Home / Urban / Bukan Pemuas Nafsu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Pemuas Nafsu: Chapter 1 - Chapter 10

47 Chapters

Nafkah batin yang gagal

Bukan Pemuas NafsuPart 1#Rhienz "Aw, sakit! Aku mohon, pelankan sedikit!"  "Sabar sayang! Bertahanlah, sedikit lagi aku mencapai puncak! Bukankah kamu ingin segera punya momongan?" "Iya' sayang! Tapi gerakanmu terlalu kasar!" mendengar ucapanku, Anto hanya tersenyum. Ia sama sekali tidak peduli denganku yang merintih menahan keganasan nya di atas ranjang.  Satu jam setelah pertempuran hebat itu, kami masih terbaring di atas peraduan. Aktivitas rutin yang selalu kita lakukan setiap malam agar segera mendapat momongan, walaupun pada akhirnya hasilnya selalu negatif.  Sudah satu tahun kami menunggu hadirnya seorang bayi di rumah ini. Berbagai usaha telah kami lakukan. Namun, semuanya belum berhasil.  Aku dan Anto menikah setelah lima tahun berpacaran. Selama kita pacaran kita sudah seperti layaknya pasangan suami istri. Aku se
Read more

Lingerie Renda Hitam

Part 2 Aku iya in saja dulu permintaan Ayu, yang penting dia berhenti menangis. Kasihan jika Bagas melihat ibunya menangis, dia pasti sedih. Urusan Anto dipikir nanti saja.  "Gimana, Tin? Kamu mau 'kan bantu Aku?" tanya Ayu memastikan.  "Em ... Oke! Aku mau bantu kamu, Yu! Tapi dengan syarat," "Syarat apa, Tin?" tanya Ayu penasaran.  "Kita rahasiakan ini dari siapapun, termasuk Anto! Aku nggak mau Anto sampai tau hal ini. Anto pasti akan sangat cemburu jika aku memata-matai Gery," "Oke, Tin! Aku setuju, yang penting kamu jan
Read more

Malam Terindah

Tak berselang lama setelah aku mengirim pesan singkat kepada Anto, bell pun berbunyi. Aku yang kala itu masih menggenggam ponsel di tangganku segera beranjak menuju ke arah pintu. "Ko masih mencet bell? Padahal uda ku suruh langsung masuk! Ah ... Anto nih kebiasaan," ujarku yang hampir membuka pintu rumah.  'Eh, masa iya itu Anto?' gumamku. Aku sedikit bingung dan penasaran.  Akhirnya, aku putuskan untuk mengintip dari jendela. Dan Ternyata yang kulihat bukan Anto, tapi Bagas dan Ayu yg berdiri tepat depan pintu rumahku.  Aku begitu kaget dan heran, "kenapa Ayu datang kerumahku malam-malam begini sambil membawa Bagas? Padahal, baru tadi pagi Mereka dari sini." Tak seperti biasanya padahal diluar kulihat hujan lumayan deras cuaca pun sangat dingin. Segera aku bergegas masuk ke kamar dan mengambil kemeja panjang milik  Anto yang menggantung di belakang pintu.&nb
Read more

Tatapan Nafsu Gery!

Tak terasa waktu hampir sepertiga malam.  "Sayang, semoga usaha kita kali ini membuahkan hasil, ya! Aku ingin segera memiliki keturunan darimu! Rasanya tak sabar ingin melihatmu mengandung anak kita," ucap Anto berbisik di telingaku yang tengah terbaring kelelahan di sampingnya. "Amin, semoga ya sayang! Aku juga nggak sabar ingin segera dapat momongan," jawabku sembari menatap wajah Anto yang juga terlihat kelelahan sehabis bertempur barusan. Kita berdua pun tertidur.  ☆☆☆☆☆☆☆Matahari mulai terbit ke permukaan, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Aku pun terbangun dan segera mengambil kemeja yang semalam ku lempar di atas kursi. Setelah
Read more

Ayu Menagih Janji

Wajahnya semakin mendekat, bibirnya seolah akan mendarat di bibirku. Keringat dingin di tubuhku semakin bercucuran padahal semua ruangan di rumah ini terpasang AC. Bibirnya dengan bibirku hanya berjarak beberapa mili saja.  "Brakkk..." Bunyi benda terjatuh yang sangat keras. Gery yang akan menciumku terperanjat kaget.  Dengan marahnya Gery berteriak memanggil nama seseorang yang dia sebut 'Bi ijah' "Bi Ijah! Bi Ijah! Bi Ijah…," Teriak Gery dengan nada emosi dan marah.  'Siapa yang Gery sebut Bi Ijah itu?' Fikirku penasaran. Tak selang lama keluarlah seorang wanita paruh baya mengenakan daster berwarna hijau. "Maaf Den.. aden manggil bibi?" ucap wanita paruh baya itu pada Gery.  "Bunyi apa barusan? Kenapa keras sekali bunyi nya?" tanya Gery dengan nada tinggi.  Gery memang tidak pernah berubah,sikapnya
Read more

Underwear Sexy dari Gery

Aku pun keluar dari mobil Ayu dan beranjak masuk ke dalam kantor Gery.Di lobby kantor terlihat hanya ada beberapa karyawan dan dua orang resepsionis yang sedang melayani tamu yang datang.  Aku harus segera menemui Gery di ruangannya, jangan sampai ada karyawan yang masih ingat dengan wajahku. Aku pun memutuskan untuk segera masuk lift.  Ruangan Gery ada di lantai enam. Aku masih sangat ingat dengan ruangannya.  Sesampainya di depan ruangan Gery, aku pun hanya mematung di depan pintu. Sungguh berat rasanya untuk memulai semua ini. Aku seperti mangsa yang akan menyerahkan diri kepada pemburunya.  "Ahhh… " aku menghela nafas panjang. Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang? Ingin rasanya aku kembali ke rumah dan mengurungkan rencana ini. Kring!...kring! Dering ponselku berbunyi kencang di lantai yang sepi ini. Lantai enam memang lant
Read more

Suara halus dan sexy membangkitkan gairahku

Pov Gery Hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupku. Bagaimana tidak, setelah dua tahun aku tidak bertemu dengan wanita impianku karena dia menikah dengan pacarnya, hari ini wanita itu datang menghampiriku. Dan yang lebih mengejutkan lagi 'dia datang untuk melamar sebagai asisten pribadiku.  Benar-benar hari yang penuh kebahagiaan. Tina tidak pernah berubah, wajahnya tetap cantik dan tubuhnya tetap sexy seperti dulu. Membuatku tak sabar ingin segera menyentuhnya.  "Argh!.. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu lagi" gumamku dalam hati yang sedang berbunga bunga.  Besok adalah hari pertama Tina bekerja sebagai asisten ku. Sepanjang hari dia akan menghabiskan waktu bersamaku. Aku harus memberikan kejutan untuknya. Aku ingin dia terlihat spesial saat hari pertamanya bekerja.  Gegasku mengambil kunci mobil dan segera pergi meninggalkan kantor. 
Read more

Terperangkap jebakan Gery

Pov Tina Kring!..Kring!Handphone ku berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak kukenal. "Nomor siapa ini?" ucapku sambil memandang layar benda pipih itu.  "Hallo, ini siapa?" tanyaku penasaran. "Aku Gery!" terdengar suara lantang diseberang sana. "Cuma mau mastiin kalo hadiah yang ku kirim sudah kamu terima" ucapnya padaku.  Mendengar suara Gery di telpon aku sedikit kikuk dan tak tau harus menjawab apa. 'Kenapa Gery bisa menelponku? Siapa yang memberi tahu nomer ku kepada Gery?' gumamku dalam hati bertanya tanya.  "Gak usah bingung. Aku tau nomor kamu dari Ayu" jawab Gery seolah tau apa yang sedang aku pikirkan.  "Aku mau--besok kamu pakai semuanya! Tanpa terkecuali dan aku gak mau dengar alasan apapun! Ingat Tina, TANPA TERKECUALI! Atau kau akan menyesal"Belum sempat aku menjawab Gery sud
Read more

Ciuman kasar mendarat di bibirku

"Tina?" ucap pria itu terkejut melihat ke arahku.  "Ma-mas Dimas?" jawabku tak percaya akan bertemu dengan nya disini. Dia adalah Dimas Prayoga 'Om nya Gery sekaligus mantan pacarku saat masih duduk di bangku SMA. Lebih tepatnya dia adalah cinta pertamaku.  "Kamu sedang apa disini?" tanya Mas Dimas dengan tatapan penuh curiga. 'Ia melihatku keluar dari kamar mandi dengan baju yang sangat sexy dan rambut yang masih berantakan serta peluh yang masih bercucuran, akankah Mas Dimas mau mendengar penjelasanku?' gumamku dalam hati.  Wajah Mas Dimas terlihat penuh curiga, matanya menatap ke arah Gery yang mengenakan kemeja dengan kancing yang masih terbuka.  "A--aku kerja disini, Mas!" jawabku terbata-bata. Perlahan kulangkahkan kaki telanjangku berjalan menghampiri mereka. Kulihat tatapan mata Mas Dimas tertuju padaku, meliha
Read more

Pakaian dalam tercecer di lantai!

Ciuman kasar yang menyakitkan membuatku tidak bisa bernafas.  Gery menarik tanganku dengan tangan kirinya. Aku pun memberontak berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan tanganku dari cengkraman Gery.  "Tenanglah,Tina! Hentikan perlawanan mu! Jangan memaksaku untuk bertindak kasar! Diamlah!" bentaknya lagi.  "Kenapa kamu seperti ini, Ger! Kenapa melampiaskan semuanya padaku? Hiks hiks!" ucapku terisak. Gery yang saat itu sedang dibakar amarah seolah ingin menjadikan ku pelampiasan.  Entah apa yang ada di pikirannya, dia menatapku bringas seolah mendapatkan mangsa yang siap di terkam. Aku menangis ketakutan tapi Gery tidak menghiraukan itu, kini tangan kanannya yang berlumuran darah mendarat di perutku, memelukku dengan erat, mencengkram ku seolah tak akan melepaskannya.  ******Suaraku hampir habis, tapi tidak ada seorang pun yan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status