Home / Urban / Tajamnya Lidah Istri / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Tajamnya Lidah Istri: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Part 31. Kita Tes DNA

  Sari makin merah padam rupanya. Tak terima semua penghinaan dan tuduhan yang dilontarkan Heru. Dokter Wisnu mengusap tangan Sari lembut, “Jangan masukin ke hati, ingat bayimu. Jangan sampai stres.”   “Sakit hatiku Mas, aku gak mau lagi melihat mukanya,” ujar Sari geram. Sari menundukkan kepala, bertumpu pada tangannya. Perih terasa bagaikan luka ditetesin air jeruk nipis.  Itulah yang Sari rasakan atas penghinaan Heru padanya.   “Anda salah paham, pak Heru. Semua yang anda lihat hari ini tak semuanya tampak benar seperti yang anda bayangkan. Cobalah berfikir realistis. Hanya gara-gara kedekatan kami, anda meragukan anak sendiri. Sungguh miris, nanti setelah anak ini lahir, takkan ku izin anda menemuinya. Bila perlu anak itu hanya memanggil aku sebagai papanya.   “Kalian masih mengingkari, kenapa kalian tidak mau mengakui hubungan kalian.  Cek .
Read more

Part 32. Twins

  "Oh iya Sari,  kapan kamu terakhir periksa kandungan?" tanya Wisnu menatap penuh cinta pada Sari. Perempuan yang kian hari semakin membuatnya betah berada di Apatemen. Bila boleh memilih, ia ingin berlama-lama berada di sisi Sari, istrinya itu.    "Hhhhmmm... kayaknya tidak pernah Mas," ucap Sari cuek bebek, meneruskan kegiatannya melipat pakaian yang baru saja diangkatnya.    “Apa...? Kamu tidak pernah periksa kandungan? Kok bisa,” tanya Dokter Wisnu tak percaya. Selama ini belum pernah ia dengar perempuan hamil secuek ini. Rata-rata ibu hamil itu periksa kandungan satu kali dalam satu bulan. Apa lagi kayak Sari, setelah menunggu 8 tahun, kenapa ia tidak cek ke dokter. Apa masalahnya. Apakah ia tidak bahagia dengan kehadiran jabang bayinya. Berbagai dugaan bermain dipikiran dokter Wisnu.   “Kenapa...?" Tanya dokter Wisnu penasaran.
Read more

Part 33. Tamu Tak di Undang

Mohon bantu sucscribe, rate, like dan bintang 5 ya. Terima kasih sebelumnya.   “Saya turut berbahagia bu, semoga bayi ibu sehat terus sampai nanti waktu melahirkan tiba.”   “Aamiin, terima kasih banyak Dok, sekalian saya langsung pamit saja,” ucap Sari berpamitan. Lalu ia segera meninggalkan ruangan dokter Anggita menuju loket obat.   Setelah Sari pamit meninggalkan dokter Anggita, Dela segera menyembunyikan diri, jangan sampai aksinya ketahuan. Dela terus berfikir, bagaimana caranya agar ia bisa mengetahui siapa nama dari lelaki itu.    Tak lama berselang, suster keluar dari ruangan dokter Anggita. Dela berfikir cepat, ini kesempatanku untuk mengetahui siapa nama lelaki yang bersama mba Sari.   Dela tersenyum sumringah. Ia dapat ide. Dela pura-pura baca pesan. Kemudian karena terlalu fokus dan asyik m
Read more

Part 44. Kenapa Dirahasiakan

  "Sari ... Kamu Sari-kan," ucap Andi meyakinkan penglihatannya. Matanya tidak salah melihat, bahwa perempuan yang ada di depannya ini adalah tetangganya waktu di kampung.   Sari mengangguk mengiyakan, kemudian beralih menatap wajah suaminya minta pendapat, apa yang harus mereka perbuat, tetap merahasiakan atau berterus terang. Wisnu mengisyaratkan dengan mengedipkan matanya untuk bersikap tenang.    Dokter Wisnu tidak bisa berkelit lagi. Andi sudah melihat keberadaan mereka. Mau tak mau mereka harus menjelaskan semuanya. Tidak perlu menutupinya lagi.   “Apa kabar Mas Andi,” sapa Sari ramah.   “Alhamdulillah ... Mas baik-baik saja. Kalian kok bisa bersama, jangan-jangan pakaian perempuan yang ada di apartemen Wisnu punya kamu Sari...!” tanya Andi menduga-duga.   “Iya Mas, itu pakaia
Read more

Part 35. Heru Sadar dari Koma

  Rumah Sakit Heru baru saja sadar dari koma. Dua minggu lamanya ia terbaring tak sadarkan diri. Selama itu juga  bu Sri dan Dela bolak balik ke rumah sakit secara bergantian. Saat melajukan mobil, sosok Sari tak lepas dari pikirannya. Sampai- sampai kenangan saat mereka bersama selalu muncul dalam bayangannya. Sehingga Heru tidak fokus dalam mengendarai mobil, akhirnya terjadi kecelakaan  Heru mengalami kecelakaan tunggal, ia tidak bisa mengendalikan laju mobilnya setelah bayangan Sari mengacaukan pikirannya.  Untungnya, kecelakaan itu terjadi, Heru sedang tidak bawa penumpang. Seandainya ia bawa penumpang, entah berapa biaya yang harus ditanggung oleh keluarga Heru. Nasib baik masih berpihak padanya. Jika tidak, berapa kerugian yang harus ditanggung oleh perempuan paruh baya itu. Sementar
Read more

Part 36. Heru Mengamuk

Bantu Subscribe, rate dan like juga bintang 5 ya, terima kasih sebelumnya     Tiap sebentar Heru memandang ke pintu. Berharap dan sangat berharap ada keajaiban, berharap  Sari muncul di pintu secara tiba-tiba.    Bayangan wajah Sari memenuhi benak Heru, bagaimana ia berjuang sekuat tenaga, meluluhkan hati mamanya. Sampai-sampai ia mengancam pergi dari rumah, supaya bisa menikahi Sari. Tapi  setelah semua itu  ia dapatkan, sekarang justru ia sia-siakan. Heru teramat menyesal telah melepaskan Sari hanya karena cemburu buta.    Jejakmu terukir dalam ingatanku Sari, sulit menghapus ingatan tentangmu. Perpisahan ini membuatku luka dan terluka semakin dalam. Rasanya aku pingin mati saja, kenapa kecelakaan itu tidak merengut nyawaku saja.  Kenapa aku harus sadar dari koma atau bila perlu aku koma selamanya, dan tidak p
Read more

Part 36. Nyaris Ketahuan

Bantu subscribe ya...   “Dek, kok melamun. Apa yang kamu pikirkan,” tanya Wisnu memandang istrinya yang sedang resah. Sejak kepergian Dela, adik iparnya tadi, Sari banyak melamun. Berita komanya Heru, membuat Sari jadi kepikiran.  Mungkin Sari menyesali pertemuan tak sengaja waktu itu, pikirnya. Wisnu menatap istrinya khawatir. Tak biasanya Sari jadi seperti ini, banyak melamun dan terkadang tidak fokus. Wisnu tidak siap, melihat perubahan istrinya yang tadi ceria, berubah galau.   “Eh ... Itu Mas, tidak menyangka pertemuan kita di kafe waktu itu, menjadi penyebab terjadinya kecelakaan dan mengakibatkan bang Heru koma sampai dua minggu lamanya,” terang Sari  sambil menarik napas perlahan, melepaskan sesak yang mendera dadanya. Sari tak ubahnya seperti orang yang kehabisan oksigen. Setelah menjawab pertanyaan suaminya, Sari kembali diam.   Suasana hening, Sari asyik
Read more

Part 38. Rahasia Terbongkar

Bantu Subscribe ya.. “Apartemenku berantakan Ma Pa, gimana kalau kita bicara di kafe deket sini saja,” tawar Wisnu pada orang tuanya. Dalam hati ia berharap orang tuanya bersedia menerima ajakannya. Ia belum siap, melihat papa dan mama kecewa setelah mengetahui pernikahannya.  Semua orang tua tentu bahagia melihat pernikahan anaknya, tapi bukan pernikahan diam-diam, seperti yang dilakukannya. Ia tahu, perbuatannya tidak bisa dimaafkan. Makanya ia lebih memilih diam dan menyembunyikan kebenarannya. “Makanya buru-buru nikah biar ada yang urus,” celetuk papa cepat. Kamu bukan lagi anak ABG yang mencari cinta, tapi justru mencari istri. Ingat umur,” ucap papa tegas menasehati. “Tidak apa-apa, kita bicara di Apartemenmu saja, sekalian nanti biar mama bantu merapikan dan menata barang-barang,” timpal mama semangat. Sang mama m
Read more

Part 39. Kecewa

Bantu Subscribe ya...   “Kamu ...!” ucap bu Nani terperangah kaget. Spontan badannya terhuyung ke belakang.   Perempuan yang di kamar mandi, juga tak kalah kaget melihat kemunculan seorang wanita tua secara tiba-tiba. Perempuan di kamar mandi itu adalah Sari.   Untung saja Sari cepat menarik tangan bu Nani, jika tidak bu Nani bisa jatuh terjengkang ke belakang.     "Hati-hati ibu, lantainya licin," pesan Sari setelah perempuan tua itu berdiri kokoh.   "Terima kasih!" Sahut Bu Nani ketus, ia tak suka melihat ada perempuan di kamar mandi anaknya. Bu Nani kembali menatap nanar perempuan yang tengah hamil itu, dengan berbagai pikiran buruk.   Ia tak menyangka di kamar mandi anaknya ada seorang 
Read more

Part 40. Bucin

Bu Nani segera merengkuh Sari dalam pelukan hangat. Tak menyangka nasib Sari setragis ini. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan Sari, bila Wisnu tidak menolongnya. Itulah skenario dari Allah. Sebaik-sebaik skenario.   "Tapi kalian juga salah, karena tidak jujur. Andai kalian langsung berterus terang, mama dan papa pasti akan menyetujuinya. Bagi orang tua itu, melihat anaknya bahagia, apapun maunya pasti akan dituruti. Asal bicara dan komunikasi kuncinya. Jangan salahkan papa, karena papa tidak mengetahui kebenarannya."   "Melihat kedekatan kalian dulu, mama sungguh tidak menyangka, jika kalian saling menyayangi satu sama lain. Layaknya sepasang kekasih. Mama dan papa mengira kalian saling menyayangi sebatas kakak dan adik. Ternyata apa yang dikatakan Andi dulu itu benar, kalau kalian saling mencintai dan menyayangi seperti layaknya seorang lelaki dewasa pada seorang perempuan."  
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status