All Chapters of CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak): Chapter 61 - Chapter 70

73 Chapters

Bab 61 : Kejadian di Dapur Istana

Bab 61 : Kejadian di Dapur Istana Perlahan jemarinya menyentuh bibir merekah itu dengan penuh perasaan. Pria itu menelan saliva bagai menelan sebuah kerikil. Hasratnya semakin bertambah memuncak.  Sang putri merasa sedikit terganggu. Ia mengerjapkan kelopak mata berbulu lentiknya. Seketika ia terperanjat saat menyadari ada jemari yang meraba bibir dan pipinya. "Tu–tuan ...?"  "Ehm ...," Fakhrurrazi berdehem, membersihkan kerongkongannya yang terasa kering. Ia menarik ujung bibirnya dengan kaku, "maaf membangunkanmu," ucapnya.  Roseline bangkit dan sedikit beringsut menyenderkan punggung ke kepala ranjang. Ditautkan rambutnya ke balik telinga. "Maaf, aku tertidur," ujar Roseline gugup.  "Apa kau lelah?" tanya Fakhrurrazi.  Sang gadis yang baru saja menjadi seorang istri itu mengangguk.  Fakhrurrazi menar
Read more

Bab 62 : Kegundahan Roseline

Bab 62 : Kegundahan Roseline Sehari berikutnya seperti biasa Fakhrurrazi beristirahat hingga matahari mulai merangkak meninggi, karena telah melakukan pekerjaan hingga hampir pagi. Roseline dan Haris bermain di taman.  Ketika Sang putri hendak mengambilkan camilan untuk sang anak, tanpa sengaja ia melihat Zara tengah bercakap-cakap berdua dengan Rasyad di dekat kamar lelaki itu. Sang putri mengernyitkan dahi, ia heran. Bukankah Rasyad bilang, tidak boleh berduaan dengan yang bukan mahram? Bahkan dirinya sendiri selalu bersama seseorang jika berbicara dengan pembantunya itu.  Ia coba mendekati kedua orang itu.  Ketika menyadari kehadiran seseorang, Rasyad segera beringsut agak menjauh dari Zara. Namun, gelagatnya tertangkap oleh pandangan Roseline.  "Hemm, Ibu ... Andrew?" Zara juga terkejut dengan kedatangan sang putri.  
Read more

Bab 63 : Rahasia yang Terungkap

Bab 63 : Rahasia yang Terungkap "Jadi, besok kita akan menyampaikan tentang dirimu kepada semua orang, Tuan?" tanya Zara memastikan.  Beberapa hari belakangan ini mereka memang berencana mengungkap kebenaran tentang jati diri Rasyad yang sesungguhnya.  "Ya, saat ini aku sudah yakin semua siap menerima kenyataan. Putri Roseline juga sudah di tangan yang tepat. Semenjak mereka berencana menikah, hatiku sangat lega." Rasyad menghela napas.  Zara menyimak.  "Selama ini aku merasa ada tanggungjawab besar di pundakku. Aku teringat akan putri kandungku sendiri jika melihat Putri Roseline. Aku sangat bersyukur kepada Allah, Dia menganugerahkan hidayah Islam kepadanya, bahkan memberikan seorang suami yang bertanggung jawab," papar Rasyad kepada sang istri yang ada di pelukkannya kini.  Zara menguntai senyum tipis. Ia membelai pelan dada sang s
Read more

Bab 64 : Cerita tentang Tuan Andrew

Bab 64 : Cerita tentang Tuan Andrew Roseline sangat bingung dan heran, apa yang sebenarnya tengah terjadi. "Maksudnya apa ini? Andrew adalah suami Ibu?" tanyanya dengan suara lirih, tetapi tetap terdengar. Ditatapnya Zara, Andrew, terakhir sang suami dengan sorot penuh tanda tanya.  Fakhrurrazi mengangguk pelan, bibirnya berusaha tersenyum. Ia menyusut air mata keharuan dengan jari-jarinya.  "Andrew, jelaskan padaku! Jadi ... kau adalah Tuan Rasyad Najmudin yang menghilang, yang diceritakan oleh Nenek Benazir itu? Yang dulunya adalah sulthan di Negeri Al Hajjaz?" cecar Roseline ke arah pembantu prianya itu.  "Benazir pernah menceritakannya?" tanya Zara dengan suara lembut sambil mendekati wanita muda itu.  "Ya, Bu. Kata Nenek Benazir, ibu kehilangan suami dan seorang bayi. Suamimu dulu adalah seorang sulthan. Kalian dulu tinggal di Kota Barkah, lalu diserang o
Read more

Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri Haura

Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri Haura Keesokan harinya, Fakhrurrazi mengajak Rasyad untuk sarapan pagi bersama di ruang keluarga mereka.  "Hari ini kita akan menghadap sulthan, Tuan. Bagaimana menurut Anda?" tanya Fakhrurrazi kepada Rasyad di sela-sela makan pagi mereka.  "Baiklah," sahut Rasyad singkat sembari meraih cawan di hadapan, lalu meneguk airnya perlahan.  "Jadi Tuan Andrew ini kakekku?" tanya Haris setelah menyimak pembicaraan orang dewasa di sekitarnya. Ia juga terkejut dengan kenyataan ini.  "Iya, Sayang. Panggil kakek ya ...." ujar Zara lembut sembari membelai rambut halus sang cucu.  "Baik, Nek!" sahut Haris, "Aku senang punya kakek yang hebat bermain pedang seperti Tuan Andrew!" lanjutnya girang sambil mengangkat kepalan tangan ke atas.  Rasyad dan Fakhrurrazi tertawa melihat tingkah bocah kec
Read more

Bab 66 : Menantang Balik

Bab 66 : Menantang Balik Rahang Fakhrurrazi tampak mengeras. Ia sangat geram mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, seseorang yang begitu dekat dan ia pedulikan saat ini hendak dirampas begitu saja oleh raja yang kafir seperti Hamran.  Langsung saja sang pejabat menteri mencabut pedang dari sarungnya. Lalu melangkah dengan cepat ke arah utusan tersebut.  Secara spontan Rasyad menghentikan langkah Fakhrurrazi yang terlihat begitu marah. "Sabar, Razi! Kendalikan dirimu, mereka mu'ahid!"  Mu'ahid adalah kafir asli yang darah dan hartanya haram untuk ditumpahkan. Mereka hanya utusan untuk menyampaikan pesan.  Sulthan Konstin pun turun dari kursi singgasananya mendekati Fakhrurrazi dan menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Sabar, Akhi ... kita tidak akan menyerahkan istri Anda kepada kafir seperti mereka." Ia memahami kemarahan Fakhrurrazi. 
Read more

Bab 67 : Sebuah Aib yang Besar

Bab 67 : Sebuah Aib yang Besar Tiga hari terlewati semenjak Fakhrurrazi menyampaikan berita bahwa Raja Negara Haura hendak merampas sang istri. Roseline sering memikirkan hal itu. Namun, ia selalu mencoba menyembunyikan perasaan kacau juga pikirannya yang berkecamuk. Walaupun sang suami telah mengatakan jika peperangan akan tetap terjadi dengan atau tanpa kejadian ini. Hal itu tetap menjadi beban pikiran bagi wanita jelita tersebut.  "Jadi, Kesulthanan Konstin akan berperang dengan Kerajaan Haura dua bulan ke depan, Tuan Putri?" tanya Lucy memastikan setelah mendengar cerita dari Roseline.  Sudah beberapa pekan sang putri tidak berkunjung ke kastil. Ia sudah merindukan Jena, Lucy, dan Benazir.  "Ya, begitulah, Nek," jawab sang putri. Mereka tengah duduk berdua di dalam ruangan Lucy.  "Tapi, kedua negara ini memang tidak pernah akur, bukan? Aku sering mendengar
Read more

Bab 68 : Kecamuk di Dalam Hati

Bab 68 : Kecamuk di Dalam Hati Menjelang dini hari Fakhrurrazi kembali dari bertugas. Ia melihat sang putra dan istrinya telah terlelap. Oleh karena tubuh yang merasa begitu lelah, seusai membersihkan diri lelaki itu pun merebahkan diri di samping Roseline. Lengan kekarnya memeluk pinggang ramping sang istri. Tidak lama kemudian pria itu terlelap dengan sendirinya, ia tak menyadari jejak air mata yang ada di pipi wanitanya.  Ketika waktu hampir subuh, Roseline terbangun. Kelopak mata indahnya mengerjap hendak mengembalikan kesadaran. Seketika ia menyadari ada lengan yang memeluk perutnya. Kembali pikiran wanita jelita tersebut terusik dengan kenyataan bahwa pria yang kini berada dekat tanpa jarak itu adalah kakaknya.  Roseline menatap lekat wajah lelap sang pria. Sungguh rupawan, walau yang ia tahu pria itu dari ayah berbeda, tetapi bukankah mereka lahir dari rahim yang sama? Begitu pikirnya. Garis wajah di had
Read more

Bab 69 : Keyakinan Diri

Bab 69 : Keyakinan Diri Karena pikiran berat yang senantiasa mengusik, Roseline jatuh sakit. Badannya panas dan beberapa kali muntah, hingga membuat orang di sekitarnya khawatir. Fakhrrurazi memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari agar bisa merawat sang istri. "Bagaimana keadaannya?" tanya Zara cemas kepada putranya setelah tiga hari sang putri sakit. Tampak di tangannya membawa sepinggan kecil potongan buah. "Alhamdulillah, panasnya sudah turun, Bu," jawab Fakhrurrazi di depan pintu kamarnya sambil memegang bejana air yang sudah kosong. Sepertinya ia ingin ke dapur untuk mengisinya. Zara kemudian melangkah masuk melewati dua lapis tabir yang menyekat ruang itu menjadi tiga bagian. Tampaklah Roseline yang tengah melamun menatap ke arah jendela sambil berbaring di ranjangnya. Haris terlihat tengah memijat kaki sang ibu dengan jemari kecilnya. Ketika menyadari kedatangan Zara
Read more

Bab 70 : Keputusan Roseline

Bab 70 : Keputusan Roseline  Setelah setengah harian mengobrol bersama Lucy, Roseline dan Jena pun pamit untuk pulang seusai shalat Dzuhur. Namun, sang putri berniat mengunjungi Elisa sebelum kembali ke istana.  "Wah, aku rindu sekali dengan Elisa, Tuan Putri!" seru Jena senang. Roseline mengulas senyuman. "Kita ke pasar dulu beli camilan dan buah untuknya. Dia 'kan sedang hamil, tentu dia senang dibawakan buah seperti waktu itu," ujar wanita cantik tersebut. Jena mengangguk dengan bibir yang senantiasa tersenyum. Rumah Elisa dan Steve berada di pinggiran kota. Melewati sedikit wilayah yang penuh dengan pepohonan. Hutan yang tidak begitu lebat. Bersama Nu'man, kusir baru keluarga, Roseline dan Jena menuju ke sana setelah mendapatkan camilan dan buah-buahan dari pasar. Tengah hari itu langit begiu cerah. Perjalanan menuju rumah Elisa memang t
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status