Home / Urban / Tajamnya Lidah Istri / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Tajamnya Lidah Istri: Chapter 1 - Chapter 10

55 Chapters

Part 1. Emang Aku Babu

Terima kasih teman-teman, talah berkenan mampir diceritaku, semoga suka dengan ceritanya. Jangan lupa kasih vote dan bintang ya.    Selamat membaca...   "Bikinin Ayah kopi, Bunda.” Pinta Heru pada Sari istrinya yang tiba-tiba lewat di depannya. Sari menghentikan langkah, lalu menatap tajam wajah suaminya. Kekesalan hatinya makin memuncak tajam, menahan amarah, dadanya bergemuruh hebat.  Sementara lelaki itu  hanya diam sambil memainkan gawainya. Menoleh pun tidak, apalagi berniat menolong.   “Emangnya gue Babu, bikin aja sendiri.” Jawab Sari terus melangkah ke teras, membawa ember penuh cucian. Dasar suami kagak ada akhlak, sudah tau gue kerepotan begini, bukannya dibantuin, malah disuruh bikin kopi. Rutuk Sari dalam hati. Emang ya lelaki tak punya hati nurani. Bisanya hanya menyuruh ini dan itu. Mentang-mentang status dan derjatnya lebih tinggi dibanding seora
Read more

Part 2. Dari Bermalas-malasan

Subscribe dulu dong....   Pagi ini, Sari bergelung dalam selimut. Hawa dingin pagi hari menambah nikmat untuk tidur dan bermalas-malasan. Rasanya Sari enggan untuk bangun dan menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga. Lelah bekerja seharian mencari uang, ditambah dengan  mengurus rumah, membuatnya semakin dilanda rasa bosan dan capek sendiri.   Pikirannya melalang buana. Sari bingung menghadapi kenyataan hidupnya belakangan ini. Enggan rasanya,  untuk memasak dan beberes. Sementara yang tinggal di rumah ini masih tidur dengan nyenyak. Ga hanya mama mertua dan Dela saja yang masih tidur, bahkan  suaminya, yang seharusnya bertanggung jawab untuk biaya rumah tangga ini pun tidur dengan sangat pulasnya.    Membayangkan suaminya masih lelep dalam tidur, membuatnya semakin di dera rasa malas. Ia mengerucutkan bibir kesal.   
Read more

Part 3. Menunggu Tak Pasti

Subscribe dan bintang 5 dulu dong sebelum baca..   Magrib baru saja usai. Setelah selesai makan malam, dan merapikan meja makan,  Sari berniat untuk bekerja kembali. Pekerjaannya belumlah selesai, masih ada beberapa kerjaan yang terbengkalai. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Sari bekerja sendiri membungkus kecil-kecil snack ringan seharga 1000 per bungkus. Sari menitipkannya di sepanjang warung yang ada di pinggir jalan dekat rumahnya. Bahkan warung yang jauh dari rumahnya pun Sari kejar, tanpa mengenal lelah untuk membiayai hidupnya bersama suami, mertua dan adik iparnya. Sari tak punya pilihan lain, selain melakukan dengan Ikhlas.   Ia tidak bisa diam saja menunggu nafkah yang tak kunjung diberi oleh Heru. Sementara kebutuhan perut harus tetap dipenuhi. Tak mungkin bernegosiasi dengan perut, untuk tidak menuntut haknya, karena ketiadaan biaya. Makanya untuk memenuhi itu semua,
Read more

Part 4. Tuduhan Palsu

Subscribe dan bintang 5 dong😊   "Eh ... Sari! Jangan menuduh sembarangan. Bisa jadi kamu membelinya dalam keadaan tak terikat kencang,” sela Sri marah, tersinggung dengan tuduhan Sari.   Tentu saja Sari makin meradang mendapat sangkalan dari mertuanya. Sudah jelas mereka yang bersalah, masih saja berkelit, pasti nanti mereka minta bukti.    “Aku yakin banget, sudah periksa kondisi barang itu sebelum aku beli, aku tidak akan seceroboh itu,” terang Sari dengan seyakin-yakinnya. "Aku tidak pernah bertindak gegabah, semuanya pasti sudah aku perhitungkan."   “Apa buktinya, bila kami yang memakannya, jangan menuduh sembarangan.” Tutur Dela tak mau kalah membela kehormatan keluarga, di mata kakak ipar yang  menuduh mereka seenak jidatnya.   Tuh! Benarkan! Mereka pa
Read more

Part 5. Suamimu Perisaimu

Terima kasih seudah berkenan mampir, semoga suka. Selamat membaca.    Walaupun sekarang Heru tidak punya penghasilan, Sari masih tetap melayani segala kebutuhan Heru.  Ia tidak mau di cap istri durhaka. Selama ini suaminya cukup bertanggung jawab dalam memenuhi segala kebutuhan keluarga. Hanya semenjak Heru di PHK saja, tanggung jawabnya jadi berkurang. Hanya tanggung jawab nafkah lahir yang tidak ia berikan. Sementara yang lain masih dipenuhi oleh Heru.   Sari ingat nasehat ibunya, bahwa tugas istri itu cuman 1, yaitu taat kepada suami. Walaupun suami itu tidak memberikan nafkah lahir, tidak ada alasan bagi istri untuk tidak menaatinya. Masalah nafkah, biarlah jadi urusannya sama Allah. “Ingat! Nak... Jangan sekali-kali kamu meminta cerai, karena suami itu adalah perisaimu nanti di akhirat, dia yang akan menanggung semua dosamu.”   Makanya Sari berusaha sabar dan m
Read more

Part 6. Keputusan Sari

Flashback   “Bang, kamu yakin mamamu akan menerimaku. Aku takut dan tak siap menerima penolakannya.”   “Jangan khawatir, kan ada aku! Aku akan membela dan menjagamu,” jawab Heru antusias sambil menepuk dadanya. Heru sudah tak sabar ingin mengenalkan Sari pada ibunya. Heru sudah kebelet nikah.   “Tapi janji ya, apa pun yang terjadi, kamu tidak boleh meninggalkanku. Kamu udah janji untuk tetap bersama.”   “Iya, aku janji,” ucap Heru sambil mengaitkan jari kelingkingnya.   Sari dan Heru tersenyum bahagia. Mereka segera melangkah masuk ke rumah. Di sana mama dan papa Heru telah menunggu.    “Assalamualaikum,” ucap mereka serentak. Sari kembali mencengkeram tangan Heru, perasannya tidak enak. Sari mundur berbalik ke belakang, tapi den
Read more

Part 7. Jebakan Dela

Subscribe dan bintang 5 dong   “Ini tehnya ...! Ma,” ucap Dela sembari meletakkan teh di meja.   "Ya, tarok aja di sana."   Setelahnya, Dela pun duduk tak jauh dari mamanya. Ia menatap perempuan di depannya, sambil mengingatkan kejadian beberapa waktu yang lalu.       “Ma...! Mama ingat kejadian tiga hari lalu ... Kan?” tanya Dela pada  Bu Sri yang tengah duduk santai di teras. Kebetulan  Sari sedang berada di dapur. Entah apa yang sedang dilakukannya, para benalu tak mau tau, bahkan enggan membantu, tak ada dalam pikiran mereka.     Sri mengangguk, sambil menyeruput teh manis yang dibawa Dela. “Emang kenapa, Nak!”   “Ma, aku sakit hati diperlakukan mbak Sari kemaren, padahal aku sudah tergiur banget ing
Read more

Part 8. Selingkuh

Terima kasih teman, sudah berkenan mampir, jangan lupa vote dan bintang ya.   Selamat membaca...       “Mas Wisnu!” ucap Sari kaget dan terperanjat dengan kedatangan sosok yang telah lama tak ia jumpai. Sari memandang wajah Wisnu lamat-lamat. Meyakinkan penglihatannya, bahwa pria itu adalah Wisnu. Tak percaya rasanya, bertemu setelah sekian tahun tak bersua.   Setelah puas memandang, barulah ia yakin bahwa lelaki yang mengajaknya bicara ini adalah Wisnu.   Terakhir bertemu kurang lebih 10 tahun lalu. Semakin gagah dan bersahaja. Tubuhnya dibalut kemeja kotak-kotak hitam senada dengan celananya. Lengan kemeja digulung sampai batas siku. Bodinya semakin berisi dan bersih. Sepertinya hidupmu bahagia Mas. Tak sepertiku hidup selalu dalam penderitaan.  
Read more

Part 9. Salah Paham

Terima kasih telah berkenan mampir, jangan lupa vote dan bintang ya, biar tidak ketinggalan setiap update.   “Kamu mau balikan sama mantanmu itu, iya...!” Sari membelalakkan matanya penuh emosi dalam relung hati. Dadanya sesak menerima semua kenyataan di depan mata. Sari tak menyangka suaminya tega selingkuh di belakangnya. Apa kurangnya dia. Semua telah ia perjuangkan untuk suaminya. Bahkan waktu dan uang telah ia ikhlaskan untuk membantu suaminya. Tapi apa balasan yang ia terima.   Beban yang berada di pundaknya selama ini, seolah-olah tiada artinya. Jerih payahnya tak bernilai apa pun. Sirna. Sungguh tragis memang. Sari teramat menyesalkan petbuatan Heru suaminya.   “Kamu jangan asal tuduh,” ucap Heru marah karena di tuduh selingkuh.   “Jangan menyangkalnya, sudah jelas-jelas bukti ada di depan mata,” balas Sari lantang. &n
Read more

Bagian 10. Cinta Yang Mulai Terkikis

Pov Heru   Dari sore hujan mengguyur bumi. Kalau sudah hujan begini, tak heran sebagian tempat tergenang air yang mengakibatkan macet di mana-mana. Langit mencurahkan hujan dengan derasnya, disertai petir menggelegar. Beberapa karyawan tampak meneduh dipinggir jalan.   Begitu juga yang ku alami, aku baru saja pulang dari pabrik tempat aku bekerja. Badanku hampir basah semua, karena aku paksakan jalan menerobos hujan. Aku tau Sari sangat takut dengan petir, apa lagi ia seorang diri di rumah. Aku jadi tidak tenang dibuatnya.    Tak lama kemudian, akhirnya aku sampai juga di rumah. Aku segera meraih handuk dan mengganti pakaian. Setelahnya aku masuk ke kamar.  Benar saja, saat sampai di dalam kulihat Sari meringkuk dibalik selimut. Untungnya aku selalu membawa kunci cadangan, jika tidak, mungkin aku akan terkunci di luar.   Aku segera
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status