Home / Horor / Kenangan Rindu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Kenangan Rindu: Chapter 1 - Chapter 10

32 Chapters

Aku Mendengarnya

Teng... teng...teng...Suara dentingan yang berasal dari jam kuno besar menggema hampir diseluruh bangunan rumah tua kakekku ini. Lagi-lagi suara itu membuatku terbangun secara tiba-tiba karena terkejut. Ingin rasanya aku mengumpat akan kebiasaanku yang satu ini. Aku terlalu gampang terbangun dari tidurku, sekalipun bila saat itu aku sedang tertidur dengan sangat pulas. Suara atau sentuhan sedikit saja bisa langsung membuatku terbangun dari mimpi-mimpiku. Aku sangat bersyukur bila kebiasaan itu datang saat aku sedang mengalami mimpi buruk. Tapi, akan sangat kesal jika kebiasaan itu datang saat aku sedang menikmati mimpi-mimpi indahku yang selama ini hanya dapat sebatas anganku saja. Walau begitu aku sadar jika kebiasaan ini juga ada manfaatnya. Disaat orang-orang yang sangat susah dibangunkan dari tidur nyenyaknya tidak akan menyadari ada kejadian apa yang akan mengincar mereka yang sedang tertidur pulas. Sementara aku bisa langsung tanggap den
Read more

Mulai Bertanya

Sinar matahari masuk ke kamar menerpa wajahku. Tak terasa ternyata aku tidur cukup lama. Ya, bagaimana tidak lama, setelah kejadian tengah malam tadi baru menjelang subuh aku bisa memejamkan mata ini. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi dalam kamarku. Walaupun sudah siang hari, tapi air di daerah sini tetap dingin. Segar sekali rasanya. Setelah selasai mandi dan mengenakan pakaian santai, aku segera keluar kamar untuk menyapa kakek dan nenekku dan menuju meja makan untuk mengisi perutku yang mulai keroncongan. Sedang asiknya menikmati makan, tiba-tiba nenekku datang. "Tumben kamu bangun siang, ga bisa tidur?" Tanya nenek. "Lumayan nek, masih adaptasi sama suasana disini." jawabku menutupi kejadian semalam. "Loh, tapi kan udah 5 hari kamu disini nd
Read more

Mimpi

Sore itu setelah menghabiskan waktu dengan Mas Hanif, aku langsung masuk ke kamar dan mulai membereskan barang-barang yang kubawa saat datang ke rumah kakek. Aku harus segera kembali ke ibu kota karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa dialihkan ke orang lain. Tidak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan waktu magrib. Aku segera membawa badanku ini ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Aku memang bukan seorang yang ahli beribadah, tapi setidaknya aku selalu usahakan agar tidak menunda-nunda melaksanakan kewajibanku sebagai umat beragama. Selesai berwudhu aku lalu sholat di dalam kamar dan setelahnya aku langsung keluar kamar untuk menuju ruang makan karena sebentar lagi makan malam akan dimulai. Tak kulihat kakek di rumah karena seperti biasa beliau ada di masjid untuk sholat berjamaah. Sementara nenek kulihat sedang asyik menonton layar televisi. Nenekku termasuk orang yang susah jika disuruh untuk melaksanakan perintah agama. Ada hal aneh yang baru ku ket
Read more

Sedikit Kisah Masa Lalu

"Siapa kamu? Mau kamu apa?!" "Dek, bangun dek! Kamu kenapa?" Kurasakan tamparan pelan di pipiku yang berasal dari Mas Hanif. Aku tiba-tiba terbangun karena merasa seperti ada yang menarik sukmaku masuk kembali ke dalam badanku. Dengan peluh yang bercucuran di kening dan detak jantung yang lumayan cepat, aku melihat keadaan sekelilingku. Bingung, kenapa tiba-tiba aku berada di kamar dengan posisi tidur? "Kamu mimpi apa dek kok sampai kayak orang ketakutan gitu? Liat nih keringat kamu banyak banget keluarnya." Tanya Mas Hanif. Ahhh, akhirnya aku paham bahwa ternyata aku sedang bermimpi tadi. Tapi, mimpi itu terasa sangat nyata sehingga aku tidak bisa membedakan berada di dunia mana aku saat itu. Kulihat jam yang menempel di dinding, waktu telah menunjukkan pukul 2 malam. Sama persis saat aku juga terbangun di dalam mimpiku. Aku takut, kali ini aku masih tetap dalam keadaan bermimpi. 
Read more

Perjalanan

Pagi ini aku terbangun dari tidur dengan badan yang terasa sedikit lebih lemas karena tidurku yang kurang nyenyak semalam. Sebenarnya aku masih enggan untuk beranjak dari kasur, masih ingin melanjutkan tidur kembali sampai siang nanti, namun mengingat jika jam 9 pagi nanti aku harus segera pulang ke rumah orang tuaku di ibu kota, jadi mau tidak mau aku harus segera membersihkan diriku ini agar menjadi segar kembali. Air mandi yang dingin memang sukses membuat mata dan badanku menjadi lebih segar. Tidak butuh waktu lama (karena sudah di kejar oleh waktu), aku segera menyelesaikan ritual mandiku hanya dalam waktu 10 menit. Selesai mandi dan berpakaian, aku lalu keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan untuk sarapan. Hanya terlihat kakek dan Mas Hanif saja yang sedang sarapan di meja makan. Sementara keberadaan nenek saat ku tanyakan kepada kakek, ternyata sedang pergi ke luar desa untuk menemui kerabatnya karena ada urusan yang penting. "De
Read more

Mulai Menunjukkan Aktivitas

"Aaaaaaaa!!! Mama tolong!!!" Aku sangat terkejut sampai tidak menyadari bahwa aku telah meneriaki mamaku dengan sedikit histeris. Cepat-cepat aku menyelesaikan mandiku tanpa mempedulikan sisa-sisa sabun di tubuh sudah hilang atau belum. Aku langsung keluar dari kamar mandi dengan badan yang hanya tertutupi oleh handuk. Sementara di luar kamar terdengar suara mama dan Mas Hanif yang menggedor pintu kamarku dengan panik. Aku segera membuka kunci pintu dan langsung memeluk mama dengan erat. Seluruh badanku bergetar hebat, kakiku terasa lemas seperti tidak bertulang. Sambil di peluk mama, aku di bawa ke kursi kerjaku yang ada di dalam kamar. Mas Hanif memberikanku segelas minuman agar aku merasa lebih tenang. "Kamu kenapa sayang? Kok teriak-teriak?" Tanya mama. "Sarah lihat ada perempuan di kamar mandi mah. Dia liatin sarah sambil senyum yang serem gitu." Jawabku lemas. Mas Hanif tan
Read more

Flashback #1

"Mas Dedi!" Terdengar dari kejauhan suara teriakan seorang wanita yang sedang memanggil nama kekasihnya. Laki-laki tersebut sedang berada di tengah-tengah sawah milik warga yang membayar jasanya untuk membantu mengurusi sawah milik warga tersebut. Laki-laki itu bernama Dedi Firmansyah. Seorang pekerja keras yang berasal dari keluarga sederhana. Parasnya tampan, dengan badannya yang tinggi tegap dan juga otot-otot lengan yang terlihat kokoh semakin menambah kesan maskulin yang ada di dalam diri lelaki tersebut. Dari kejauhan, Dedi melihat wanitanya itu sedang berjalan menuju dirinya sambil membawa rantang berisi makan siangnya. Sudah menjadi kebiasaan dari wanita tersebut yang selalu membawakan makan siang untuk calon suaminya agar tidak kelaparan saat sedang bekerja. "Tumben kamu sudah dateng jam segini, Sih?" Tanya Dedi ke wanita itu yang ternyata bernama Asih. Asih hanya tersenyum sambil menjawab,
Read more

Flashback #2

Dedi tidak menyadari bahwa ada seekor ular besar yang sedang menunggu mangsa di tengah jalan yang akan Dedi lewati. Dia terus berjalan tanpa memiliki firasat apapun bahwa sedang ada bahaya yang sedang mengintai dirinya. Tak lama lagi dia akan sampai di tujuan selanjutnya. Sawah yang berada tidak jauh dari deretan pohon-pohon pisang. Sreeettttt… Terdengar suara gesekan daun kering di tanah. Dedi pun menghentikan langkahnya dan menajamkan penglihatannya namun tidak melihat ada sesuatu yang aneh di dekatnya. Sreett.. Srettt..  Sstt.. Ssttt… Suara gesekkan daun kembali berbunyi ditambah dengan suara desisan yang tentu saja langsung membuat Dedi terpaku diam di tempat. Akhirnya dia menemukan apa yang di carinya, ternyata itu seekor ular piton berukuran lumayan besar yang sedang berada di tengah-tengah jalan seolah-olah menunggu buruannya sendiri
Read more

Flashback #3

"Syukurlah kalau begitu, akhirnya kau selamat. Kebetulan juga kau ke sini Di, aku mau menawarkan pekerjaan padamu." Kata Juragan Slamet menawarkan pekerjaan kepadaku.   "Kalau boleh tau kerjaan apa, juragan?" Tanyaku.   "Kamu mandorin sawahku yang ada di utara desa, luasnya kurang lebih 1 hektar. Kamu laporin kegiatan buruh di sana sama yang ngatur jam kerja mereka. Kalau tiba-tiba ada masalah di sana, kamu bisa langsung lapor ke Agus atau Fakhri, mereka tangan kananku. Nanti biar mereka yang turun tangan menyelesaikan masalahnya." Jawab Juragan Slamet menjelaskan.   Jujur dari dalam hati Dedi merasa senang mendapatkan tawaran pekerjaan dari Juragan Slamet, karena kalau untuk urusan upah pekerjanya, Juragan Slamet terkenal royal dan juga suka memberi beberapa hasil panen untuk para pekerjanya sehingga kehidupan para pekerjanya sedikit terjamin.   Namun di balik itu semua, Juragan Slamet terkenal juga
Read more

Berkunjung dan Mencari

"Berhenti kalian di situ!" Teriakkan teman Mas Hanif mengagetkan kami bertiga. Terlihat orang itu menatap lurus ke arah kami sambil menggerakkan mulutnya seolah-olah sedang merapalkan sebuah doa atau mantra untuk mengusir sesuatu yang tidak terlihat. "Kenapa Gas?" Teriakkan balasan dari Mas Hanif yang bingung melihat tingkah laku temannya itu. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, hanya terlihat matanya yang masih menatap tajam ke arah tempat kami berdiri. Suasana malam yang sunyi semakin menambah kesan mencekam. Sesekali terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan. Padahal ini masih belum terlalu larut dan jalanan menuju arah rumah temannya Mas Hanif ini masih sangat ramai dengan segala macam aktivitas manusia di sana. Tapi entah mengapa hanya di tempat ini saja tiba-tiba suasana menjadi terasa sangat menakutkan. "Alhamdulillah sudah pergi. Ayo sekarang kalian masuk ke dalam dulu." Aj
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status