Benarkah anakku kembar, delapan tahun menunggu, sekarang dapat dua sekaligus.
Mohon bantu sucscribe, rate, like dan bintang 5 ya. Terima kasih sebelumnya. “Saya turut berbahagia bu, semoga bayi ibu sehat terus sampai nanti waktu melahirkan tiba.” “Aamiin, terima kasih banyak Dok, sekalian saya langsung pamit saja,” ucap Sari berpamitan. Lalu ia segera meninggalkan ruangan dokter Anggita menuju loket obat. Setelah Sari pamit meninggalkan dokter Anggita, Dela segera menyembunyikan diri, jangan sampai aksinya ketahuan. Dela terus berfikir, bagaimana caranya agar ia bisa mengetahui siapa nama dari lelaki itu. Tak lama berselang, suster keluar dari ruangan dokter Anggita. Dela berfikir cepat, ini kesempatanku untuk mengetahui siapa nama lelaki yang bersama mba Sari. Dela tersenyum sumringah. Ia dapat ide. Dela pura-pura baca pesan. Kemudian karena terlalu fokus dan asyik m
"Sari ... Kamu Sari-kan," ucap Andi meyakinkan penglihatannya. Matanya tidak salah melihat, bahwa perempuan yang ada di depannya ini adalah tetangganya waktu di kampung. Sari mengangguk mengiyakan, kemudian beralih menatap wajah suaminya minta pendapat, apa yang harus mereka perbuat, tetap merahasiakan atau berterus terang. Wisnu mengisyaratkan dengan mengedipkan matanya untuk bersikap tenang. Dokter Wisnu tidak bisa berkelit lagi. Andi sudah melihat keberadaan mereka. Mau tak mau mereka harus menjelaskan semuanya. Tidak perlu menutupinya lagi. “Apa kabar Mas Andi,” sapa Sari ramah. “Alhamdulillah ... Mas baik-baik saja. Kalian kok bisa bersama, jangan-jangan pakaian perempuan yang ada di apartemen Wisnu punya kamu Sari...!” tanya Andi menduga-duga. “Iya Mas, itu pakaia
Rumah SakitHeru baru saja sadar dari koma. Dua minggu lamanya ia terbaring tak sadarkan diri. Selama itu juga bu Sri dan Dela bolak balik ke rumah sakit secara bergantian.Saat melajukan mobil, sosok Sari tak lepas dari pikirannya. Sampai- sampai kenangan saat mereka bersama selalu muncul dalam bayangannya. Sehingga Heru tidak fokus dalam mengendarai mobil, akhirnya terjadi kecelakaanHeru mengalami kecelakaan tunggal, ia tidak bisa mengendalikan laju mobilnya setelah bayangan Sari mengacaukan pikirannya.Untungnya, kecelakaan itu terjadi, Heru sedang tidak bawa penumpang. Seandainya ia bawa penumpang, entah berapa biaya yang harus ditanggung oleh keluarga Heru. Nasib baik masih berpihak padanya. Jika tidak, berapa kerugian yang harus ditanggung oleh perempuan paruh baya itu.Sementar
Bantu Subscribe, rate dan like juga bintang 5 ya, terima kasih sebelumnya Tiap sebentar Heru memandang ke pintu. Berharap dan sangat berharap ada keajaiban, berharap Sari muncul di pintu secara tiba-tiba. Bayangan wajah Sari memenuhi benak Heru, bagaimana ia berjuang sekuat tenaga, meluluhkan hati mamanya. Sampai-sampai ia mengancam pergi dari rumah, supaya bisa menikahi Sari. Tapi setelah semua itu ia dapatkan, sekarang justru ia sia-siakan. Heru teramat menyesal telah melepaskan Sari hanya karena cemburu buta. Jejakmu terukir dalam ingatanku Sari, sulit menghapus ingatan tentangmu. Perpisahan ini membuatku luka dan terluka semakin dalam. Rasanya aku pingin mati saja, kenapa kecelakaan itu tidak merengut nyawaku saja. Kenapa aku harus sadar dari koma atau bila perlu aku koma selamanya, dan tidak p
Bantu subscribe ya... “Dek, kok melamun. Apa yang kamu pikirkan,” tanya Wisnu memandang istrinya yang sedang resah. Sejak kepergian Dela, adik iparnya tadi, Sari banyak melamun. Berita komanya Heru, membuat Sari jadi kepikiran. Mungkin Sari menyesali pertemuan tak sengaja waktu itu, pikirnya. Wisnu menatap istrinya khawatir. Tak biasanya Sari jadi seperti ini, banyak melamun dan terkadang tidak fokus. Wisnu tidak siap, melihat perubahan istrinya yang tadi ceria, berubah galau. “Eh ... Itu Mas, tidak menyangka pertemuan kita di kafe waktu itu, menjadi penyebab terjadinya kecelakaan dan mengakibatkan bang Heru koma sampai dua minggu lamanya,” terang Sari sambil menarik napas perlahan, melepaskan sesak yang mendera dadanya. Sari tak ubahnya seperti orang yang kehabisan oksigen. Setelah menjawab pertanyaan suaminya, Sari kembali diam. Suasana hening, Sari asyik
Bantu Subscribe ya..“Apartemenku berantakan Ma Pa, gimana kalau kita bicara di kafe deket sini saja,” tawar Wisnu pada orang tuanya. Dalam hati ia berharap orang tuanya bersedia menerima ajakannya. Ia belum siap, melihat papa dan mama kecewa setelah mengetahui pernikahannya.Semua orang tua tentu bahagia melihat pernikahan anaknya, tapi bukan pernikahan diam-diam, seperti yang dilakukannya. Ia tahu, perbuatannya tidak bisa dimaafkan. Makanya ia lebih memilih diam dan menyembunyikan kebenarannya.“Makanya buru-buru nikah biar ada yang urus,” celetuk papa cepat. Kamu bukan lagi anak ABG yang mencari cinta, tapi justru mencari istri. Ingat umur,” ucap papa tegas menasehati.“Tidak apa-apa, kita bicara di Apartemenmu saja, sekalian nanti biar mama bantu merapikan dan menata barang-barang,” timpal mama semangat. Sang mama m
Bantu Subscribe ya... “Kamu ...!” ucap bu Nani terperangah kaget. Spontan badannya terhuyung ke belakang. Perempuan yang di kamar mandi, juga tak kalah kaget melihat kemunculan seorang wanita tua secara tiba-tiba. Perempuan di kamar mandi itu adalah Sari. Untung saja Sari cepat menarik tangan bu Nani, jika tidak bu Nani bisa jatuh terjengkang ke belakang. "Hati-hati ibu, lantainya licin," pesan Sari setelah perempuan tua itu berdiri kokoh. "Terima kasih!" Sahut Bu Nani ketus, ia tak suka melihat ada perempuan di kamar mandi anaknya. Bu Nani kembali menatap nanar perempuan yang tengah hamil itu, dengan berbagai pikiran buruk. Ia tak menyangka di kamar mandi anaknya ada seorang
Bu Nani segera merengkuh Sari dalam pelukan hangat. Tak menyangka nasib Sari setragis ini. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan Sari, bila Wisnu tidak menolongnya. Itulah skenario dari Allah. Sebaik-sebaik skenario. "Tapi kalian juga salah, karena tidak jujur. Andai kalian langsung berterus terang, mama dan papa pasti akan menyetujuinya. Bagi orang tua itu, melihat anaknya bahagia, apapun maunya pasti akan dituruti. Asal bicara dan komunikasi kuncinya. Jangan salahkan papa, karena papa tidak mengetahui kebenarannya." "Melihat kedekatan kalian dulu, mama sungguh tidak menyangka, jika kalian saling menyayangi satu sama lain. Layaknya sepasang kekasih. Mama dan papa mengira kalian saling menyayangi sebatas kakak dan adik. Ternyata apa yang dikatakan Andi dulu itu benar, kalau kalian saling mencintai dan menyayangi seperti layaknya seorang lelaki dewasa pada seorang perempuan."