Home / Pendekar / Arya Tumanggala 2 / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Arya Tumanggala 2: Chapter 1 - Chapter 10

150 Chapters

Penguntit Bercadar Hitam

SENJA menjelang manakala kesunyian di sepanjang tepian Bengawan Sigarada pecah. Suara keteplak ladam dan ringkikan kuda seketika memenuhi udara. Burung-burung yang hinggap pada pucuk-pucuk perdu rendah kaget, lalu terbang berserabutan ke langit. Serombongan prajurit berkuda tampak melaju di jalan tanah tak jauh dari tepi sungai. Diiringi kepulan debu tebal di belakang mereka. "Heeyyaa! Heeyyaa!" teriak para prajurit menggebah kuda masing-masing. Rombongan itu berderap dalam kecepatan sedang. Mereka mengiringkan satu kereta kuda berhias bagus. Dari bentuk ukiran serta hiasan-hiasan di sekujur badannya, mudah dikenali jika kendaraan tersebut merupakan kereta istana. Artinya, siapa pun yang berada di dalam kereta pastilah kerabat dekat raja. Ini dapat terlihat pula dari banyaknya prajurit yang mengawal. Berjumlah tak kurang dari dua puluh orang. Dibagi dalam dua kelompok, masing-masing sepuluh di depan dan sepuluh di belakang. Namun ada keanehan. Tak lama setelahnya terlihat pula sek
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more

Serangan Panah

TUMANGGALA baru saja mencapai deretan kuda-kuda penarik kereta saat tiba-tiba saja telinganya mendengar satu bentakan keras dari arah depan. Disusul munculnya beberapa sosok tubuh dari balik semak-semak di kanan-kiri jalan. "Berhenti!" Seruan itu terdengar menggelegar, bak hantaman petir di siang bolong. Seluruh anggota rombongan pengawal Dyah Wedasri Kusumabuwana sontak kaget. Dari tempatnya berada Tumanggala dapat menyaksikan Ki Bekel Wikutama langsung menarik tali kekang kuda. Kusir tua yang mengendalikan kereta tak kalah kaget. Untung saja lelaki itu sudah berpengalaman. Dalam sekali gerak saja ia berhasil menghentikan empat ekor kuda penarik kendaraan yang membawa junjungannya. Jika tidak, pastilah hewan-hewan yang kaget tersebut bakal menyeruduk para prajurit di depan. Tumanggala mendengar jeritan perempuan dari dalam kereta. Naluri kelelakiannya mendorong agar ia mendekati kendaraan tersebut. Namun sang arya memilih terus menuju ke arah Ki Bekel Wikutama. "Jagad dewa bathar
last updateLast Updated : 2021-10-02
Read more

Pertempuran Celaka

TUMANGGALA sempat dibuat bingung melihat Ki Bekel Wikutama malah menyerang musuh. Bukankah tadi atasannya itu sudah membagi tugas? Dan menghadapi keempat lelaki bercadar di hadapan mereka menjadi tanggung jawab Tumanggala. Amarah yang membuncah agaknya membuat sang bekel lupa pada segala-galanya. Termasuk ucapannya sendiri. Alih-alih menunggu lawan melakukan serangan, lelaki tersebut justru terlebih dahulu menyerbu. Namun sudah terlanjur. Serangan Ki Bekel Wikutama sedikit lagi sampai. Maka Tumanggala cepat mengambil tindakan. Ia pun memberi isyarat tangan pada Wyara, meminta sahabatnya itu untuk mengamankan kereta. "Lindungi kereta! Mereka menginginkan yang kita bawa!" seru Tumanggala. Sengaja ia mengatakan ‘yang kita bawa’ agar tidak tegas-tegas menyebut nama Dyah Wedasri yang tengah diincar para pengadang. Wyara cepat mengangguk, lalu tampak memberi perintah pada beberapa prajurit lain. Mereka memusatkan kekuatan di sekitar pintu kereta. Sementara serangan Ki Bekel Wikutama k
last updateLast Updated : 2021-10-03
Read more

Pembantaian

SUARA-suara jeritan yang saling susul membuat suasana bertambah mencekam. Lebih-lebih bagi dua perempuan di dalam kereta. Pelukan Dyah Wedasri Kusumabuwana pada simbok emban semakin erat saja. Di kaki langit sebelah barat, matahari telah berubah menjadi bulatan jingga nan sempurna. Siap berlabuh di peraduannya. Gelap sebentar lagi datang. Sementara pertarungan berlangsung semakin tak seimbang. Para prajurit Panjalu boleh saja masih unggul dalam jumlah. Tapi kemampuan rata-rata mereka nyata sekali berada di bawah lelaki bercadar. Alhasil, dikeroyok dua-tiga pun tidak menyulitkan bagi komplotan pengadang. Crasss! Crasss! “Aaaaaaa!” Dua lagi prajurit Panjalu di sebelah belakang kereta roboh ke tanah. Luka lebar tampak menganga di dada dan perut mereka. Darah segera saja membasahi sekujur tubuh keduanya, lalu mengalir turun ke permukaan tanah. Kini jumlah pasukan pengawal kereta tinggal sepuluh orang. Empat di depan menghadapi tiga lawan, enam lagi di belakang menghadapi empat orang.
last updateLast Updated : 2021-10-03
Read more

Sang Puteri Diculik

KAGET Tumanggala bukan alang kepalang. Pedangnya yang nyaris menghabisi lawan dibuat mental oleh sabetan sebilah golok. Diiringi suara berdentrang nyaring menusuk telinga. Belum usai kekagetan Tumanggala, dua sosok hitam sudah muncul di hadapannya. Lalu dua bilah golok terayun, mengancam dada dan lehernya sekaligus! “Mati kau, prajurit keparat!” bentak salah seorang dari dua lelaki bercadar sembari ayunkan golok. Tumanggala tak sempat berpikir lebih jauh. Tanpa senjata di tangan, ia memilih melompat menghindar. Namun lawan tak memberinya kesempatan. Belum lagi kakinya kembali menjejak tanah, dua lelaki di hadapannya sudah menyambut. Wuuuttt! Wuuttt! Suara menderu dahsyat mengiringi sambaran dua golok. Tumanggala menggeram marah. Ia tak mau kakinya buntung kena babat. Tapi keadaan dirinya tidak memungkinkan untuk bergerak menghindari serangan. “Bedebah!” Tumanggala hanya dapat memaki geram. Ia pasrah pada apa pun yang bakal menimpa. Tapi alih-alih merasakan tajamnya sambaran golo
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more

Kridapala Linglung

DUA pekan berlalu sejak kematian Agreswara di tangan algojo istana. Pihak-pihak yang selama ini mencurigai niat busuk bekas senopati itu menyambut tindakan Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya dengan suka cita. Sebaliknya, orang-orang yang merasa dirinya terkait dengan rencana jahat senopati tersebut menjadi ketar-ketir. Salah satu di antaranya adalah Kridapala. Sejak Agreswara dipenggal di alun-alun, bekel paruh baya itu tak berani menampakkan diri. Ia lebih banyak mengurung diri di rumah. Belum sekali pun ia menginjakkan kaki ke istana lagi. Juga ke kediaman Senopati Arya Lembana, karena dalam dua pekan ini dirinya belum pernah mendapatkan penugasan. "Untung saja Wipaksa dan Ranajaya juga sudah modar di tangan Tumanggala. Jadi tak akan ada yang bisa memberi kesaksian kalau aku terlibat dalam rencana senopati gemuk sialan itu," desis Kridapala, lalu mendesah panjang. Saat itu si bekel tengah termangu-mangu di halaman belakang rumah. Kegiatan yang sejak dua pekan terakhir lebih seri
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Pengakuan Triguna

JANTUNG Kridapala serasa mau copot saking kagetnya. Kakinya yang semula hendak melangkah maju, sontak berbalik surut ke belakang beberapa tindak. Ia langsung bersiaga penuh, memasang kuda-kuda siap tempur. Seorang lelaki bertelanjang dada berdiri berkacak pinggang tepat di hadapan Kridapala. Wajah orang itu tertutup cadar hitam dari bawah mata hingga ke dagu. Sebuah luka lebar memanjang tampak melintang dari dada atas sebelah kiri, hingga ke pertengahan perut. Kridapala kernyitkan kening melihat luka tersebut. Ada dua orang dengan luka seperti itu yang ia kenal. Sayang, bekel paruh baya tersebut tak ingat persis apa perbedaan luka keduanya. "Keparat rendah! Siapa gerangan dirimu yang telah berani lancang masuk ke rumah orang tanpa permisi?" bentak Kridapala dengan wajah garang. "Ah, Ki Bekel. Kau rupanya sudah tidak lagi mengenali aku," sahut lelaki bercadar hitam, diiringi tawa mengekeh. "Bangsat! Wajahmu ditutupi cadar hitam, bagaimana mungkin aku dapat mengenalimu!" maki Kridap
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Rencana Jahat

KRIDAPALA tersentak. Benar-benar kaget mendengar penuturan Triguna barusan. Ia jadi berpikir Triguna agaknya sudah lupa siapa Dyah Wedasri, sampai-sampai berani menculik puteri Panjalu tersebut. "Kau sepertinya terkejut, Ki Bekel?" tanya Triguna sembari tersenyum lebar. Satu senyum puas karena berhasil mengagetkan Kridapala. "Kau sudah gila, Triguna!" desis Kridapala sembari geleng-gelengkan kepala. "Kau tentu tahu Dyah Wedasri salah satu putri kesayangan Gusti Prabu. Kau baru saja mencari mati karena telah berani-berani menculiknya!" Triguna malah tertawa mendengar ucapan bekas atasannya tersebut. "Singkirkan jauh-jauh kekhawatiranmu itu, Ki Bekel. Kalau memang ada yang bakal mati sebagai buntut dari penculikan Dyah Wedasri, aku yakinkan padamu orang itu bukanlah aku. Tapi Tumanggala!" sahut Triguna dengan penuh percaya diri. Kridapala masih geleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar tak percaya ada seorang buronan kerajaan berani berlaku seneka
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Dahanapura Gempar

ISTANA Dahanapura dilanda kegemparan. Kabar mengenai penyerangan yang dialami rombongan Dyah Wedasri Kusumabuwana sampai di telinga para pembesar kerajaan petang itu juga.Adalah kusir kereta kencana yang membawa kabar buruk ke istana. Sebelumnya, lelaki tua tersebut langsung bersembunyi di balik semak-semak saat pertarungan pecah. Ia tak mau mendapat luka, apalagi sampai mati konyol terkena serangan nyasar.Begitu melihat komplotan lelaki bercadar yang mengadang berada di atas angin, tanpa berpikir panjang lagi si kusir melarikan diri ke Kotaraja. Beruntung para pengadang tidak mengetahui pelariannya. Jika tidak, bisa-bisa kusir itu sudah tewas dengan punggung tertancap anak panah.Si kusir tua benar-benar berlari menuju Kotaraja. Sampai akhirnya ia bertemu sebuah pedati yang berbaik hati mau mengantar hingga ke kediaman Senopati Arya Lembana."Apa yang terjadi?" tanya Arya Lembana begitu si kusir tua dihadapkan padanya. Rona kecemasan tampak jelas pada
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

Murka Raja

MESKI Rakryan Rangga dan Senopati Arya Lembana sudah sejak tadi-tadi pergi, Rakryan Tumenggung masih duduk termenung di tempatnya. Dalam diam sang panglima kerajaan tengah berpikir-pikir apa yang sebaiknya ia lakukan. Sama halnya Rakryan Rangga dan Arya Lembana, Rakryan Tumenggung sangat mengkhawatirkan murka dari Sri Prabu Jayabhaya. Karena itu sempat tebersit di kepalanya untuk menyimpan rapat-rapat kabar ini. Jangan sampai sang raja dan siapa pun tahu. Namun, cepat atau lambat berita ini tentu akan menyebar juga. Pada akhirnya Sri Prabu Jayabhaya bakal tahu. Terlebih Dyah Wedasri seharusnya sudah tiba di istana sebelum gelap. Pastilah timbul pertanyaan jika sampai semalam ini sang puteri belum kembali. "Kalau sampai Sri Prabu tahu apa yang terjadi pada Gusti Putri dari orang lain, bukan dariku, bisa-bisa kemarahannya akan jauh lebih besar lagi," pikir Rakryan Tumenggung kemudian. Hatinya jadi bimbang luar biasa. Setelah menghela napas panjang, Rakr
last updateLast Updated : 2022-02-06
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status