Beranda / Romansa / Menikahi Dua Pria / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Menikahi Dua Pria: Bab 41 - Bab 50

108 Bab

Bab 41. Perang Terbuka

"Selamat datang, Nona."Tampak Kosuke tergesa, menyambut Aira yang kini sampai di depan pintu. Ekor matanya menangkap sosok Erina yang baru keluar dari dalam lift, berjarak beberapa meter darinya.Wajah Kosuke menegang, kehabisan kata untuk menghadapi dua wanita di poros yang berbeda itu. Tentu saja dia lebih condong di pihak Aira. Selain karena dia wanita pendamping tuannya yang resmi, juga karena sifat dan tabiat wanita ini yang jauh lebih baik dibanding nona Sawaguchi."Nona, Anda ....""Aku sudah tahu siapa dia." Aira lebih dulu bersuara, berbisik seperti yang Kosuke lakukan barusan. Dia bisa menangkap pertanyaan yang akan diucapkan oleh asisten suaminya."Apa dia tidak tahu tentang pernikahan kami?" To the point Aira bertanya. Tidak ada kesempatan untuk berbasa-basi. Waktu mereka terbatas sebelum Erina sampai di dekat mereka. Lima detik yang sangat berharga."Tidak tahu, Nona. Dia baru kembali beberapa hari yang lalu. Tuan Besar juga menyembunyikan identitas Anda.""Syukurlah. Ja
Baca selengkapnya

Bab 42. Kecurigaan Erina

"Kamu yakin dia suka pakaian seperti ini?" Erina mengerutkan kening, merasa sangsi dengan saran yang diberikan Aira. Selama ini, dia tahu kalau Ken jijik dengan gadis yang memakai pakaian warna-warna mencolok dengan riasan wajah yang tebal. Namun, Aira justru memberikan saran tidak masuk akal."Benar. Kalau Nona tidak percaya, tanyakan saja pada Kosuke. Dia yang lihat sendiri pakaian seperti apa yang dikenakan dan make up tebal nyonya muda Yamazaki." "Jangan mengada-ada. Kenapa aku pikir kamu seperti sengaja menyesatkanku?"Aira segera menggeleng tegas, menyilangkan tangan di depan dada. "Mana mungkin saya berani!"Atensi Aira beralih pada Kosuke."Kosuke, aku tidak berbohong, kan? Kamu memang lihat penampilan istri Ken waktu itu? Lipstiknya merah merona seperti darah." Aira berapi-api membicarakan dirinya sendiri, melirik asisten pribadi suaminya yang seketika membola matanya."Kamu memanggil Ken dan Kosuke dengan nama mereka? Kalian sedekat itu?" Erina gagal fokus, mengerutkan kenin
Baca selengkapnya

Bab 43. Tekad Bulat Erina

"Kenapa aku harus menjawab?" tanya Kaori, menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Erina. "Kamu bukan pasienku. Dan lagi, pertanyaanmu tidak tergolong konsultasi kesehatan. Buang-buang waktu saja. Keluar sana."Kaori menunjuk pintu keluar, meminta gadis dengan parfum menyengat ini untuk menghilang dari pandangannya. Namun bukan Erina namanya kalau tidak keras kepala."Aku juga membayarmu, sama seperti pasien yang lain. Kamu harus menjawab pertanyaanku.""Gila!" Kaori melepas kacamata dan meletakkannya di meja. "Aku bukan konsultan cinta. Bagaimana mungkin aku bisa memberikan saran untukmu? Kalau Ken menolak kehadiranmu, ya sudah biarkan saja. Jangan mengganggunya. Dia sudah bahagia dengan istrinya!""Tidak mungkin!" Erina masih tidak percaya. "Kami sudah berjanji akan menikah. Dia tidak mungkin mencari wanita lain.""Kenapa tidak mungkin? Dia bisa mendapatkan wanitanya mana pun yang dia inginkan. Dan asal ku tahu saja, istri Ken berbeda jauh denganmu. Sebaiknya kamu tidak perlu mencar
Baca selengkapnya

Bab 44. Pembicaraan Ken dan Aira

"Kita sudah sampai, Nona." Suara supir taksi menyadarkan Aira dari lamunan panjang yang mengambil atensinya.Wanita itu segera keluar dan melangkahkan kakinya menuju rumah. Halaman dengan deretan bonsai tertata rapi kini dilewatinya dengan langkah berat."Ayah, haruskah aku jujur padamu?" Aira menatap paving blok di bawah kaki. Pijakannya teratur, berbanding terbalik dengan perasaannya yang bercampur-campur.Meski raganya tampak tenang, tapi berbagai kekhawatiran jelas menghantui. Apa yang dia lakukan tidak membuatnya bahagia. Bahkan, ada rasa hampa di hatinya.Sejak siuman di rumah sakit, dia belum melihat Hiro sekali pun. Pria itu benar-benar menghilang, tidak meninggalkan jejak sama sekali. Bahkan dia juga tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang."Mungkin aku harus bertanya pada Ken."Langkah Aira terasa sedikit lebih mantap setelah membuat keputusan itu. Dia segera masuk ke dalam rumah, meninggalkan sepatunya di rak depan."Tadaima ....""Okaeri," jawab Asami dari dapur yang bersi
Baca selengkapnya

Bab 45. Curahan Hati

"Berhenti mengucapkan omong kosong." Aira membuang pandangan, menatap taman belakang berbentuk persegi di hadapannya. Beberapa bunga tertata rapi, terawat, dan indah. "Sejak awal, pernikahan kita tidak pernah nyata. Kamu yang paling tahu di sini, keberadaanku hanya sebagai properti. Aku juga tahu diri, tidak seharusnya mengharapkan sebuah ikatan yang lebih. Kita hanya dua orang asing yang beberapa waktu ke depan akan berpisah." Aira memasang wajah datar, mengenyahkan semua perasaan yang ada.Ken menatap wajah Aira dari samping, merasa bersalah karena membuat wanita itu jadi tak berperasaan."Kalau saja aku jujur sejak awal, dia tidak akan bersikap sedingin ini padaku," gumam Ken dalam hati."Apa kamu tahu?" Aira melirik Ken sekilas sebelum menengadahkan kepala, menatap langit biru di atas sana. "Dulu mimpiku amat sederhana, bisa menikah dengan pria biasa, seperti ibu yang menikahi ayah. Mereka bahagia, meski tidak bergelimang harta. Di tahun ke dua, kami sudah memiliki buah hati yang
Baca selengkapnya

Bab 46. Gosip Pertama

"Silakan, Nona." Kosuke membukakan pintu untuk Aira, memberikan kesempatan untuk wanita itu agar keluar lebih dulu dari mobil.Setelah mengembuskan napas berat dari mulut, wanita dengan dress hijau lumut itu menjulurkan kaki dan beranjak dari tempat duduknya. Di sisi lain, beberapa pengawal membantu Ken turun dan berpindah ke kursi roda."Biar aku saja," pinta Aira saat seorang pengawal wanita berdiri di belakang Ken."Tapi, Nona ...."Ken mengangkat tangan, meminta wanita itu untuk diam dan tidak perlu membantah. Mau tak mau dia menundukkan kepala dan mundur dua langkah dari sana. Selama ada Aira, tidak seorang pun diizinkan mengurus kepentingan Ken. Itu yang Kosuke arahkan pagi tadi. Dia lupa.Rombongan orang-orang itu segera berpindah memasuki ruangan. Seluruh karyawan restoran berbaris rapi, menundukkan kepala saat Aira, Ken, dan Kosuke melewatinya."Apa dia nyonya muda Yamazaki?" bisik salah seorang wanita yang berdiri di barisan paling luar. Pakaian pelayan melekat di tubuhnya.
Baca selengkapnya

Bab 47. Membuat Erina Cemburu

Seorang gadis dengan stiletto merah keluar dari mobil miliknya. Seorang wanita berkacamata segera menyusul, berjalan sejajar dengannya."Anda yakin akan masuk dengan pakaian ini, Nona?" Sekretaris pribadi Erina bertanya, memastikan karena gadis yang dua tahun dilayaninya tidak pernah menggunakan pakaian dengan warna merah delima seperti sekarang. "Kenapa? Apa aku terlalu cantik?"Tak berani menyangkal, sekretaris berusia empat puluhan itu bungkam. Tangannya sigap membenahi kacamata yang melorot dari tempatnya."Ini sama sekali tidak sesuai dengan karakter Anda."Erina tertawa sumbang, meniti satu demi satu anak tangga yang ada di hadapannya."Memangnya seperti apa karakterku? Untuk apa mempertahankan kepribadian kita kalau tidak bisa mengambil perhatian Ken?"Lagi-lagi Erina kehilangan logikanya. Dia memercayai ucapan Aira kemarin, sengaja memakai gaun press body di atas lutut. Jangan lupakan riasan tebal dengan perona bibir warna merah menyala. Benar-benar sangat kontras dengan kebi
Baca selengkapnya

Bab 48. Rencana Licik Erina

"Sial!" umpat Erina untuk ke sekian kali. Wajahnya merah padam, kembali terbayang perlakuan Ken pada wanita yang duduk di sampingnya.Minami hanya bisa menarik napas dalam, mendapati atasannya yang sedang murka. Sejak memasuki lift di lantai tiga, gadis itu tidak juga berhenti mengeluarkan kalimat pahit dari mulutnya. Tak jarang nama binatang berkaki empat pun turut keluar dari sana."Bisa-bisanya aku begitu bodoh memercayainya? Dia sengaja menjebakku!"Sepatu hak tinggi yang semula dipakai sepasang kakinya, kini teronggok sembarang di kursi belakang. Benda tak berdosa itu menjadi pelampiasan yang bisa dilakukan oleh pemiliknya.Minami memberikan sebotol air mineral, menyerahkannya tanpa berucap sepatah kata. Dia membiarkan Erina tenang dengan sendirinya."Sudah?"Erina tak menjawab, hanya mendengus sambil membuang muka ke luar. Sumpah serapah yang ada di kepala tak lagi diucapkan olehnya.Sekali lagi Minami melirik ke arah Erina sebelum melakukan mobil yang ada dalam kendalinya. Sedi
Baca selengkapnya

Bab 49. Hatinya Berdesir

Aira mengerjap dua kali, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke retina matanya. Sejak pulang dari rumah sakit untuk membuat Erina percaya, dia merasa tubuhnya begitu lelah. Padahal, tidak ada aktivitas berat yang dilakukan beberapa hari terakhir.Dan selama di rumah sakit, dia hanya berbincang dengan Kaori. Membicarakan berbagai hal yang tidak penting, khas obrolan para wanita. Tidak ada pemeriksaan kesehatan sama sekali. Ken dengan setia menjadi pendengar mereka, tidak terusik sama sekali.Dengan langkah lemah, Aira menuju kamar mandi demi membasuh muka."Astaga!" seru Aira saat menyadari wajahnya pucat pasi. Tangannya meraba kening, tapi tidak demam sama sekali. Bahkan cenderung dingin."Aku kenapa?" gumamnya lirih. "Apa salah makan tadi siang? Tapi, rasanya aku tidak punya alergi makanan apa pun."Sambil menyandarkan punggung ke dinding, Aira mulai merasakan penglihatannya buram. Seperti beberapa hari lalu saat pingsan. Tangannya mencengkeram sisi wastafel, menguatkan diri."Nona,
Baca selengkapnya

Bab 50. Mendobrak Batasan

Ken mengatupkan mulutnya rapat-rapat, tak bisa memprotes keinginan istrinya. Dua pengawal yang selalu berjaga di depan pintu kini berdiri tak jauh darinya. Juga bibi Tsu yang berkali-kali meremas tangannya sendiri."Silakan duduk, Bibi. Kalian berdua juga. Ayo kita makan bersama," ajak Aira dengan senyum manis terukir di wajah. Meskipun tahu Ken tidak cocok dengan kehendaknya, dia pura-pura tidak peduli akan hal itu."Saya tidak lapar, Nona. Silakan Anda dan Tuan Muda ....""Aku akan marah kalau kalian menolak." Aira bersungut, seolah tengah merajuk."Bukan begitu, Nona. Kami tidak pantas duduk di meja bersama Anda dan ....""Memangnya kenapa? Kita sama-sama manusia. Tentu saja tidak masalah duduk satu meja dan makan bersama." Aira tetap berlagak polos, bodoh, dan menyebalkan."Nona, kami ....""Kalian juga akan menolak?" Aira berkacak pinggang. "Kalau kalian menolak makan, aku juga tidak akan makan.""Eh?" Salah satu pengawal yang tadi menjawab Aira, hanya bisa menggaruk tengkuknya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status