Semua Bab Jerat Cinta Tuan Vampire: Bab 111 - Bab 120

154 Bab

Aku Menyesal

"Aku tidak mau, siapa yang mau menikah denganmu! Jangan bertingkah tidak waras dan menghalangi jalanku!" Olivia mendorong Michael, menarik kopernya sebelum pria itu kembali menahan langkah kakinya.   Sumpah demi apapun Olivia tidak pernah menyangka Michael akan sadar hari ini dan tiba-tiba datang kesini menghalanginya pergi jauh dari Negara mereka.    "Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku Olivia? Jangan berharap!" Michael menarik tangan Olivia, menggenggamnya dan membawa dia menghilang dari sana secepat mungkin.   Michael tidak memperdulikan mereka yang sedang berada di mana dan siapa yang ada disekitar mereka. Dalam pikiran pria itu, dia hanya ingin membawa Olivia kembali ke rumahnya dan menahan wanita yang dia cinta terus berada disisinya.   "Apa yang kau lakukan Michael?!" Olivia berontak, tidak terima begitu mereka tiba di kamar yang dia tempati sebelumnya.
Baca selengkapnya

Berbaikan

Tubuh yang terasa sakit di sana sini menjadi pertanda bagaimana dahsyatnya pergulatan pasangan Vampire dan manusia itu semalam.  Olivia merasakan pangkal pahanya yang sedikit nyeri karena Michael terus menggempurnya hanya dalam selang waktu satu jam saja setelah pergulatan pertama mereka berakhir. Olivia bahkan tidak bisa bangkit dari ranjang untuk membersihkan diri di kamar mandi. Michael benar-benar menggempurnya habis-habisan setelah keduanya berbaikan dan memutuskan memulai semuanya dari awal. "Mau kemana, Baby?" tanya Michael masih berbaring di samping Olivia. "Aku mau ke kamar mandi. Kakiku lemas dan tubuhku sakit semua, aku tidak bisa bangun."  Michael tersenyum, bangkit mendekati Olivia tanpa menggunakan sehelai benangpun. Tubuh yang kekar dengan benda perkasa yang menggantung indah menjadi pemandangan yang memanjakan mata Olivia. Wajahnya p
Baca selengkapnya

Membutuhkan Kehadiranmu

"Hormat padamu Raja…."  Rey yang tengah sibuk memeriksa peta dalam hutan terkejut melihat kehadiran tabib kepercayaannya yang tiba-tiba masuk ke dalam kemah tempatnya beristirahat. Pria pucat itu dengan cepat mendekati Michael yang berdiri dengan gagah, sedikit membungkuk memberi hormat pada Rey. "Michael … kau sudah sembuh?" tanya Rey bahagia. "Iya, Tuan. Maaf membuatmu khawatir," sahut Michael sopan. "Tidak, kau justru membuatku takut Michael. Aku pikir aku akan kehilanganmu karena kejadian kemarin." Rey menatap hangat pria berbadan kekar di depannya, bahagia sekaligus bersyukur Michael bisa kembali berkumpul bersamanya. "Tenang saja, Tuan. Tubuhku masih sangat kuat untuk selalu melindungimu." Michael tersenyum, ikut merasa bahagia dalam hati. Baginya melihat Rey dalam keadaan yang baik-baik saja sudah sangat berarti
Baca selengkapnya

Satu Lawan Satu

Sebulan menghabiskan waktu di dalam hutan tanpa perkembangan apa-apa, Klan Vampire pencari dibuat kaget dengan kehadiran salah satu Vampire yang diketahui sebagai pengikut setia dari Fourd. Vampire itu sengaja menampakkan dirinya agar bisa ditangkap dan dibawa ke hadapan Raja Vampire. Begitu mendengar berita tersebut, Rey buru-buru beranjak dari kursi keluar menemui Vampire pengikut Fourd di depan kemahnya. "Tuan, Klan pencari kita menangkapnya sedang duduk di bawah pohon dekat sini." Michael menyeret Vampire pengikut setia Fourd, mendorongnya agar berlutut di bawah kaki Rey. "Kau … katakan padaku di mana pengkhianat itu berada!" ucap Rey tanpa basa basi. Dia sudah terlalu lelah mencari dan membutuhkan informasi yang akurat dari Vampire pengikut Fourd yang tersisa. "Jika aku memberitahukan di mana dia berada, apakah kau mau mengampuniku?" Vampire berju
Baca selengkapnya

Menemukan

"Brengsek!" Fourd memekik marah saat tahu Vampire kepercayaannya yang tersisa telah pergi meninggalkan penjara bawah tanah dan tidak pernah kembali.  Satu hari tanpa kehadiran Vampire yang bisa dia percayai dan dia suruh, Fourd mulai kebingungan dan gelisah. Pria itu merasa Vampire kepercayaannya sengaja menghilang dan melarikan diri darinya, tanpa memperdulikan dia yang bisa kapan saja tertangkap oleh Klan pencari milik Rey. Fourd mulai berjalan kesana kemari mengelilingi ruang sempit dan pengap itu dengan pikiran yang berkecamuk. "Sial!" maki Fourd melemparkan barang apa saja yang ada di depannya. Rasa ditinggalkan lagi-lagi dirasakan Fourd dihatinya. Ditinggal oleh wanita yang telah melahirkannya sejak kecil membuat dia paling tidak suka rasa yang menyiksanya ini. Fourd tidak mau hidupnya berakhir dengan dia yang harus terus bersembunyi tanpa ada satu
Baca selengkapnya

Melebur Menjadi Debu

Fourd tersenyum sinis sengaja membuat adik tirinya makin marah. Lebih cepat Rey membunuhnya akan lebih baik untuknya mati. Fourd sudah pasrah, dia tahu Rey tidak akan mungkin memaafkannya dengan semua kejahatan yang dia perbuat selama ini padanya dan keluarga mereka. "Kau biadab! Harusnya Vampire jahat sepertimu tidak pernah dilahirkan ke dunia ini!" pekik Rey lagi semakin kuat mencengkram leher Fourd. Dalam cekikan yang terasa makin menyakitinya, Fourd jadi teringat dengan wajah Olympus dan Clara.  Selama dia hidup, masa kecilnya adalah hal yang paling indah yang pernah Fourd rasakan. Meski berumur tidak jauh beda dengan Rey, tapi sejak kecil mereka sudah diajarkan untuk saling menerima dan menyayangi satu sama lain.  Clara tidak pernah sekalipun membeda-bedakan dia maupun Rey. Cinta dan kasih sayang benar-benar mereka rasakan tanpa ada satu hal yang membuat posisi di
Baca selengkapnya

Tidak Akan Menyalahkan

"Bagaimana keadaan wanita itu, Michael?" "Kau … sedang apa kau di sini Tuan King?"  "A-aku mengikutimu kesini tadi," sahut King ragu-ragu. Michael mengernyit, bingung kenapa King terlihat sangat khawatir berdiri di depan ruang perawatannya dalam kastil Rey.  Dia sama sekali tidak tahu jika King ternyata ikut pergi bersamanya membawa Suci kemari. "Mungkin ada baiknya Tuan King tidak berdiri menunggu di sini. Rajaku pasti tidak akan senang melihat kau jika dia kembali!" Michael melangkah, berjalan meninggalkan King yang bergegas menahannya. "Tunggu sebentar, Michael. Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan wanita itu. Apakah dia baik-baik saja?"  Michael mendengus, kesal urusannya terganggu karena pemimpin Kaum Hitam ini. "Aku rasa aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan. Maaf, tapi tolong janga
Baca selengkapnya

Naluri Ibu

Susi dan suaminya Charlie baru saja tiba di kastil menantunya setelah mendapatkan telepon dari Michael tentang keadaan Suci yang sakit.    Wanita paruh baya itu mulai terisak melihat anak perempuannya yang tidak bisa dia hubungi selama satu bulan lamanya, sedang terbaring lemah dengan banyaknya alat-alat medis yang menempel di tubuh Suci.    Susi mendekati ranjang perawatan anaknya tertatih, dengan tangan menutup mulutnya tidak percaya.    "A-apa yang terjadi pada Suci, Rey?" tanyanya terbata.   "Maafkan aku karena tidak memberitahukan kalian sebelumnya tentang ini, Mom, Dad. Sebenarnya Suci sempat diculik oleh salah satu musuh besar perusahaan kami bulan lalu."   "Apa?!" kaget Susi dan Charlie bersamaan.   "Apa maksudmu diculik, Rey?" tanya Charlie lebih dulu.   "Maaf, Dad. Suci sebenarnya sempat diculik dan dibawa mereka
Baca selengkapnya

Kenyataan Tidak Indah

"Aku harus bagaimana Charlie? Apa mungkin aku harus membiarkan Suci tetap bersama dengan pria itu? Aku—" "Sayang." potong Charlie mengambil tangan istrinya. Pasangan suami istri itu sedang duduk di halaman belakang kastil Rey. Setelah pergi meninggalkan ruang perawatan anak mereka dengan tangisan yang mendalam, Charlie menyusuli Susi yang masih menangis sedih di sini. "Aku mengerti perasaanmu, Sayang. Aku juga sama terluka dan marah sepertimu. Tapi, jika kita membawa Suci dari samping pria yang dia cinta, aku rasa anak kita pasti tidak akan mau. Ada baiknya kamu memikirkan lagi rencanamu itu." Charlie bersuara sambil mengusap-usap punggung tangan Susi lembut. Matanya yang teduh menatap penuh kehangatan wanita di depannya. Susi tahu Charlie tidak berbohong dengan apa yang tengah dia rasakan juga saat ini. "Tapi Charlie, bagaimana jika Suci semakin menderita bersama Rey? Dia
Baca selengkapnya

Tindakan

"Nyonya Susi, bagaimana kalau untuk sementara waktu kalian tinggal di sini dulu?" usul Clara saat dua keluarga itu makan malam bersama. Susi dan Charlie sempat berpandangan seakan berbicara satu sama lain. Clara terus bersuara, tidak peduli dengan apa yang tengah keduanya pikirkan.  "Aku rasa Suci juga pasti akan sangat senang jika tahu kalian ada di dekatnya. Kalian bisa tinggal di sini setidaknya sampai Suci sadar," sambung Clara penuh semangat. Wanita berambut panjang itu duduk di dekat Olympus yang diam menghabiskan makan malamnya, dengan Susi dan Charlie duduk di depannya.  Rey tidak ikut makan bersama mereka. Dia masih berada di ruang perawatan istrinya menunggu Michael membawa tabib Elish malam ini. "Bagaimana Nyonya Susi, kalian mau tinggal di sini?" tanya Clara menatap penuh harap besannya. "Mmm … kami terserah Nyonya Clara saja baga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status