Beranda / Pendekar / Arya Tumanggala 2 / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Arya Tumanggala 2: Bab 81 - Bab 90

150 Bab

Kridapala Merat

KRIDAPALA tersentak mendengar perintah tersebut. Parasnya seketika berubah. Terlebih ketika menyadari sikap para prajurit penjaga gapura Kotaraja yang semuanya tampak bersiaga penuh."Tunggu, tunggu!" Kridapala angkat tangannya ke udara. Ia yakin ada kesalahpahaman. "Kenapa kalian malah hendak menangkapku? Bukankah kau sendiri tadi yang mengatakan Gusti Rakryan Tumenggung sudah menungguku?""Kau benar, Ki Bekel," sahut prajurit yang sejak tadi berbicara dengan Kridapala. Agaknya ia adalah pemimpin pasukan hari ini. "Kau memang sudah ditunggu. Kami diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke hadapan Gusti Rakryan Tumenggung, hidup ataupun mati!"Jawaban itu membuat Kridapala menelan ludah. Selaksa pertanyaan seketika muncul di dalam kepalanya.Mengapa tiba-tiba Rakryan Tumenggung berubah sikap? Bukankah kemarin panglima kerajaan itu seperti menelan mentah-mentah tuduhan yang dilempar Kridapala kepada Senopati Arya Lembana dan Tumanggala?"Bagaimana, Ki Bekel?" tanya Paladhu setengah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

Rencana Pamungkas

KRIDAPALA memacu kuda kencang-kencang bagai kesetanan. Ia terus-terusan menggebah hewan tunggangannya agar tidak mengurangi kecepatan. Sementara di belakangnya, Paladhu tercecer sejarak beberapa depa.Di belakang keduanya, para prajurit penjaga gapura perbatasan Kotaraja sudah tak tampak lagi. Tadi beberapa dari mereka memang ada yang mengejar. Namun bisa sejauh apa kalau hanya dengan berlari?Sebelum memutuskan bertarung tadi, Kridapala sudah terlebih dahulu mengamati keadaan. Ia melihat beberapa ekor kuda tertambat di dekat gardu penjaga, tetapi letaknya terlalu jauh dari medan pertempuran.Itu sebabnya ketika merasa keadaan tak lagi menguntungkan, Kridapala memutuskan pergi. Akan lebih baik baginya segera menyingkir sejauh mungkin dari Kotaraja.Ketika para prajurit penjaga gapura Kotaraja baru menaiki kuda, Kridapala dan Paladhu sudah sangat jauh. Bahkan derap ladam kedua orang itu tidak terdengar lagi.Setelah merasa aman, Kridapala memberi isyarat pada Paladhu dengan mengangkat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Kridapala Buron

RAKRYAN Mantri Tumenggung tengah berada di pendopo kediamannya petang itu. Sang panglima berbicara dengan seorang lelaki tua, ketika seseorang berseragam prajurit datang diantar pengawal katumenggungan.Prajurit tersebut tampak lusuh dan berkeringat, dengan wajah menyiratkan kelelahan. Napasnya juga terdengar tersengal-sengal, sepertinya baru saja datang dari tempat jauh."Mohon ampun, Gusti, prajurit ini mengaku sebagai kepala pasukan penjaga gapura perbatasan Kotaraja sisi barat. Katanya hendak melaporkan sesuatu yang baru saja terjadi," terang salah satu pengawal katumenggungan yang mengantar."Hmmm ..." Rakryan Tumenggung meninggalkan lelaki tua yang tadi sedang ia ajak bicara, lalu mendekat pada prajurit yang baru datang. "Siapa namamu?""Hamba Santanu, Gusti Tumenggung," jawab si prajurit, sembari sedikit membungkukkan badan. "Lalu, apa yang telah terjadi di gapura perbatasan Kotaraja?" tanya Rakryan Tumenggung lagi."Tadi Ki Bekel Kridapala dan pasukannya tiba dan hendak masuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Titah Guru

SUARA gemericik air menyambut kedatangan Tumanggala. Ia berhenti sejenak di hadapan sebuah pondok kayu, sementara gurunya sudah meniti undak-undakan menuju ke bagian atas bangunan panggung tersebut.Sebuah ingatan seketika membayang di dalam kepala Tumanggala. Rentetan peristiwa tak terlupakan beberapa purnama lampau, setelah dirinya ditemukan mengambang di muara sungai pada Teluk Secang di kejauhan sana.Tumanggala menghela napas panjang mengingat semuanya. Bayangan wajah istrinya yang memilih bunuh diri di Gua Lawendra, muncul bergantian dengan bayangan wajah puteranya yang terakhir kali bersamanya saat ia ajak mandi di sungai.Dada Tumanggala seketika menjadi sesak, sementara bola matanya memanas. Lalu tanpa dapat ditahan-tahan lagi, bulir-bulir bening menggelinding jatuh dari kelopak mata membasahi pipinya."Kau kenapa malah diam saja di sana? Cepat masuk!" Satu suara cempreng nyaring mengagetkan Tumanggala.Buru-buru Tumanggala mengusut mata agar tidak ketahuan sedang menangis. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Tertantang

GURU Tumanggala tidak main-main dengan ucapannya. Lelaki tua itu sudah bulat dengan titahnya tadi. Tidak sedikit pun memberi kesempatan pada muridnya untuk menjelaskan apapun, lebih-lebih lagi membantah.Bahkan malam itu juga petapa nyentrik tersebut mengajak Tumanggala ke teluk. Ajakan yang sebetulnya enggan dituruti oleh sang wira tamtama. Namun gurunya memaksa, bahkan mengancam."Ingat, Tumang, dulu kau yang merengek-rengek memintaku mengangkatmu sebagai murid. Nyatanya, baru sebentar saja kau sudah kabur meninggalkanku. Kalau kau pergi lagi, aku tidak akan sudi menyebutmu sebagai muridku!"Itulah ucapan pamungkas dari gurunya yang membuat Tumanggala menyusul ke teluk. Meski sejujurnya di dalam hati ia terus berperang. Keinginan untuk mematuhi guru dan menaati perintah atasan berperang di dalam dirinya.Sampai kemudian kencangnya suara deburan ombak di teluk membetot seluruh perhatian Tumanggala. Lautan di depan sana tampak hitam, tetapi cahaya rembulan separuh membantunya mengagum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Pesan Tumanggala

KETIKA kemudian pagi datang keesokan harinya, guru Tumanggala mendapati kamar muridnya kosong melompong. Prajurit itu benar-benar nekat pergi. Si lelaki tua jadi geleng-geleng kepala."Dasar anak keras kepala!" desisnya, tetapi kemudian tertawa mengekeh. "Kapan dia perginya? Bagaimana bisa aku tidak tahu sama sekali? Dasar kebo! Kalau tidur tidak dengar apa-apa."Sambil memaki diri sendiri, lelaki tua itu duduk di tepian ranjang yang semalam dipakai tidur Tumanggala. Sambil menepuk-nepuk tilam yang dilapisi sebentuk kain lusuh, ia sambil menduga-duga kapan muridnya kabur.Sepulang dari teluk tadi malam, seingat si lelaki tua Tumanggala membersihkan diri di sungai dan langsung tidur. Prajurit itu tidak berkata apa-apa saat bertemu muka dengan gurunya. Bahkan seperti tidak melihat keberadaan orang lain.Dari situ si lelaki tua tahu jika muridnya tengah mengalami kebimbangan luar biasa. Di satu sisi ingin menjadi murid baik yang menaati perintah dan kehendak guru, tetapi di sisi lain ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

Triguna Terperangkap

AIR di permukaan dawuhan di Paradah itu memantulkan warna keperakan terang dari langit. Sang surya sudah lepas dari kaki langit timur, tetapi orang yang ditunggu-tunggu Kridapala belum juga muncul. Bekel itu duduk di tepian dawuhan, sambil sesekali mengernyit menahan rasa sakit yang merambati sekujur tubuh. Luka-luka yang ia derita akibat pertarungan dengan Tumanggala dan gurunya, juga dengan para prajurit penjaga gerbang perbatasan Kotaraja, masih terasa. Kalau menurutkan kehendak hati, ingin rasanya Kridapala terus beristirahat sampai benar-benar pulih. Namun ia sudah berjanji menemui seseorang di tempat ini, demi menuntaskan rencananya yang sempat terganggu. "Prajurit tengik itu seharusnya sudah aku penggal batang lehernya. Sial betul orang tua keparat itu malah muncul dan mengacaukan semuanya," geram Kridapala, mengenangkan kejadian di tapal batas Hantang kemarin. "Kali ini rencanaku tak boleh kacau lagi. Kali ini aku harus bisa menuntaskan semuanya. Tumanggala dan juga Arya Le
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

Mencuri Keterangan

"ADUH! Kenapa tiba-tiba perutku perih sekali!" desis Tumanggala, sembari langsung menghentikan langkah kakinya.Wajah wira tamtama Panjalu itu mengernyit, sementara bulir-bulir keringat membasahi kulitnya. Sambil memegangi perutnya yang terasa melilit, ia menyandarkan bahu ke sebatang pohon di tepi jalan.Ada rasa melilit yang terasa di dalam lambung Tumanggala. Lalu tak lama berselang ia mendengar suara berkecuruk ramai di perutnya. Prajurit itu jadi meringis karena teringat sesuatu."Ah, sialan! Pastilah ini karena aku tidak makan dari siang kemarin," gerutunya.Sambil terus mengelus-elus perutnya yang berbunyi ramai, Tumanggala mengedarkan pandangan ke sekeliling. Senyum lebar langsung terkembang tatkala tatapan matanya terantuk pada satu bangunan bambu tak jauh dari tempatnya berhenti.Warung makan! Tumanggala yakin sekali matanya tak salah lihat. Bangunan bambu itu memang terlihat sebagaimana umumnya warung makan.Di halaman bangunan tersebut tampak beberapa ekor kuda tertambat r
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-03
Baca selengkapnya

Paladhu Mengadang

"TIDAK ada pilihan lain, aku terpaksa melakukannya," desis Tumanggala, lalu bangkit dari duduknya.Sambil meletakkan sekeping koin tembaga di atas meja, Tumanggala langsung menuju pintu keluar. Tak ada yang menghiraukan kepergiannya, termasuk dua prajurit tadi yang masih asyik terus mengobrol.Tumanggala berjalan santai saat keluar dari warung. Ia tak mau menarik perhatian dengan bergerak terburu-buru. Dengan yakin wira tamtama itu melangkah ke bagian samping di halaman, tempat di mana kuda-kuda para pengunjung warung berjejer. "Harap kalian mengampuni perbuatanku ini, Prajurit. Setidaknya kalian masih bisa kembali ke Kotaraja dengan berboncengan," gumam Tumanggala, sembari melirik ke arah warung.Hap!Sekali lompat saja Tumanggala sudah berada di atas punggung kuda milik salah satu prajurit tadi. Tanpa menunggu lagi ia langsung menggebrak dengan kaki, membuat hewan tersebut meringkik keras dan kemudian melesat pergi.Suara ringkikan itu barulah membuat para pengunjung warung mengang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-03
Baca selengkapnya

Jaring Celaka

"HIAAATT!"Wuuut! Wuuutt!Serangan Paladhu dan Gonggo Seto datang secara bersamaan, mengarah pada dua tempat berbeda di tubuh Tumanggala. Satu melepas tendangan yang mengarah ke dada, sedangkan satunya lagi mengirim pukulan ke bawah dagu.Terang saja yang diserang menggeram marah, kemudian bersiap memasang kuda-kuda. Namun alih-alih balas menyerang, Tumanggala memilih menunggu di tempatnya.Sang wira tamtama sudah tahu kemampuan Paladhu, tetapi lelaki berpakaian putih bernama Gonggo Seto itu belum. Jadi ia akan sengaja menangkis serangan dengan maksud menjajaki kekuatan tenaga dalam lawan.Buk! Buk!Ketika pukulan dan tendangan yang dilepas dua lawan sudah dekat, Tumanggala gerakkan kedua tangannya secara berbarengan. Satu gerakan cepat yang mengagetkan lawan, dengan tenaga dalam mengalir penuh.Terdengar suara benturan keras tatkala kedua lengan Tumanggala beradu dengan kaki Paladhu dan juga tangan Gonggo Seto. Sambil mengeluh kaget, wira tamtama itu terjajar mundur beberapa langkah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status