“Hati-hati, Sayang.” Asami membantu Aira turun dari mobil hitam yang membawanya kembali. Seorang asisten rumah tangga segera mendekat, mengambil alih tas yang dibawa oleh tuannya. Hirota bergegas memutari mobil dan ikut memapah Aira, membimbingnya ke beranda.“Aku bisa jalan sendiri, Ayah, Ibu.”“Tidak perlu sungkan. Kondisimu masih lemah, Sayang. Ayo.” Lagi-lagi Asami tidak membiarkan putri angkatnya mandiri. Dia ingin memanjakannya, termasuk sebagai penebus rasa bersalah karena sudah menggadaikan kebebasan gadis itu.Satu persatu anak tangga dilewati bersama. Hirota begitu posesif, seperti memperlakukan putri raja agar tidak tersandung kerikil kecil sekalipun. Aira layaknya intan permata yang amat berharga bagi keduanya.Dari lantai dua, tampak tatap mata yang iri melihatnya. Dia Sakura, putri kandung pasangan tuan dan nyonya Nagasawa. Sejak kecil dia merasa kalau kedua orang tuanya lebih menyayangi Aira, melebihi dirinya sendiri. Padahal, Asami dan Hirota berusaha adil pada keduany
Baca selengkapnya