Beranda / Romansa / Nayla / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Nayla: Bab 1 - Bab 10

147 Bab

Bab 1

Kamar itu berantakan tak berbentuk. Pakaian yang berserak, kantung bekas cemilan yang tergeletak di lantai, juga laptop yang masih menyala dengan suara khas bahasa Korea. Namun si empunya masih tertidur pulas dengan tangan terlentang di atas tempat tidur.        “Nayla... "        "NAYLAAA!!”        Suara teriakan itu seakan tidak bisa menyentuh gendang telinga gadis itu.  Ini akibat kebiasaannya yang suka begadang untuk menonton drama Korea favoritnya, padahal hari ini adalah hari pertama Nayla masuk sekolah SMA barunya. Nayla Anastasya Susanto murid pindahan dari Bandung.Mereka memang sering berpindah-pindah kota karena pekerjaan ayahnya, dan kali ini mereka menetap di Jakarta.         Dan kini alarm ponsel-nya setia berbunyi. Sambil bermalas-malasan Nayla meraba tangannya mend
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-16
Baca selengkapnya

Bab 2

Nayla merebahkan tubuhnya ke atas kasur dengan pakaian seragam yang masih menempel di tubuhnya.  Semalas itulah Nayla. Otaknya berputar mencari cara untuk mendapatkan izin ikut kegiatan pecinta alam.tuk tuk tuk.         "Nayla...”       “Nayla...”        Perlahan Nayla membuka matanya, suara ibunya makin malam makin terdengar jelas. Nayla terduduk di kasur setengah sadar.  Dia tertidur hingga tidak ingat waktu.            "Iya Maa... Bentar lagi Nayla keluar," teriaknya dari dalam.          Tiap malem keluarga mereka terbiasa makan malam bersama, dan ini adalah kesempatan yang tepat untuk Nayla bicara pada orang tuanya. Sebelum turun Nayla membersihkan diri.         "
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-16
Baca selengkapnya

Bab 3

"Sorry, sorryy!” tanpa melihat orang itu Nayla langsung minta maaf.       "Punya mata, kan? Dipake dong! Jangan diangguriin!" Cowok itu  menepuk-nepuk baju dan celananya seakan terkena debu.     "Eh, Mas gue udah minta maaf lhoo. Lagi pun gue yang jatuh!" Nayla bersuara di bawah cowok itu. Situ kali gak punya mata!"Emang muka gue mirip Mas Mas?" cowok itu tidak terima.        Nayla mengambil bukunya lalu bangun dari jatuhnya dan menatap cowok itu. Cewek itu mendongak karena hanya sebahu cowok itu saat berdiri sejajar.        "Mas cleaning service ya? Atau tukang renov? Mau bagusiin yang rusakk?"          "Gue? Cleaning service? Mas Mas? Liat gue jelas-jelas yahh! Apa ada tampang gue kaya kuli, hm!” cowo
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-16
Baca selengkapnya

Bab 4

Sinar matahari sangat menyengat menusuk sampai ke tulang putih, menyengat keseluruhan tubuh. Nggak ada murid lagi di luar kelas kecuali Nayla yang berdiri di depan tiang bendera. Menjalankan hukuman dari Bu Maya.  Cewek itu menundukkan kepala saat ada yang lewat. Terkadang melipat tangannya di depan dada sambil menatap lurus ke depan. Kalau sudah bosan dia mengubah posisi berdirinya sambil bergumam dalam hati, terlihat dari bentukan bibirnya yang menahan kesal."Anak yang punya yayasan tapi keliatan kayak preman. Pertama kali ketemu udah sial. Liat aja ketemu lagi gue cubit ginjalnya biar nggak sok cool gitu."Tiba-tiba matanya terhenti pada pria yang berada ditingkat dua sebelah sudut kanan. Matanya silau karna cahaya matahari tapi berusaha melihat dengan jelas orang itu yang sedari tadi memang sudah berdiri di situ.Mata mereka saling bertemu, seperti ada petir diantara mata mereka. Cowok brengsek
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 5

 "Dia presiden PA? Pantesan, ketua OSIS. Biar gampang dapet surat izin dari sekolah untuk naik gunung," bisik Rangga pada Nayla."Hushh..." tegur Nayla."Dan juga wakil presiden PA Galih Kusuma," lanjut Erga. Lalu seorang cowok dari sebelah kiri melambaikan tangan sambil tersenyum.Prokk! Prok! Prokk!"Sekertaris PA kita Nona cantik Agustina Putri." Teriak Erga penuh semangat.Tina dengan penuh pesona melambaikan tangan pada anggota baru, auranya semakin membuat kaum cowok bersorak."La, itu Tina kita sekertaris PA?" Rangga mengguncang lengan Nayla karena kaget, baru ini dia ketinggalan berita."Gue juga baru tahu, Ga. Lo kan temennya, harusnya gue yang nanya!" Ujar Nayla bingung,  Tina dan Beca sama sekali nggak cerita.Prook! Prokkk! Prokk...
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 6

                Seminggu kemudianNayla sibuk mempersiapkan keberangkatannya naik gunung. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 Tepat seminggu yang lalu ayahnya dengan berat hati mendatangani surat izin Nayla untuk berangkat ke Gunung."Jangan lupa bawa jaket yang tebal. Selimut di bawa aja, semua makanan yang di kulkas biar di bawa Nayla juga, dia pasti kecapean, tenaganya habis. Butuh makanan yang banyak," kata Rahmat memperhatikan istrinya menyusun barang Nayla ke rancel."Bawa susu ya La, buat jaga stamina kamu di sana," ibunya memasukan minuman ke rancel Nayla. Tadinya ayahnya menyarankan membawa koper, karena tatapan tajam istrinya niatnya itu diurungkan."Mau bawa apel, Jeruk apa pisang?" Rahmat menawarkan."Bawa semua aja ya, biar nggak kelaparan di sana.""Naylaa bukan mau berangkat perang, jangan banyak-b
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 7

Kurang lebih dua jam tibalah mereka. Kang Deni, Raka dan Reno meminta izin pada warga desa Berbura yang berada di kaki gunung untuk naik gunung. Warga menyambut hangat kedatangan mereka."Kita absen dulu baru naik ke atas sebelum gelap," teriak Reno. Para alumni hanya memantau dan memberi bantuan, selanjutnya para pengurus PA yang bertindak."Udah berapa bulan gue di rumah aja, lumayan bosan. Kalau udah gitu, gunung jadi tujuan gue," ucap Doni tersenyum melihat pemandangan pepohonan."Di gunung kita bisa berdamai dengan diri sendiri, sekaligus belajar menghargai kehidupan dan alam," ucap Kang Deni yang mengenakan pakaian serba hitam. Tidak lupa ia mengelus jenggotnya."Denger Don, mencintai alam berarti menjaga kebersihan. Lo buang puntung rokok sembarangan!" semprot Erga melihat Doni baru saja membuang bekas rokoknya."Khilaf gue, beneran. Sumpah!" Doni buru-buru mengambil yang dia buang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 8

      Nayla, Rangga, dan Desy berjalan saling dorong-dorongan ke depan mengikuti arahan. Hanya terdengar suara jangkrik dan angin malam. Semua pohon di sekeliling tampak berwarna gelap. Mereka menebak-nebak apa yang akan terjadi dalam hati. Terlihat dari kejauhan Doni sedang menunggu di bawah pohon dengan api unggun.    "Sebelum kita mulai, kita kenalan dulu. Nama  gue--"       "Udah kenal Ka Doni, siapa coba yang nggak kenal," potong Desy dengan senyum manis. Mereka jongkok di depan api unggun berhadapan dengan Doni.      "Okeh kalau gitu," ucap Doni tersenyum bangga. "Kalian sekarang  masuk ke area abang Doni, udah pada baca lembaran materi yang kemarin dibagiin, kan?" tanya Doni.  "Gue kasih pertanyaan, jawab dengan benar," ucap Doni menatap ketiga juniornya.        "Nggak inget
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 9

            "Semuanya terima kasih untuk partisipasinya. Semoga anggota baru jangan ada yang kapok. Terus semangat mengikuti ekskul pecinta alam." Reno sang Presiden PA memberi kata sambutan."Besok pagi kita akan naik gunung sampai puncak. Kalian pasti nggak sabaran kan mau ke sana?"        Semua menyahut dengan bersorak  kegirangan. Mereka mengelilingi api unggun. Api itu menghangatkan tubuh mereka malam itu.  Dengan syahdu mereka melantunkan lagu MAHAMERU diiringi suara gitar Raka.      Raka main gitar? Nayla mendengus kesal. Cowok yang menurutnya sudah termasuk dalam deretan sempurna sebagai cowok. Dan sekarang, dia punya kelebihan lagi."La, lo mandi?" tanya Rangga. Nayla menyahut dengan menggelengkan kepalanya.       "Kok rambut lo nggak kotor lagi? Tadi kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya

Bab 10

       15 menit berlalu. Perjalanan mereka masih lumayan jauh. Keringat sudah bercucuran di tubuh mereka. Sebagian orang mengambil kayu yang tergeletak untuk dijadikan tongkat. Walaupun tubuh mereka sudah kehabisan tenaga, mereka masih semangat untuk sampai ke puncak.         Nayla terhenti dengan nafas tersengal-sengal, ia menundukkan kepala lalu memijit dengkulnya yang sudah mulai keram. Ini pertama kalinya cewek itu mengeluarkan tenaga paling banyak.       "Nih pegang," tiba-tiba Reno memberikan kayu kokoh untuk menjadi tongkat Nayla.      "Makasih." Nayla tersenyum. Ini baru cowok, nggak kayak orang sebelah, galak. Nayla melirik dengan sinis Raka yang berada tidak jauh darinya.    "Ayok," ajak Reno. Nayla tersentak lalu mengikuti dengan kikuk di
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status