Home / Romansa / Menikahi Dua Pria / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menikahi Dua Pria: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

Bab 11. Suami Kedua

"Love, can I kiss you?""Jangan gila!" teriak Aira seketika. Dia berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Hiro detik itu juga."Love," Hiro mencoba tetap tenang, meraih tangan Aira yang barusan menyentaknya.Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus pria 178 cm itu, membuat tautan tangannya di lengan sang istri terlepas begitu saja. Tatap matanya menatap ke samping, dimana deretan buku tertata rapi."Ma-maaf," ucap Aira, merasa bersalah karena refleks menampar pria yang bisa dikatakan tidak bersalah. Dia terkejut dan bertindak tanpa berpikir jernih.Beberapa detik berlalu tanpa suara. Aira yang tak pernah bersikap kasar sebelumnya, tiba-tiba brutal. Tentu saja itu membuat hatinya merasa bersalah. Dan Hiro, masih tetap di posisinya, menahan napas karena tidak menyangka akan mendapat hadiah khusus dari istrinya.Aira mencengkeram ujung sweater yang dipakainya erat-erat. Egonya bersikeras untuk mempertahankan harga diri sebagai seorang
Read more

Bab 12. Pemikiran Tajam Aira

"Boleh aku bicara, Love?" Suara Hiro terdengar lirih namun masih bisa tertangkap telinga. Aira tak menjawab, masih tertegun setelah membaca beberapa poin perjanjian yang membuatnya terjebak menikahi dua pria. "Kamu menikah dengan Ken demi ayahmu. Dan aku menikahimu demi nyawaku." Hiro duduk di sebelah Aira, menatap wajah istrinya yang kini pucat pasi tanpa ekspresi. "Kita harus luruskan ini. Aku tidak ingin kamu salah paham. Pernikahan kita, sama sekali bukan keinginanku. Kenyataannya kita berdua hanya terpaksa ada di tempat dan waktu yang kurang tepat." Aira masih tetap bungkam. Dia belum bisa berkomentar apapun tentang fakta-fakta mencengangkan yang baru saja ia baca. Dia pikir Hiro begitu bersemangat menjeratnya, ternyata dia juga korban dari kuasa tak terhingga seorang Yamazaki Kenzo. Perlahan tangan Hiro yang hangat menggenggam jemari Aira, memberikan rasa nyaman yang entah kenapa tidak bisa wanita itu tepiskan. Sikap pria ini ham
Read more

Bab 13. Berdamai dengan Keadaan

"Kenapa diam?" Suara Aira sedikit meninggi, menyalak pada pria kacamata yang duduk terhalang meja dari posisinya. "Kita akhiri ketidakjelasan ini. Karena kamu yang mendaftarkan pernikahan kami, maka kamu juga yang harus bertanggungjawab untuk membatalkannya.""Tidak bisa seperti itu, Ai-chan.""Hmm?""Jika kita berpisah, tamatlah riwayatku." Hiro membuka dokumen perjanjian sialan yang ia tandatangani."Apa urusannya denganku? Salahmu sendiri mengambil mau menandatanganinya." Aira menunjukkan sisi egoisnya."Sebagai seorang lelaki, aku harus bertanggungjawab karena ... ""Iya. Iya. Aku tahu alasannya. Tidak perlu mengatakannya di depan semua orang!"Kening Kosuke berkerut dalam. Dia heran melihat sikap dan pembawaan Aira. Sebelumnya, gadis itu terlihat begitu penurut dan tidak melawan saat dia pertama kali datang ke rumah keluarga Nagasawa. Gadis itu dengan patuh mengiyakan perjodohan untuknya. Namun hal sebaliknya yang kini terlihat.
Read more

Bab 14. Room Tour

"Apa ini?" tanya Ken, menatap tiga buah onigiri di hadapannya. "Kamu memberiku makanan sisa suamimu?""Bukan begitu. Aku ...." Aira tidak bisa melanjutkan kalimat pembelaannya. Dia tidak sempat mencari makanan untuk Ken dan akhirnya langsung kembali ke kantor."Puas makan dengan pria liar kesayanganmu? Bagaimana denganku? Kamu lupa?"Aira menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatap Ken apalagi menjawab pertanyaannya. Dia tidak memiliki ide makanan apa yang harus ia beli untuk Ken. Lagipula dia tidak tahu apapun tentang pria itu. Apa yang dia sukai atau dia benci. Bisa saja dia itu penggila kebersihan yang tidak bisa makan makanan luar sembarangan."Aku pikir Kosuke sudah mengatur makan siang untukmu," ucap Aira sambil meremas buku-buku jarinya."Saya tidak diizinkan mengatur makanan Tuan Muda lagi. Itu menjadi tanggung jawab Anda sekarang.""Tanggung jawabku?" Jari telunjuk Aira mengarah ke hidungnya sendiri."Benar. Itu p
Read more

Bab 15. Ciuman Pertama

WARNING! MATURE CONTENT!"Berapa banyak mantan kekasihmu?""Ap-apa maksudmu?" Aira sedikit tergagap. Mau tak mau ia harus memandang wajah suaminya. Separuh terhalang topeng, sementara sisanya menampilkan wajah yang mulus tanpa noda. Meski terbersit rasa takut, tapi tidak mengerikan seperti sebelumnya."Kamu dengan mudahnya ikut dengan pria asing yang mengaku sebagai suamimu. Tidakkah seharusnya kamu lebih waspada? Karena kamu terlihat biasa saja, aku pikir kamu punya banyak mantan kekasih sebelumnya."Aira tak menyangkal, tak juga mengiyakan. Dia memang tidak melawan saat beberapa kali Hiro memaksanya, termasuk saat mengajaknya makan siang beberapa menit yang lalu. Tapi, tentang tuduhan yang kedua, itu tidak benar. Dia tidak pernah menjalin kasih dengan siapapun. Namun, lidahnya terlalu kaku untuk sekadar membela diri."Dan sekarang kamu merasa nyaman ada di pangkuanku? Berapa banyak pria yang pernah melakukan ini padamu? Atau jangan-jangan ada yan
Read more

Bab 16. Kecurigaan Aira

"Ai-chan!" seru seorang gadis sambil melambaikan tangan. Rambut panjangnya tergerai, tertiup angin musim gugur yang mulai terasa sedikit dingin. Sebuah syal rajut melingkar di leher, memberi sedikit kehangatan padanya. Langkah kakinya terus mendekat ke arah Aira. "Kenapa terlambat? Ada trouble lagi?" "Bukan. Aku lupa meninggalkan dompetku di loker. Jadi, aku harus kembali dan menunggu bus berikutnya." "Alasan saja," ketus Aira, beranjak berdiri dan menghampiri sahabatnya. Keduanya saling berpelukan, melepas rindu karena beberapa pekan tidak bertemu. Meski hampir setiap hari mereka berkirim pesan, tetap saja bertatap muka membuat keduanya bahagia. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba ingin bertemu denganku? Ada masalah apa? Apa kamu mau memberiku kabar bahagia kehamilanmu?" "Yamada Yu!" Sebuah tepukan mendarat di kepala gadis yang baru saja menutup mulutnya. Sontak hal itu membuat bibirnya mengerucut, menyadari kalau Aira dalam mood tidak baik. "
Read more

Bab 17. Merindukan Aira

"Nona Aira keluar dari restoran sepuluh menit yang lalu. Dia baru saja bertemu dengan sahabatnya," lapor Kosuke sambil menghidupkan mesin mobil. Tangannya mencengkeram kemudi, bersiap membawa tuannya kembali ke rumah. "Apa yang mereka bicarakan?" Kosuke tertegun sejenak. Dia tidak bisa langsung menjawab pertanyaan tuannya. Pembicaraan mereka cukup sensitif, mungkin bisa membuat Ken marah. Dengan tabiatnya yang mudah emosi, Kosuke takut tuannya tidak bisa mengendalikan diri. "Kenapa diam? Mereka membicarakanku?" "Maaf." Kening Ken segera berkerut, mengangkat sebelah alisnya. Dia heran kenapa asisten pribadinya ragu menyampaikan berita tentang Aira. Sudah menjadi salah satu tugasnya, mengawasi pergerakan istri kontraknya. "Katakan semuanya. Tanpa terkecuali." Kosuke menundukkan kepala untuk ke sekian kali. Dia tetap harus menjawab pertanyaan tuannya. "Nona mencurigai identitas Hiro. Dia juga meminta sahabatnya untuk mengg
Read more

Bab 18. Buah Simalakama

"Apa kamu merindukanku?" tanya seorang pria, keluar dari pintu putar dua meter di belakang Aira. Senyum lebar terpatri di wajahnya, dengan sorot mata hijau yang terlihat begitu menawan. Waktu seolah berhenti berputar bagi Aira, membuat tatapannya hanya tertuju pada Hiro yang kini berjalan ke arahnya. Pria yang barusan mengirimkan pesan, sekarang ada di hadapan. Sosok yang ia khawatirkan, sampai membuatnya lari tunggang langgang ke bagian resepsionis dan mencari keberadaannya. Namun, tidak ada yang ia dapatkan selain keputusasaan. Petugas di dalam sana mengatakan kalau mereka tidak tahu menahu tentang staf khusus Yamazaki Kenzo. "Kamu mencariku?" Menundukkan badan, Hiro menyejajarkan wajahnya dengan gadis yang masih juga terpaku, belum bergerak sama sekali dari tempat terakhirnya menapakkan kaki. "Kupikir mataku rabun, salah melihat istriku. Ternyata memang benar kamu." Aira tak menjawab. Napas lega keluar dari hidung, menerpa pipi yang kini te
Read more

Bab 19. Menangis Tanpa Suara

"Kenapa diam di sana?" tanya Ken memecah keheningan. Tidak ada suara lain kecuali deru halus penghangat ruangan di belakang sana. Keduanya ada di ruang makan dengan meja bundar yang elegan. Sebuah lampu kristal tergantung di atas sana.Selayang pandang, tidak ada yang kurang dari kediaman ini. Sebuah home theather set terletak tak jauh dari mereka, berhadapan dengan sofa bed lembut. Bulu-bulu angsa menghiasi sisi-sisinya, membuat siapa saja nyaman berdiam di atasnya.Tanpa banyak kata, Aira yang semula diam, kini mendekat ke arah Ken yang sedang membentangkan alas makan di atas paha. Kain segiempat warna putih itu menjadi penghalang noda yang mungkin mengotori pakaian."Mana yang ingin kamu makan?" ketus Aira, merasa malas meladeni suaminya. Terpaksa dia melakukan itu demi melindungi keluarganya, juga ... Hiro."Bukankah kamu begitu bahagia bertemu dengan suami keduamu? Tunjukkan senyum yang sama di depanku!" desak Ken, menaikkan satu sudut bibirnya.
Read more

Bab 20. Ken Mulai Goyah

"Berhenti di sana! Menjauh dariku sekarang juga!" hardik pria yang setengah wajahnya merah merona. Dia menggerakkan kursi roda dengan tangan, mengabaikan kendali otomatis yang selalu dipakainya."Minggir!" Dengan kasar Ken menyingkirkan tubuh Aira, hampir membuat wanita itu jatuh jika tidak berpegang pada lemari kokoh di samping tubuhnya.Suara pintu berdebam terdengar. Sosok Yamazaki Kenzo, lengkap dengan kursi roda miliknya kini tak lagi terlihat, tersembunyi bersama guyuran air yang terdengar detik berikutnya.Saat itu juga tubuh Aira luruh ke lantai. Dinding tak kasat mata yang coba dibangunnya, kini tak lagi tampak keberadaannya. Wajah cantik itu menunjukkan keterkejutan yang lain. Sikap kasar dan arogan sang suami membuatnya terpukul. Meskipun dia berusaha menuruti semua perintahnya, tetap saja pria itu bersikap buruk padanya."Anda baik-baik saja, Nona?" Kosuke berdiri di depan pintu kamar yang terbuka lebar, tak berani melangkahkan kakinya lebih j
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status