"Berhenti mengucapkan omong kosong." Aira membuang pandangan, menatap taman belakang berbentuk persegi di hadapannya. Beberapa bunga tertata rapi, terawat, dan indah. "Sejak awal, pernikahan kita tidak pernah nyata. Kamu yang paling tahu di sini, keberadaanku hanya sebagai properti. Aku juga tahu diri, tidak seharusnya mengharapkan sebuah ikatan yang lebih. Kita hanya dua orang asing yang beberapa waktu ke depan akan berpisah." Aira memasang wajah datar, mengenyahkan semua perasaan yang ada.Ken menatap wajah Aira dari samping, merasa bersalah karena membuat wanita itu jadi tak berperasaan."Kalau saja aku jujur sejak awal, dia tidak akan bersikap sedingin ini padaku," gumam Ken dalam hati."Apa kamu tahu?" Aira melirik Ken sekilas sebelum menengadahkan kepala, menatap langit biru di atas sana. "Dulu mimpiku amat sederhana, bisa menikah dengan pria biasa, seperti ibu yang menikahi ayah. Mereka bahagia, meski tidak bergelimang harta. Di tahun ke dua, kami sudah memiliki buah hati yang
Baca selengkapnya