BEGITU Citrakara melepaskan pelukan, Tumanggala langsung melompat naik ke atas pelana kuda. Diikuti pandangan sendu perempuan itu, sang prajurit menggebah hewan tunggangannya. Kuda yang kaget meringkik keras, sembari mengangkat kedua kaki depan. Sekali lagi Tumanggala menggebah, hewan tersebut melesat pergi meninggalkan halaman belakang rumah bibi Citrakara. Debu mengepul tinggi ke udara, membuntuti sepanjang jalan yang dilalui Tumanggala. Sementara matahari pagi semakin merangkak naik. Sinarnya yang semula lembut mulai menghangat. Kabut dan embun perlahan sirna. "Jika benar dua orang tadi adalah prajurit perintis, berarti sudah ada pasukan dari Daha yang bersiaga di dekat-dekat sini," gumam Tumanggala, sembari matanya awas mengamati jalan di depan. "Kalau begitu, sebaiknya aku menghindari jalan-jalan utama agar jangan sampai bertemu dengan mereka selepas dari sini," lanjut Tumanggala. Andai dugaan Tumanggala benar, ia baru akan mendapat ancaman begitu meninggalkan Hantang. Segena
Terakhir Diperbarui : 2023-01-29 Baca selengkapnya