Tiga hari sudah berlalu sejak Aira memergoki Hiro mengkhianatinya. Dia tidak lagi murung, sudah bisa mengangkat wajahnya. Selama itu pula Ken selalu ada di rumah saat jam makan, entah pagi, siang, ataupun malam. Pria itu sengaja menyempatkan diri, meluangkan sejenak dari segala hiruk pikuk urusan kantor.“Silakan, Tuan.” Bibi Tsu meletakkan semangkuk nasi di hadapan tuannya, menundukkan kepala kemudian mundur dua langkah dari sana.“Bibi, mulai besok biarkan istriku yang mengambilkan makanan untukku. Sepertinya dia tidak sakit lagi.”Bibi Tsu mengangkat kepalanya, pun sama dengan Aira yang terhenyak dan langsung menatap Ken dengan pandangan heran. Ini pertama kalinya Ken buka suara, menyita atensinya. Ya, setelah ditampar tempo hari, pembawaan Ken sungguh banyak berubah.Pria itu duduk diam setiap kali ada di meja makan, sesekali memerhatikan Aira yang hanya bisa makan salad buah untuk mengisi perutnya. Pernah sekali waktu mencoba makan nasi, tapi langsung muntah detik berikutnya.Air
Read more