Beranda / Urban / Bukan Pemuas Nafsu / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Bukan Pemuas Nafsu: Bab 11 - Bab 20

47 Bab

Tanda kecupan di leher dan dada ku!

Aku berusaha untuk tidak menghiraukan ucapan mereka. Terserah mereka mau berbicara apa tentangku. Yang jelas, aku harus segera keluar dari kantor ini.  Sesampainya di lobby aku dihampiri seorang pria paruh baya, dia pun berkata. "Ibu mau pulang? Mari saya antar buk!"  Dengan sedikit heran aku pun menjawab. "Tidak usah pak, saya bisa pulang sendiri."  "Jangan,Bu! Biar saya antar saja" jawab bapak itu sedikit memaksa. "Tidak usah, Pak! Saya bisa pulang sendiri" jawabku sambil menyeka air mata yang terus menetes. "Saya mohon, Bu. Ibu harus mau saya antar pulang. Kalau tidak--nanti saya bisa dipecat, Buk!" jawabnya penuh harap. Ia pun mengeluarkan kertas putih bermaterai lalu menyerahkannya kepadaku.  Sebuah kertas perjanjian, disana tertulis 'jika Pak Karyo tidak berhasil mengantarkan aku ke rumah dengan selamat, Pak Karyo akan dipecat tanpa
Baca selengkapnya

Dilema dan dusta Tina

Jantungku berdetak kencang, rasa bersalah dan takut seolah saling melengkapi. Tidak terbayang jika Anto mengetahui apa yang terjadi denganku kemarin.  "Sayang, ko' bengong?" tanya Anto dengan wajah penasaran. "I … ini karena … " Aku menggantung ucapanku.  "Karena apa?"  "Ka-karena aku kerok dengan uang logam tadi sore sebelum kamu pulang. Kan tadi aku uda bilang, kalo aku gak enak badan. Kepala ku pusing, a-aku kira masuk angin. Makanya aku kerokin pakai uang logam," jawabku dengan perasaan was-was. Takut jika Anto tidak percaya dengan apa yang aku katakan. "Sejak kapan kamu suka kerokan? Bukannya kamu nggak bisa nahan sakit?" tanya Anto sedikit heran "I-iya! A-aku cuma nyoba aja, siapa tau kali ini nggak begitu sakit. Tapi ternyata sama aja kaya dulu, sakit!" jawabku.  Raut wajah Anto masih menyimpan ras
Baca selengkapnya

Gery! Aku mohon, jujurlah

"Kamu kenapa, sih' Tin? Dari tadi pagi jutek banget sama aku! Marah-marah gak jelas?" tanya Gery seolah tidak bersalah.  "Kamu tuh yang kenapa? Ngapain masuk kesini. Uda tau ini toilet cewek," jawabku ketus. Seketika Gery menggelengkan kepala dan menautkan kedua alisnya.  "Jangan negatif thinking dulu! Aku kesini untuk mengajakmu kembali ke depot! Tuh' jus alpukatnya sudah siap dari tadi, ntar keburu nggak dingin. Bukannya kamu nggak suka kalo minum jus yang uda gak dingin!" ucap Gery sambil menarik tanganku dan mengajakku keluar dari toilet. Perasaan kesal dan jengkel menjadi satu, saat melihat Gery memegang erat tangan ku dan menarikku menuju depot minuman. ☆☆ Di depot ku lihat Mas Dimas sudah duduk di kursinya, di atas meja 3 minuman dingin sudah tersaji. "Ko, lama sekali ke toiletnya, Tin?" tanya Mas Dimas padaku. 
Baca selengkapnya

Benda sakral di saku celana Anto

"Aku nggak ngelakuin apa-apa, Tin! Percaya sama aku! Awalnya memang aku berniat menyalurkan hasratku yang sudah lama terpendam! Tapi, semuanya gagal, Tin! Aku tidak jadi melakukan itu. Aku hanya mengecupmu! Udah, itu aja!" jelas Gery padaku.  "Kamu serius kan, Ger? Kamu tidak berbuat lebih dari itu?" sahut ku memastikan. "Aku serius, Tin. Tapi-please beri aku satu kesempatan" "Kesempatan untuk apa?" "Beri aku kesempatan untuk bisa dekat denganmu lagi! Aku yakin kamu tau kalau sampai saat ini aku masih cintai sama kamu, nggak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku!" "Kamu gila, Ger! Aku uda punya suami. Dan kamu juga uda punya istri, Ayu itu sahabat aku Ger. Jangan ngaco, kamu!" "Aku nggak cinta sama Ayu. Dia nggak bisa memberiku kepuasan! Dia selalu sibuk dengan anaknya. Gak ada waktu buat layanin aku. Terlebih … " Gery mengh
Baca selengkapnya

Vidio menjijikkan dari orang misterius

Kenapa ada kondom di saku celananya. Untuk apa dia memakai kondom. Selama kita menikah Anto tidak pernah memakai kondom saat berhubungan, apalagi dia sangat menginginkan anak dariku. Dia selalu berharap aku cepat hamil agar cepat dapat momongan. Tapi untuk apa dia beli kondom ini!Ku periksa dengan teliti bungkusan kondom dengan gambar buah strawberry itu. 'Disini tertulis isi tiga pieces. Tapi saat ku buka hanya ada dua pc. Itu berarti yang satu lagi sudah dipakai. Tapi dengan siapa Anto melakukannya?' Semua pertanyaan tercecar di benakku. Ya-tuhan suami yang selama ini aku percaya ternyata dia bermain api dibelakangku. Tega sekali dia menghianatiku. Aku bergegas menyembunyikan kondom ini di dalam tas ku, akan aku pakai sebagai bukti suatu saat nanti. Kini aku hanya d
Baca selengkapnya

Permintaan gila Reo

Segera ku ambil ponsel yang sudah ku lempar tadi. Aku simpan nomer misterius ini di ponselku. Setelah menghapus semua pesannya aku pun langsung memblokir nomor tidak dikenal ini agar tidak bisa menghubungi Anto kembali. Jantungku berpacu lebih cepat, rasa bersalah, takut dan panik menjadi satu.  "Krek!" Bunyi pintu dibuka. Itu pasti Anto. Langsung ku taruh kembali ponselnya di atas nakas.  "Sayang, ayo makan dulu!" ucap Anto yang datang membawa mangkuk berisi sup ayam di tangan kanannya, dan bungkusan obat di tangan kirinya.  Dengan telaten dia menyuapi aku. Wajahnya begitu manis, sikap nya yang lembut dan penuh perhatian, itu yang dulu membuatku tergila-gila kepadanya.  "Setelah makan langsung minum obatnya, biar cepet pulih" ucap Anto sambil mengelus kepalaku.  Melihat sikap dan perhatiannya membuatku semakin merasa bersalah. Sebaga
Baca selengkapnya

Luka di sekujur tubuh Bagas!

"Gila kamu, Re! Kamu fikir aku cewek murahan?" sambarku lalu beranjak dari kursi. Seketika aku membalikan badan dan pergi meninggalkan Reo. Namun, dengan cekatan Reo berlari mengejarku, dia menarik tanganku dan mengajakku kembali ke meja. "Tin, Tina! Santai dong, mau kemana sih?" tanya Reo cengengesan.Aku terus berjalan. Namun, Reo menghadangku. "Jangan marah dong, Tin! Aku kan cuma becanda," "Tapi becandamu gak lucu, Re!" sahutku menatap Reo tajam. "Jangan sensitif gitu dong! ya udah, aku minta maaf deh!" seketika Reo bersimpuh di kakiku, membuat orang-orang disekitar melihat kearahku. Tingkah Reo benar-benar membuatku malu, anak ini memang tidak pernah berubah dari dulu. "Bangun, Reo! Jangan bikin aku malu ditempat umum!" cetusku pada Reo yang masih bersimpuh. "Aku akan bangun, tapi kamu janji jangan marah lagi!" sahut Reo sedikit mengancamku.
Baca selengkapnya

Gery melampiaskan hasratnya padaku

Ya tuhan, aku benar-benar bingung, apa yang harus aku lakukan? Aku takut jika ini hanya sebuah jebakan. Tapi, setelah melihat foto-foto yang dikirim Ayu, aku sangat khawatir dengan kondisi Bagas. Aku takut jika Bagas sedang dalam bahaya. Terlebih saat mendengar voice note yang dikirim Ayu padaku, terdengar suara Bagas yang sedang ketakutan. Ah-aku benar-benar bingung.  Akhirnya setelah lama berpikir, aku putuskan untuk mengecek kondisi Bagas. Aku tidak mau menyesal jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Bagas. "Pak, kita ganti tujuan!" ucapku pada supir taxi. Setelah aku memberi tahu alamat yang akan dituju, Pak sopir segera melajukan mobilnya dengan kencang, sesuai perintahku. Aku ingin segera sampai di rumah Gery. "Bagas, sabar, Nak! Sebentar lagi Mamy Na datang" lirih ku dalam hati. Aku benar-benar cemas. Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya aku sampai di rumah megah G
Baca selengkapnya

Janin di rahimku

"Perutmu terlihat lebih gemuk sekarang, Tin!" bisik Gery di telingaku. Gery benar-benar melampiaskan hasratnya, kejadian ini terulang lagi. Aku hanya bisa menangis saat dengan buasnya Gery menyetubuhi ku. Ia membuatku tidak berdaya. Memperlakukan aku seperti budak nafsunya.  Kepalaku benar-benar pusing, sensasi mual seketika datang begitu saja.  "Geryyy!!!" suara teriakan yang sangat keras dari seseorang yang tidak ku kenal. Sontak mengagetkan kami, terutama Gery.  "Mama! Papa!" ucap Gery terkejut.Seketika Gery memakai celana boxernya, lalu menutupi tubuh polosku dengan bajuku yang sudah robek. K
Baca selengkapnya

Ayu dan Reo bersekongkol?

"Iya, sebentar lagi Bapak dan Ibu, akan memiliki momongan. Ibu sedang hamil muda, usia kandungannya sudah 4 minggu. Memang di usia kandungan yang masih muda, biasanya membuat Ibu cepat kelelahan, dan indera penciuman akan lebih sensitif. Itu semua normal 'ko, Bu! Yang penting Bapak harus terus menjaga Ibu dengan baik ya, jangan sampai stres!" papar dokter paru baya itu menjelaskan panjang lebar. "Aku hamil? Aku akan memiliki anak dari Anto?" gumamku dalam hati. Anto pasti akan sangat bahagia mendengarnya, anak yang sudah lama kami tunggu-tunggu.  "Kring kring" dering ponsel Mas Dimas berbunyi. "Halo, Gery! Ada apa?" ucap Mas Dimas menjawab telponnya.Mendengar nama Gery, seketika pikiran buruk kembali menghantuiku. "Gimana jika Anto mengetahui apa yang telah Gery lakukan padaku, gimana jika Ayu memang sengaja ingin menghancurkan rumah tanggaku dengan Anto? tidak bisa kubayangkan jika Anto
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status