. Kedua matanya tak berhenti menatap ke arah kedua orangtuanya yang terlihat begitu khawatir dengan apa yang terjadi.Kakak bener-bener kelewatan! Jika aku menemukannya, aku tak akan mengampuninya! gumam batin arini seraya mengepalkan tangan kanannya.Di rumah sakit, Saka terkejut melihat Farel berlari tergopoh-gopoh menuju ruang IGD. Terlihat jelas, ia membawa seorang wanita yang sedang terluka parah."Suste
"Siapa yang menelponmu?" tanya arini penasaran.Saka terdiam saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Arini."Kenapa diam? Apa kamu mencoba untuk berselingkuh?"Saka menyeringai. Ia tak menyangka di balik sifat tomboy sang kekasih ternyata juga memiliki sifat posesif padanya. Dengan lembut, saka membelai rambut panjang arini yang terurai panjang. Secara perlahan, ia mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Tunanganku yang cantik, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti itu? Kamu tau kan, dalam sejarah hidupku tak ada kata selingkuh yang terjadi padaku. Justru, aku sangat takut jika kamu yang selingkuh dan meninggalkanku seperti mantan kekasihku dulu," tutur saka yang membuat senyum arini tertoreh.Sesaat, gelak tawa Arini pecah melihat kekasih hatinya begitu serius menanggapi pertanyaannya."Kenapa ketawa? Apa ada yang lucu?" tanya saka penasaran."Ternyata asyik juga godain kamu seperti ini, lucu!" ujar Arini tak ber
"Iya," jawab Arini seraya melipat bibirnya."Apa mungkin kita bisa sampai rumah sebelum acara kita di mulai?" Pertanyaan Saka yang membuat rasa cemas Arini datang menghampiri."Jika kita datang terlambat, apa iya kita akan gagal menikah lagi?" tanya Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.Saka menoleh dan tersenyum menatap arini yang begitu takut kehilangan dirinya.Dengan belaian lembut dan perhatian, Saka membelai rambut Arini yang masih terurai rapi dengan hiasan cantik di kepalanya."Aku tak akan biarkan itu semua terjadi. Pernikahan kita akan terlaksana meskipun cobaan datang menghadangku!" ucap Saka membuat hati Arini sedikit lega. Senyumnya mengembang. Kegigihan Saka memang sudah tak bisa di ragukan lagi."Maaf, Dok. Pak Bondan ingin bicara dengan Anda," ucap sang sopir menyodorkan ponsel ke arah Saka.Ada apa lagi pak Bondan ini. Apa dia tidak bisa berbicara padaku saat aku tiba di sana! kata batin Saka menghela nafas panjang dan menatap nama pak Bondan yang tertera
"Kenapa? Dia sedang tidur. Dan tak masalah jika aku menciummu di depannya," tutur Saka yang mengejutkan Arini."Benarkah dia tertidur?" tanya Arini menoleh menatap sang buah hati ya memang tertidur pulas.Tak biasanya dia tertidur pulas seperti ini? Apalagi tidur tanpa susu sebelumnya? kata batin Arini berpikir.Lamunan Arini buyar saat saka mentoel dagu indahnya."Melamun apa?" tanya Saka mengernyit.Arini menyeringai."Tidak. Hanya saja, Andara tak seperti biasanya. Tertidur lelap seperti ini. Biasanya, kalo dia ingin tidur, dia tak jauh-jauh dari susu," tutur Arini mengernyit heran. "Benarkah? Tapi, sejak tadi malam dia tertidur pulas di gendonganku," kata Saka duduk dan merebahkan tubuh mungil andara tepat di pangkuannya."Coba kamu periksa dia! Aku takut terjadi sesuatu padanya," gumam Arini memegang kening dan pipi chubby yang di miliki putranya itu."Bagaimana? Panas?" tanya Saka memastikan."Tidak! Suhu tubuhnya normal," ucap Arini seraya melipat bibirnya.Saka menghela nafa
Arini menoleh. Kedua bola matanya terbelalak kaget dan seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Lelaki yang akan menjadi suaminya terlihat baik-baik saja. Begitu gagah memakai seragam operasi yang di kenakan. Dia baik-baik saja! gumam batin Arini tersenyum saat Saka menoleh ke arahnya.Saka tersenyum dan berjalan menghampiri wanita dan putra kecilnya yang juga tersenyum ke arahnya."Dia menangani orang yang hampir saja menabrak mobilnya dan dia menyuruh kami untuk menunggunya di sini bersama jagoan kecil kalian ini," tutur Devian menjelaskan sembari mengusap rambut lembut yang dimiliki Andara."Iya. Andara sangat pintar. Dia sama sekali tak rewel saat Saka sibuk menolong orang kecelakaan," sahut Adelia mengusap punggung Alya yang berada dalam gendongannya."Iya. Terimakasih sudah menjaga Andara!" ucap Arini tersenyum senang mendengarnya."Iya. Sama-sama. Kalo begitu kami ke depan dulu, ya!" gegas Devian pergi bersama anak dan istrinya.Lentik indah bulu mata Arini tak berhenti me
Sesaat, dahi ibu mengernyit. Langkah kakinya mulai berjalan menghampiri Farel yang sibuk dengan benda layar pipih tersebut."Apa? Mereka kecelakaan!" kata Farel mengejutkan ibu dara.."Kecelakaan?" tanya ibu terkejut.Farel menoleh. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat suara ibu mengagetkan dirinya. Dengan cepat, ia mematikan ponsel dan memasukkan ke dalam saku jas hitam miliknya."Siapa yang kecelakaan? Apa terjadi sesuatu dengan Saka dan keluarganya? Keponakan kamu bagaimana?" tanya Ibu memastikan.Farel tersenyum dan memegang bahu ibunya yang tertutup dengan kain batik yang di kenakan."Saka dan keluarganya baik-baik saja, Bu. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini," tutur Farel menjelaskan."Trus, siapa orang yang kamu maksud? Siapa yang kecelakaan?" tanya Ibu masih penasaran.Farel menghela nafas panjang. Beginilah jadinya jika ibu mendengar berita yang menghebohkan. Harus menjelaskan secara detail agar tak salah paham ke depannya."Yang kecelakaan adalah teman-te
Terserah ka ...," kata Arini terbelalak kaget saat saka meraih tangannya dan mencium bibirnya dengan mesra. Rasanya memang sangat berbeda. Semoga, hari ini dan seterusnya aku merasakan hal yang indah seperti ini. Tidak canggung lagi, tidak ada pertengkaran batin lagi dan bisa mencintai dia lagi. Momen inilah yang sangat aku rindukan selama ini! gumam batin Arini membalas ciuman mesra tersebut.Kedua tangannya dengan erat memegang t-shirt hitam yang di kenakan oleh Saka. Saka mulai melepas ciuman itu secara perlahan. Senyum manisnya tertoreh menatap wajah cantik mempesona yang berada dalam dekapannya."Secepatnya! Secepatnya aku akan meresmikan hubungan ini," ucap Saka memegang kedua pipi chubby Arini.Arini tersenyum sembari menganggukkan kepala. Sebuah isyarat kalo iya sangat setuju dengan apa yang telah di putuskan oleh Saka.Sesampai di rumah, Arini terkejut saat melihat kamar miliknya terhias cantik layaknya seperti pengantin baru. Terhias bunga-bunga mawar, lampu yang bersina
"Arini, apa dia Andara?" tanya Farel yang mengejutkan semuanya. "Bagaimana kakak tau kalo dia adalah Andara?" tanya Arini penasaran. Farel mengangkat tubuh andara dan memangku tepat di atas pahanya. "Ya, saka yang memberitahu kakak," jawab Farel yang lagi dan lagi mengejutkan mereka. Perkataan Farel yang membuat rasa penasaran mereka bertambah. Seakan tau kehidupan Saka sehari-harinya. "Saka? Saka siapa yang kakak maksud?" tanya Arini memastikan dan berharap saka yang di maksud bukan ayahnya andara, tapi orang lain. "Siapa lagi kalo bukan saka tunanganmu itu," tegas Farel yang membuat arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Arini termenung, terdiam memikirkan semua ucapan dari kakaknya. Rasa bersalah yang selama ini ia lakukan pada Saka mulai menghampiri dirinya. "Waktu itu kakak berniat untuk bertobat sesuai kemauan ayah, tapi banyak sekali masalah yang menimpa kakak. Menahan lapar setiap harinya dan juga sempat menjadi gelandangan, kakakpun juga mengalaminya. Untu
"Meskipun kami saling mencintai, kami tetap tidak bisa bersama, Bu!" tukas Arini menjelaskan."Apa penolakanmu ini karena janji dengan almarhum kakek Rendra?" tanya ibu yang mengejutkan Arini."Almarhum?" tanya Arini mengernyit.Sepulang dari rumah sakit, Saka bergegas menuju ke rumah Arini. Rasa rindu tak tertahan pada sang putra membuatnya tak bisa jauh lagi."Andara, kamu benar-benar membuat daddy rindu!" gumam Saka seraya menatap ke arah baju yang sudah terbungkus rapi dalam totebag."Semoga ukurannya sesuai dengan tubuh kamu!" gumam Saka meletakkan totebag itu tepat di sampingnya." Kita langsung ke rumah tadi pagi, ya Pak!" perintah Saka ke arah sopir pribadinya."Baik, Pak!" jawab sopir itu menambah kecepatan laju kendaraannya.Arini menghela nafas panjang. Kedua matanya mengerling menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebuah jam yang menunjukkan pukul 8 malam. "Sayang, ini sudah malam, lho! Kenapa kamu masih sibuk main? Kamu nggak ngantuk?" tanya
Sesaat, ia terbangun. Kedua bola matanya seakan tak mampu mengerjap melihat sebuah foto Andara berada dalam dekapannya Saka. Apa kamu tak ingin ke sini? Ke pantai, bersamaku dan bersama putra kita! Sebuah pesan yang membuat Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Putra kita? Kenapa dia bilang seperti itu? Apa dia sudah tau yang sebenarnya?" Arini seakan tak percaya. Berulang kali ia menatap ke arah layar pipih itu dan berharap penglihatannya salah. Tapi, harapannya sirna. Foto yang di kirim oleh Saka, memang benar-benar nyata. Sama sekali tak memakai sistem edit."Tidak! Dia tak boleh mengambil Andara dariku!" gegas Arini mengambil kunci dan pergi meninggalkan tempat usahanya. Semua karyawan yang baru datangpun terkejut melihatnya. Kedua mata mereka seakan tak berhenti menatap ke arah Arini yang pergi dengan buru-buru."Tumben si boss sudah tiba sebelum kita datang?" tanya Salsa seraya mengernyit menatap mobil atasannya itu mulai hilang dari hadapan mereka."Iya. Akhir-a
Siapa lelaki yang mau menjadi suami pura-puranya arini? tanya Saka dalam hati dan melangkah menghampiri.Saka mencoba untuk tersenyum dan bersikap santai menyikapi akting yang akan di jalankan oleh mereka."Maaf, sudah membuat kalian menunggu!" kata Saka teekejut saat suami pura-pura arini menoleh ke arahnya."Saka?" kata Adrian spontan mengejutkan mereka. Terutama Arini.Arini seakan tak mampu menegak salivanya saat mendengar ucapan Adrian."Kak Adrian mengenalnya?" bisik Arini penasaran.Saka mengernyit menatap mereka yang sedang berdiskusi untuk berakting di depannya.Ia menghela nafas seraya menyeruput minuman yang sudah ia pesan lebih dulu."Arini, dia sahabat kakak. Dan tak mungkin juga, aku berakting sebagai suami kamu. Dia tak mungkin percaya! Dia terlalu jenius untuk di bohongi," jawab Adrian dengan nada pelan.Arini menghela nafas panjang. Ia tak menyangka jika rencananya akan gagal total seketika. Tak sesuai harapan.Ini sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di depanny