Home / Pendekar / Arya Tumanggala 2 / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Arya Tumanggala 2: Chapter 101 - Chapter 110

150 Chapters

Sekelumit Dugaan

"APA kau bilang, Mbok?"Kejut Dyah Wedasri bukan alang kepalang mendengar ucapan simbok emban. Puteri Panjalu itu memandangi wanita pengasuhnya dengan tatapan lekat-lekat. Sepasang mata indahnya menyorotkan rasa tak percaya."M-mohon ampuni hamba, Gusti Puteri. Hamba....""Kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi, Mbok?" tukas Dyah Wedasri, dengan raut muka keheranan bercampur kebingungan."A-ampuni hamba, Gusti Puteri." Simbok emban menjatuhkan diri ke lantai gua, lantas bersujud di depan kaki Dyah Wedasri. "Hamba mungkin sudah salah menduga. Mohon ampuni hamba, Gusti."Dyah Wedasri terdiam sejenak. Ia tak menghiraukan simbok emban yang terus bersujud, sembari menyentuh ujung jemari kakinya. Sang Puteri Panjalu justru tengah berpikir-pikir sendiri."Bangunlah, Mbok. Tidak ada yang salah dengan dugaanmu itu," kata Dyah Wedasri kemudian.Sambil berkata begitu Dyah Wedasri berjongkok, lalu tangan halusnya menarik bahu simbok emban agar kembali berdiri. Namun pengasuhnya itu hanya mau
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Kridapala Kembali

USAI berpamitan pada Dyah Wedasri Kusumabuwana, Wikutama keluar dari gua dengan pikiran kusut. Di dalam benaknya terjadi pertentangan hebat akibat terpengaruh ucapan Triguna dan juga puteri junjungannya tadi."Keparat! Kenapa kata-kata mereka membuat kepalaku jadi pening begini?" rutuk Wikutama, sembari meninju telapak tangannya sendiri.Jauh di dalam lubuk hatinya, Wikutama tidak terima disebut pengkhianat. Satu pemikiran yang kemudian mendorongnya memperbaiki keadaan. Yaitu dengan menggagalkan rencana Triguna dan membawa Dyah Wedasri kembali ke Kotaraja.Iming-iming imbalan besar yang dijanjikan Triguna sempat membuat Wikutama ragu-ragu. Namun bukankah Sri Maharaja Prabu Jayabhaya bakal memberikan hadiah tak kalah banyak kepada siapapun yang menyelamatkan puterinya dari tangan penculik?"Tapi bagaimana kalau peranku dalam penculikan ini ternyata sudah diketahui?" gumam Wikutama yang kembali disergap keragu-raguan."Tentu bakal mencurigakan kalau aku tiba-tiba saja muncul di Kotaraja
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Kejutan Ganduswa

"LIHAT, ada yang datang mendekat kemari!" bisik seorang berseragam prajurit pada lelaki berkepala botak di sebelahnya.Kedua orang itu tengah mendekam di balik semak-semak agak jauh dari air terjun. Selain mereka, masih ada empat prajurit lagi yang langsung bersiaga begitu mendengar bisikan temannya tadi.Sementara lelaki berkepala botak tidak menjawab sepatah katapun. Namun tangannya segera menyibak belukar di hadapannya lebih lebar lagi agar dapat melihat sosok yang berjalan di kejauhan.Begitu orang yang tengah diintai semakin jelas terlihat, kagetlah enam sosok di balik semak belukar. Mereka saling berpandangan dengan raut muka kebingungan."Ki Bekel Wikutama?" desis salah satu dari lima prajurit, tidak jelas ditujukan pada siapa."Kalau tidak melihat sendiri, benar-benar tidak dapat dipercaya," imbuh prajurit lainnya."Berarti kabar yang menyebutkan bekel itu tewas di tangan para penculik Gusti Puteri hanyalah bualan semata," tambah satunya lagi.Yang diintai memang Wikutama. Bek
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Triguna Dikepung

SUITAN keras tersebut sampai di telinga Triguna. Parasnya seketika berubah tegang, sebab itu adalah isyarat rahasia pertanda bahaya yang pernah ia sepakati bersama Wikutama dan Sukarta.Suara suitan berasal dari depan, arah di mana Wikutama tadi pergi untuk memeriksa keadaan. Seketika Triguna teringat pada kecurigaan bekel tersebut pada Kridapala."Ki Bekel?" desis Triguna memanggil Kridapala.Lelaki itu lantas menoleh ke arah dangau, tetapi tidak mendapati siapapun. Padahal tadi jelas-jelas ia melihat sendiri Kridapala merebahkan diri di tempat tersebut.Belum habis rasa terkejut Triguna, semak belukar di sekitar dangau tersibak. Sepuluh sosok bersenjata tombak panjang meloncat keluar diiringi seruan garang.Srak! Srak!Sosok-sosok yang baru muncul adalah prajurit magalah. Kesepuluh prajurit tersebut langsung bersikap siaga dengan tombak terhunus ke depan. Nyata-nyata menyiratkan ancaman pada Triguna."Keparat!" dengus Triguna kesal. Parasnya seketika berubah merah kelam pertanda men
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Kridapala Menyerbu Gua

"ADA apa ini, Mbok? Sepertinya sesuatu tengah terjadi di luar sana!"Dari sebalik tonjolan batu di dekat mulut lorong, Dyah Wedasri Kusumabuwana dan emban pengasuhnya saling berpandangan. Paras dua wanita berbeda usia tersebut sama-sama memancarkan rasa heran bercampur bingung.Di ruangan besar dalam gua yang sejak kemarin ditempati Sang Puteri, biasanya berjaga-jaga paling tidak tujuh lelaki berpakaian hitam-hitam. Lima berdiri siaga di sekeliling ruangan besar, dua lagi mengapit mulut lorong menuju ruangan Dyah Wedasri berada.Namun setelah mendengar suara suitan nyaring dari luar tadi, lima penjaga di ruangan besar bergegas keluar. Tinggallah dua orang saja yang tetap berjaga-jaga di mulut lorong."Apa yang terjadi, Mbok?" ucap Dyah Wedasri lagi pada simbok emban di sebelahnya."Ampun, Gusti Puteri, hamba juga tidak tahu," jawab simbok emban, sembari mata kelabunya mengamati keadaan sekeliling.Suasana menjadi hening untuk beberapa lama. Entah mengapa Dyah Wedasri jadi cemas sendir
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Dyah Wedasri Terjerat

"A-apakah pengawal itu tewas, Mbok?"Dari balik tonjolan batu tempatnya mengintai, Dyah Wedasri terpekik melihat apa yang terjadi. Puteri Panjalu tersebut sontak memejamkan mata, sembari menutup telinga dengan telapak tangan.Seolah belum cukup, Dyah Wedasri juga memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak tega melihat bagaimana tubuh penjaga berpakaian hitam di depan sana tertembus dua batang tombak.Sementara yang ditanyai tidak menjawab. Hanya dapat menelan ludah melihat bagaimana keadaan lelaki yang terkena serangan tadi. Dua tombak menancap di dada dan perutnya, terus tembus sampai punggung.Darah mengucur deras dari dua luka tersebut. Lantai gua segera memerah oleh genangan darah. Sedangkan si lelaki berpakaian hitam-hitam tampak bergeletar seluruh tubuhnya, seolah sedang meregang nyawa."Kenapa kau tidak menjawabku, Mbok? Apa dia sudah tewas?" tanya Dyah Wedasri lagi. Kini ia menyembunyikan wajah di balik kedua telapak tangan.Yang ditanyai tetap tidak mau menjawab. Justru kemu
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Wikutama Gugur

DI luar gua, tiga pertarungan di dua tempat berbeda masih berlangsung. Suara dentrangan logam beradu yang bercampur dengan bentakan-bentakan masih terdengar.Pada gelanggang pertama, Ki Bekel Wikutama berhasil merobohkan tiga prajurit magalah yang mengeroyoknya. Namun pria separuh baya itu tengah terdesak hebat dan mengalami luka menganga di beberapa bagian.Di lengan, dada, perut dan punggung Wikutama terdapat sayatan yang mengucurkan darah. Pakaian yang dikenakan bekel itu juga koyak moyak tak karuan. Kesemuanya akibat terkena sabetan mata tombak para prajurit dan juga parang besar Ganduswa."Kau sudah terlihat sangat kepayahan, Ki Bekel. Sebaiknya menyerah saja untuk kami bawa ke Kotaraja!" seru Ganduswa, di sela-sela serangannya pada Wikutama."Bedebah! Jangan terlalu besar mulut!" balas Wikutama yang kian tersulut amarahnya.Namun ucapan Ganduswa ada benarnya. Wikutama memang tampak semakin kerepotan menghadapi serbuan tiga prajurit tersisa, ditambah Ganduswa dengan parang besarn
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Triguna Pasrah

PARANG besar di tangan Ganduswa berkelebat dahsyat, diikuti suara desingan yang menggelitik nyali. Pada saat bersamaan, dua prajurit magalah yang tersisa ikut menyerang pula.Triguna mendengus. Tenaganya sudah berkurang jauh, sehingga pergerakannya juga kian lambat. Namun agaknya para pengeroyok masih tetap bersemangat menyerang.Apa boleh buat, Triguna terpaksa melancarkan rencana pamungkas. Ia tidak mau mati konyol di tempat ini. Sekalipun ia merasa mengkal bukan main pada Kridapala yang telah berkhianat, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memperturutkan amarah secara serampangan."Mau lari ke mana kau?" bentak Ganduswa yang ternyata dapat mencium gelagat Triguna.Tak mau lawannya kabur, Ganduswa mengurung dengan serangan parang bertubi-tubi. Mau tak mau Triguna meladeni kecuali mau tubuhnya berubah jadi daging cacah.Pertarungan satu lawan tiga pecah lagi. Namun sebetulnya Triguna hanya meladeni Ganduswa seorang, sebab dua prajurit magalah lebih memilih berjaga-jaga di tepi gela
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Kawanan Burung Bangkai

"ADA apa di sana? Kenapa burung-burung itu beterbangan sebegitu banyak?" gumam Tumanggala ketika tiba di satu tempat.Wira tamtama Kerajaan Panjalu itu belum sampai di tujuan. Ia bahkan belum tahu pasti tempat mana yang jadi tujuannya. Masih harus menebak-nebak sesuai petunjuk Paladhu yang tidak terlalu jelas.Namun pemandangan aneh di langit depan sana memaksa Tumanggala untuk berhenti. Ia langsung dibuat penasaran menyaksikan sekawanan burung yang terbang berputar-putar di satu tempat. Apalagi dalam jumlah sedemikian banyak."Tidak salah lagi, itu memang burung bangkai," desis Tumanggala, sembari memandangi burung-burung berkepala botak tanpa bulu tersebut.Kawanan burung tersebut seperti tengah mengincar sesuatu di bawah sana. Entah mengapa unggas-unggas itu hanya berputar-putar, Tumanggala belum dapat menebak. Namun ia tahu persis keberadaan burung bangkai merupakan satu petunjuk jika di tempat itu terdapat aroma kematian.Melihat pada begitu banyaknya burung bangkai yang beterban
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Penantian Sia-Sia

TUMANGGALA segera menyandarkan batang kayu yang ia jadikan suluh ke dinding gua. Kemudian ia berjongkok dan mendekatkan wajah agar dapat mengenali orang yang sekilas pandang mirip Triguna.Sekejap berselang Tumanggala kembali mendesah kaget. Lelaki yang tengah tergeletak tak bergerak sedikit pun di hadapannya ini memang Triguna. Tidak mungkin ia salah, sekalipun keadaan di dalam gua remang-remang."Apa yang telah terjadi di tempat ini? Mengapa Triguna terluka sedemikian parah?" gumam Tumanggala terheran-heran sendiri.Sang wira tamtama lantas memeriksa keadaan orang dengan menempelkan punggung tangan ke depan hidung. Masih terasa embusan napas, meski sangat samar dan lebih hangat dari kebanyakan orang.Tumanggala juga meraba denyut nadi pada urat besar di leher Triguna. Begitu tangannya menyentuh kulit Triguna, seketika itu pula ia mendesis kaget."Astaga! Kenapa tubuhnya bisa sepanas ini? Apakah ada racun yang bersarang?" tanya Tumanggala pada dirinya sendiri.Setelah hilang kagetnya
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status