Bukan Pemuas Nafsu
Part 1
#Rhienz
"Aw, sakit! Aku mohon, pelankan sedikit!"
"Sabar sayang! Bertahanlah, sedikit lagi aku mencapai puncak! Bukankah kamu ingin segera punya momongan?"
"Iya' sayang! Tapi gerakanmu terlalu kasar!" mendengar ucapanku, Anto hanya tersenyum. Ia sama sekali tidak peduli denganku yang merintih menahan keganasan nya di atas ranjang.
Satu jam setelah pertempuran hebat itu, kami masih terbaring di atas peraduan. Aktivitas rutin yang selalu kita lakukan setiap malam agar segera mendapat momongan, walaupun pada akhirnya hasilnya selalu negatif.
Sudah satu tahun kami menunggu hadirnya seorang bayi di rumah ini. Berbagai usaha telah kami lakukan. Namun, semuanya belum berhasil.
Aku dan Anto menikah setelah lima tahun berpacaran. Selama kita pacaran kita sudah seperti layaknya pasangan suami istri. Aku sering menginap di kost Anto tanpa sepengetahuan orang tua ku.
Karena Mama dan Papa ku orang yang sangat sibuk dengan bisnisnya, jadi tidak begitu memperdulikan aku anak sulungnya.
Hampir lima tahun aku berpacaran dengan Anto sudah tidak terhitung berapa kali kami berhubungan badan, Anto laki laki yang perkasa yang selalu bisa memuaskan hasratku di atas ranjang.
***
Satu minggu setelah pertempuran hebat malam itu, Anto pergi keluar kota. Ia ditugaskan untuk mengecek pengiriman barang yang tersendat karena ada insiden kebakaran di cargo pusat.
Sudah dua minggu ia pergi, tapi belum ada kabar kapan ia pulang. Rasa rindu ini sudah membuncah di dalam dada. Bagaimana tidak, selama menikah aku belum pernah berpisah dengannya selama ini.
Ditengah kerinduanku padanya, tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.
[Bersiaplah! Malam ini aku pulang!] isi pesan yang dikirim oleh Anton sontak membuat senyumku mengembang.
[Kamu pulang malam ini?] tanyaku memastikan.
[Iya Nona manis! Aku tau, kamu pasti sudah tak sabar ingin bertemu, kan? Bersiaplah! Jam sembilan malam aku sampai dirumah!] setelah membaca pesan itu, aku bergegas pergi ke salon. Aku harus tampil maximal nanti malam.
**
Sore berganti malam, tak sabar rasanya menunggu Anto pulang. Aku yang sudah mengenakan mini dress berwarna hitam duduk di ruang tengah menunggu kedatangannya.
Tak lama kemudian bell pun berbunyi, gegas ku membuka pintu, dan benar saja, Anto sudah berdiri di depan pintu dengan dua buah paper bagian besar ditangan nya.
"Sayang! Akhirnya kamu pulang! Aku kangen," ucapku mencium pipinya. "Masuklah! Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu!" ajakku pada Anto.
"Kamu sexy banget pake baju ini! Bikin aku nggak tahan pengen segera eksekusi!" ucapnya saat menyantap makan malam yang aku hidangkan.
"Udah, ah! Jangan gombal. Cepet habisin makanannya! Ntar keburu dingin, nggak enak!"
"Serius, Tin! Malam ini kamu cantik banget! Aku jadi nggak selera makan yang ini! Aku mau makan yang lain saja!" ucapnya lantas menggendongku ke kamar.
"Ikh, kamu ini apa-apaan, sih' sayang! Mandi dulu sana! Bau!"
"Nggak! Aku nggak mau mandi dulu! Aku mau makan kamu dulu!" teriaknya lalu menghempaskan tubuhku diatas Kasur.
Setelah melucuti pakaianku, ia pun lantas menanggalkan pakaiannya di lantai. Sepertinya malam ini akan menjadi malam panjang untuk pertempuran ku dengannya setelah dua minggu kita menahan hasrat diatas ranjang.
Dering ponsel berbunyi, membuat Anto menghentikan aktivitasnya. Sebuah panggilan yang tiba-tiba masuk saat kami akan memulai pertempuran, membuat Anto harus menahan hasratnya dan segera pergi ke kantor tempatnya bekerja.
Bosnya menelpon dan menyuruhnya datang disaat yang tidak tepat. Malam ini seharusnya menjadi malam pelepasan kita berdua setelah lama berpisah. Tapi, semuanya sirna karena Anto tidak mungkin menolak perintah dari atasannya yang killer itu.
****
"Sayang … ko tumben pagi pagi sekali kamu uda bangun?" tanyaku pada Anto yang tidak biasa bangun di pagi hari.
"Iya! ... Hari ini aku mau berangkat ke kantor lebih awal, ada janji dengan teman." jawab Anto sambil bergegas ke kamar mandi.
"Sayang yuk sarapan dulu!" ucapku menghampiri Anto yang baru keluar dari kamar mandi bertelanjang dada.
Anto pun tersenyum dan berkata. "Sarapan nanti aja, aku sedang buru-buru".
Aku yang mendengar penolakan dari Anto sedikit kesal dan merajuk.
"Gak peka banget, sih! Padahal dari semalam aku nunggu dia! Apa dia tidak berfikir bagaimana perasaanku saat ia tinggalkan begitu saja dalam kondisi polos di atas ranjang!" gumamku dalam hati.
Melihatku dengan wajah masam Anto yang masih telanjang dada segera menghampiriku, memelukku dengan erat, lalu menciumku hangat dan tanpa basa basi Anto pun menggendongku sampai ke atas kasur.
Kami pun bersenggama sampai tidak terasa jarum jam menunjuk ke arah jam delapan tiga puluh.
Anto yang masih basah kuyup dengan peluh harus segera bergegas ke kantor. Dia memang selalu totalitas saat bersetubuh, dia selalu memberiku kepuasan.
"Sayang kamu yakin mau langsung berangkat ke kantor dalam kondisi yg masih ngos ngosan gini?" tanyaku sambil meledek Anto yang kala itu benar benar terlihat kelelahan.
"Iya sayang, aku ada janji dengan teman lama akan bertemu di kantor jam 9 pagi ini. Jadi aku harus segera berangkat," jawab Anto sambil mengambil kunci motor di atas meja.
"Aku berangkat dulu ya sayang! Hati-hati di rumah," Setelah mengecup keningku Anto pun berangkat ke kantor meninggalkan aku sendiri yang masih kelelahan di atas kasur.
**
[Tin, kamu di rumah 'kan? Aku ke rumah kamu' ya sekarang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu!] Bunyi pesan singkat dari Ayu.
Ayu adalah sahabat baikku dari SMA. Kami bersahabat hampir 10 tahun. Aku sudah menganggapnya seperti saudara. Kita selalu terbuka dalam segala hal. Mulai dari hal kecil sampai hal ranjangku dengan Anto selalu ku ceritakan kepada Ayu, begitupun sebaliknya.
[Iya! Aku dirumah. Kamu kesini aja, aku tunggu!] balas ku pada Ayu.
Tak berapa lama Ayu pun datang bersama Bagas. Bagas adalah anak Ayu dari pernikahannya yang pertama, usianya masih empat tahun.
"Mamy Na… " teriak Bagas sambil memelukku.
Mamy Na adalah panggilan sayang Bagas kepadaku, memang dari kecil Aku dan Ayu bergantian menjaga Bagas. Kebetulan aku juga belum memiliki anak
"Tin..please tolongin aku, Aku bingung harus berbuat apa. Gery selingkuh dengan perempuan lain.
"Apa Gery selingkuh lagi? Benar-benar keterlaluan, sudah kuduga dia pasti akan mengulangi perbuatannya. Ini yang membuatku keberatan kamu menikah dengan Gery! Dia bukan pria yang baik!"
Jengkel sekali aku mendengar Gery selingkuh untuk yang kesekian kalinya.
Gery adalah laki-laki brengsek yang kini menjadi suami Ayu. Setelah Ayu bercerai dengan Ayahnya Bagas, ia menikah lagi dengan Gery. Usia Gery lebih muda tiga tahun dari Ayu.
Gery adalah anak konglomerat yang tampan dan tidak pernah merasa puas dengan satu wanita.
"Terus apa yang harus aku lakukan, Yu?" tanyaku pada Ayu yang sedang menangis.
Tak tega rasanya melihat Ayu yang menangis tersakiti oleh laki laki untuk yang kesekian kalinya.
"Aku ingin kamu memata-matai Gery! Aku ingin kamu selidiki apakah benar Gery selingkuh lagi?"
"Tapi, gimana caranya aku selidiki Gery, Yu? Aku saja jarang keluar rumah, sedangkan Gery seharian di kantor, kan?" jawabku sambil menyeka air mata Ayu yang terus mengalir.
"Aku mohon, Tin! Kali ini bantu aku demi Bagas," ucap Ayu sambil menunjuk ke arah bocah laki-laki tampan berambut ikal yang sedang bermain ikan di Akuarium milik Anto.
Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan, Gak mungkin aku membiarkan bocah kecil yang tak berdosa itu kehilangan sosok ayah lagi.
Tapi, bagaimana dengan Anto? Dia pasti akan marah jika tau aku ikut campur dengan rumah tangga Ayu, apalagi sampai berhubungan dengan si Gery laki-laki mata keranjang yang tak pernah puas dengan satu wanita.
Mendengar nama Gery saja Anto pasti langsung emosi. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?
bersambung..
🌸Jangan lupa follow dan subscribe cerita baru ottor ini yah! . Tinggalkan jejak ulasan🌸 peluk cium dari jauh 🌹🤭🌸
Part 2Aku iya in saja dulu permintaan Ayu, yang penting dia berhenti menangis. Kasihan jika Bagas melihat ibunya menangis, dia pasti sedih. Urusan Anto dipikir nanti saja."Gimana, Tin? Kamu mau 'kan bantu Aku?" tanya Ayu memastikan."Em ... Oke! Aku mau bantu kamu, Yu! Tapi dengan syarat,""Syarat apa, Tin?" tanya Ayu penasaran."Kita rahasiakan ini dari siapapun, termasuk Anto! Aku nggak mau Anto sampai tau hal ini. Anto pasti akan sangat cemburu jika aku memata-matai Gery,""Oke, Tin! Aku setuju, yang penting kamu jan
Tak berselang lama setelah aku mengirim pesan singkat kepada Anto, bell pun berbunyi. Aku yang kala itu masih menggenggam ponsel di tangganku segera beranjak menuju ke arah pintu."Ko masih mencet bell? Padahal uda ku suruh langsung masuk! Ah ... Anto nih kebiasaan," ujarku yang hampir membuka pintu rumah.'Eh, masa iya itu Anto?' gumamku. Aku sedikit bingung dan penasaran.Akhirnya, aku putuskan untuk mengintip dari jendela. Dan Ternyata yang kulihat bukan Anto, tapi Bagas dan Ayu yg berdiri tepat depan pintu rumahku.Aku begitu kaget dan heran, "kenapa Ayu datang kerumahku malam-malam begini sambil membawa Bagas? Padahal, baru tadi pagi Mereka dari sini." Tak seperti biasanya padahal diluar kulihat hujan lumayan deras cuaca pun sangat dingin.Segera aku bergegas masuk ke kamar dan mengambil kemeja panjang milik Anto yang menggantung di belakang pintu.&nb
Tak terasa waktu hampir sepertiga malam."Sayang, semoga usaha kita kali ini membuahkan hasil, ya! Aku ingin segera memiliki keturunan darimu! Rasanya tak sabar ingin melihatmu mengandung anak kita," ucap Anto berbisik di telingaku yang tengah terbaring kelelahan di sampingnya."Amin, semoga ya sayang! Aku juga nggak sabar ingin segera dapat momongan," jawabku sembari menatap wajah Anto yang juga terlihat kelelahan sehabis bertempur barusan.Kita berdua pun tertidur.☆☆☆☆☆☆☆Matahari mulai terbit ke permukaan, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Aku pun terbangun dan segera mengambil kemeja yang semalam ku lempar di atas kursi. Setelah
Wajahnya semakin mendekat, bibirnya seolah akan mendarat di bibirku. Keringat dingin di tubuhku semakin bercucuran padahal semua ruangan di rumah ini terpasang AC.Bibirnya dengan bibirku hanya berjarak beberapa mili saja."Brakkk..." Bunyi benda terjatuh yang sangat keras. Gery yang akan menciumku terperanjat kaget.Dengan marahnya Gery berteriak memanggil nama seseorang yang dia sebut 'Bi ijah'"Bi Ijah! Bi Ijah! Bi Ijah…," Teriak Gery dengan nada emosi dan marah.'Siapa yang Gery sebut Bi Ijah itu?' Fikirku penasaran. Tak selang lama keluarlah seorang wanita paruh baya mengenakan daster berwarna hijau."Maaf Den.. aden manggil bibi?" ucap wanita paruh baya itu pada Gery."Bunyi apa barusan? Kenapa keras sekali bunyi nya?" tanya Gery dengan nada tinggi.Gery memang tidak pernah berubah,sikapnya
Aku pun keluar dari mobil Ayu dan beranjak masuk ke dalam kantor Gery.Di lobby kantor terlihat hanya ada beberapa karyawan dan dua orang resepsionis yang sedang melayani tamu yang datang.Aku harus segera menemui Gery di ruangannya, jangan sampai ada karyawan yang masih ingat dengan wajahku. Aku pun memutuskan untuk segera masuk lift.Ruangan Gery ada di lantai enam. Aku masih sangat ingat dengan ruangannya.Sesampainya di depan ruangan Gery, aku pun hanya mematung di depan pintu. Sungguh berat rasanya untuk memulai semua ini. Aku seperti mangsa yang akan menyerahkan diri kepada pemburunya."Ahhh… " aku menghela nafas panjang. Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang? Ingin rasanya aku kembali ke rumah dan mengurungkan rencana ini.Kring!...kring!Dering ponselku berbunyi kencang di lantai yang sepi ini. Lantai enam memang lant
Pov GeryHari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupku. Bagaimana tidak, setelah dua tahun aku tidak bertemu dengan wanita impianku karena dia menikah dengan pacarnya, hari ini wanita itu datang menghampiriku. Dan yang lebih mengejutkan lagi 'dia datang untuk melamar sebagai asisten pribadiku.Benar-benar hari yang penuh kebahagiaan. Tina tidak pernah berubah, wajahnya tetap cantik dan tubuhnya tetap sexy seperti dulu. Membuatku tak sabar ingin segera menyentuhnya."Argh!.. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu lagi" gumamku dalam hati yang sedang berbunga bunga.Besok adalah hari pertama Tina bekerja sebagai asisten ku. Sepanjang hari dia akan menghabiskan waktu bersamaku. Aku harus memberikan kejutan untuknya. Aku ingin dia terlihat spesial saat hari pertamanya bekerja.Gegasku mengambil kunci mobil dan segera pergi meninggalkan kantor.
Pov TinaKring!..Kring!Handphone ku berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak kukenal."Nomor siapa ini?" ucapku sambil memandang layar benda pipih itu."Hallo, ini siapa?" tanyaku penasaran."Aku Gery!" terdengar suara lantang diseberang sana. "Cuma mau mastiin kalo hadiah yang ku kirim sudah kamu terima" ucapnya padaku.Mendengar suara Gery di telpon aku sedikit kikuk dan tak tau harus menjawab apa. 'Kenapa Gery bisa menelponku? Siapa yang memberi tahu nomer ku kepada Gery?' gumamku dalam hati bertanya tanya."Gak usah bingung. Aku tau nomor kamu dari Ayu" jawab Gery seolah tau apa yang sedang aku pikirkan."Aku mau--besok kamu pakai semuanya! Tanpa terkecuali dan aku gak mau dengar alasan apapun! Ingat Tina, TANPA TERKECUALI! Atau kau akan menyesal"Belum sempat aku menjawab Gery sud
"Tina?" ucap pria itu terkejut melihat ke arahku."Ma-mas Dimas?" jawabku tak percaya akan bertemu dengan nya disini.Dia adalah Dimas Prayoga 'Om nya Gery sekaligus mantan pacarku saat masih duduk di bangku SMA. Lebih tepatnya dia adalah cinta pertamaku."Kamu sedang apa disini?" tanya Mas Dimas dengan tatapan penuh curiga.'Ia melihatku keluar dari kamar mandi dengan baju yang sangat sexy dan rambut yang masih berantakan serta peluh yang masih bercucuran, akankah Mas Dimas mau mendengar penjelasanku?' gumamku dalam hati.Wajah Mas Dimas terlihat penuh curiga, matanya menatap ke arah Gery yang mengenakan kemeja dengan kancing yang masih terbuka."A--aku kerja disini, Mas!" jawabku terbata-bata.Perlahan kulangkahkan kaki telanjangku berjalan menghampiri mereka. Kulihat tatapan mata Mas Dimas tertuju padaku, meliha
Hari ini aku sudah boleh pulang, Gery mengantarku ke rumah, karena Papa ada urusan bisnis yang tidak bisa ditinggal. “Makasih ya, Ger! kamu sudah mau mengantar kami sampai rumah!” ucapku pada Gery yang sedang sibuk menurunkan barang-barangku dari bagasi mobilnya. Mama menyuruh Gery masuk, dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Sepertinya Gery dan Mama mulai akrab semenjak Gery menemani kami di rumah sakit. Selesai makan aku menemani Vino yang tertidur di dalam box bayi. “Tin, kamu disini?” ucap Gery menghampiriku. “Ger! sudah selesai makannya?” “Sudah, enak banget masakan asisten kamu!” “Syukurlah kalau kamu suka, Ger! oh ya Ger, makasih ya, kamu sudah mau nemenin aku selama dirumah sakit!” “Santai aja kali, Tin! Justru aku yang berterimakasi
Aku mulai mempersiapkan semua barang-barang yang akan kubawa, disana aku akan memulai semuanya dari awal. Membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Hari ini aku akan bertemu dengan Reo untuk perpisahan. Dia pasti sudah menungguku di bawah, aku harus segera menemuinya. “Hai, Re! Maaf lama menunggu!” sapaku pada Reo yang sudah menunggu di taman belakang rumahku. “Gak ko, Tin! Santai saja. Aku tau kamu pasti repot, kan?” jawab Reo datar. “Re! Makasih ya, selama ini kamu uda banyak membantuku, kalau gak ada kamu, aku gak tau gimana nasibnya hidupku ini!” “Ngomong apa sih, Tin! Santai aja kali. Oh ya Tin, kamu tau gak berita baru tentang Ayu dan Anto?”
Dengan langkah gontai Anto pun terpaksa pergi dari sini, dia pergi bersama gundiknya. Terlihat penyesalan yang teramat dalam dari wajahnya. Namun, itu tidak akan merubah keputusanku. Sakit? Tentu! Ini benar-benar menyakitkan. Rumah tangga yang kubangun dengan penuh cinta kini hancur begitu saja karena kehadiran orang ketiga. Seandainya kamu tau, saat ini ada anakmu di dalam rahimku, aku yakin kamu pasti tidak akan mau bercerai denganku. Tapi itu tak mungkin terjadi. Karena kamu harus bertanggung jawab dengan anak yang ada di rahim Ayu. Ayu pergi dengan tatapan sinis, raut kebencian terlihat jelas di wajahnya. Begitu juga dengan Gery dan keluarganya, mereka pun berpamitan untuk pulang. Aku lelah, benar-benar lelah, aku ingin segera istirahat. **** Malam semakin larut, semua tamu undangan sudah pulang, begitu juga dengan Reo dan Beca, mereka berdua p
Kulihat jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh malam, aku harus segera turun ke bawah, kudorong tubuh Anto agar aku bisa terlepas darinya, dia benar-benar nafsu malam ini. “Uda sayang! Kita harus segera turun!” ucapku mengurai pelukan Anto. “Hmm, kalau malam ini bukan acara pesta ultahmu, aku mau kita bercinta malam ini! Kamu terlihat sempurna,” ucap Anto sambil membersihkan lipstik yang belepotan di bibirku. Aku segera merapikan penampilanku di depan cermin, dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Anto. Kami pun segera keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk menemui para tamu undangan. Semua orang dirumah ini sudah bersiap, Mama sudah terlihat cantik mengenakan baju couple dengan Papa,
Pagi hari>>>> Sebelum semua orang dirumah ini bangun, aku sudah terlebih dulu bangun, aku bergegas mandi dan sarapan sepotong roti gandum dengan selai stroberi. Aku juga telah mengirim pesan pada Gery agar menyuruh Ayu pulang, aku tidak ingin rencanaku gagal karena keberadaannya disini. “Selamat ulang tahun sayang!” ucap Mama yang baru turun dari kamar, ia memeluk dan menciumku, lalu menyodorkan sebuah paper bag berisi ponsel keluaran terbaru. “Makasih, Ma!” jawabku lalu mempererat pelukanku. Tak lama kemudian, Papa dan Alika turun membawa kue tart kecil di tangannya. “Selamat ulang tahun, Kak Tina!” ucap Alika memelukku.
“Lepasin, Ger! jangan macem-macem, jangan cari-cari kesempatan!” ucapku langsung menarik tangan yang sedang di sentuh Gery.Beberapa kali ponsel Gery berdering. Namun, Gery tidak menghiraukannya, dia pun tidak menjawab saat aku tanya panggilan itu dari siapa, dia terkesan acuh dan tak peduli.Hari semakin sore, aku harus segera pulang ke rumah Mama. Aku harus segera menyiapkan segala sesuatunya untuk acara besok malam.“Ger! aku pamit pulang dulu!” ucapku berpamitan pada Gery.“Biar aku antar kamu, Tin!” jawab Gery sambil beranjak dari kursinya dan berdiri tepat disampingku.“Gak usah, Ger! aku gak
Benar saja dugaanku, Ayu lah yang mencuri CCTV itu, ternyata dia bersekongkol dengan satpam dan pembantu di rumah Gery. Gery harus tau semua ini, aku harus segera memberi tahunya, jangan sampai Ayu berhasil menyebar video CCTV itu ke media social.“Tin! Ko malah main HP? Cepat habiskan makannya! kita harus segera ke dealer, Papa gak enak sama Om Surya jika sampai telat,” tegur Papa padaku yang sedang sibuk membaca setiap chat yang dikirim Ayu pada seseorang.“I-iya, Pah! ini uda hampir habis, ko!” jawabku sambil memasukan sushi ke dalam mulut.Selesai makan kita pun bergegas pergi ke dealer Om Surya untuk mengecek mobil baru yang akan aku beli. Anggap saja ini sebagai hadiah dari Papa untuk menyambut calon cucu yang ada di dalam peru
Ayu berlari menghampiri Papa, dia memeluk Papa lalu bersembunyi di belakang Papa seolah ketakutan dan meminta perlindungan. "Sial! Melihat Ayu terus menangis pasti Papa akan salah paham padaku." "Kamu kenapa sih, Tin? Ko' sampai nampar Ayu? Papa gak pernah ngajarin kamu untuk kasar sama orang lain! Apalagi sama sahabat sendiri!" bentak Papa padaku. "Jangan salah paham, Pah! Ini tidak seperti yang Papa liat, Tina bisa jelasin semuanya!" ucapku membela diri. "Aduh Pah, sakit Pah!" Teriak Ayu meringis memegangi pipinya. Aku yakin dia pasti hanya pura-pura kesakitan agar Papa bisa semakin iba padanya. Papa menelpon sekretarisnya dan menyuruhnya untuk membawakan alat kompres dan kotak P3K. Sepertinya Papa benar-benar khawatir dengan Ayu yang terus meringis kesakitan. &n
“Ya tuhan, Ger! Terus apa yang harus kita lakukan?” “Aku juga bingung, Tin! Tapi kamu jangan khawatir, aku sudah suruh orang untuk mencari siapa pencuri rekaman CCTV itu!” jawab Gery berusaha menenangkanku. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa ini bisa terjadi disaat aku akan membongkar semua kejahatan si Ayu, gak bisa aku bayangkan bagaimana jika Papa dan Mama melihat video CCTV itu? apa yang harus aku katakan pada mereka? Walaupun pada akhirnya mereka akan tahu bahwa Ayu lah yang menjebak aku saat itu. Tapi—perusahaan mereka bisa hancur jika video itu tersebar di media. Bisnis yang suda Papa bangun dari nol bisa bangkrut. Dan Anto, dia pasti akan menjadikan video itu alasan sebagai pembelaannya nanti saat aku bongkar semua tentang perselingkuhannya dengan Ayu. Ya tuhan, aku benar-benar bingung harus berbuat apa?