Semua Bab Asisten Tuan Angkuh: Bab 21 - Bab 30

127 Bab

21. Mendapat hukuman

"Kamu mah, aku diem juga bakal marah. Padahal aku ga ngapa ngapain!" pikir Thea dengan kepala tertunduk. "Kenapa diam saja? jawab!" bentak Nathan "Sudah!" "E-e m-maksudnya, saya sudah merenungi kejadian tadi." timpal Thea menjelaskan ucapan yang baru saja tidak sengaja terlontar dari mulutnya. "D-dan apalagi yang harus saya katakan. Bapak juga tidak percaya, kalo saya tidak melakukan apapun." "Oh, jadi sekarang kamu lagi menyalahkan saya?" ketus Nathan, "Bukan, bukan begitu." ujar Thea menggelengkan kepala, "Lalu, apa?!" "Au dah. Mau bilang apapun,pasti tetep salah di mata dia." benak Thea berusaha pasrah,  "Apa!" pekiknya, "S-setidaknya tolong Bapak pastikan dulu, apa yang terjadi. Semua orang pasti bisa melakukan sedikit kekeliruan dalam hidup ini," ucap Thea lirih, "Ck." laki laki itu berdecak kesal,tidak percaya akan semua ucapan Thea. "Kamu senang kan, memberi minuman kepada ora
Baca selengkapnya

22. Sebuah Ajakan

"Saya ga mau, itu sudah kamu pegang dan dibawa keliling kantor." tolak Nathan memalingkan muka. "T-tapi Pak!" "Apa kamu mau mendapat hukuman tambahan?" tanya Nathan dengan tatapan tajam. "T-tidak. Terima kasih," sahut Thea merendahkan suara. "Ih! udah dibelain beli minuman yang beda. Malah ga mau minum," "Nanti kalo ga dibeliin atau dibeliin menu yang sama. Bakal marah juga! tau gitu tadi aku tanya dulu, mau minuman apa enggak!" gerutu Thea dalam hati,tanpa sadar mengambil dan menyesap beberapa teguk kopi. "Kamu bisa nyetir mobil kan?" celetuk Nathan mengeraskan suara.Membuat gadis itu terkejut dan tersedak, "Huk.. uhuk!" "Bisa Pak. Uhuk! Bisa," ucap Thea berulang kali memberi anggukan kepala. "Selama tiga hari, kita akan menghadiri acara ulang tahun teman saya." "Hah? k-kita?" celetuk Thea,terbelalak. Sedikit tak percaya dengan ucapan yang baru saja ia dengar. "Itukan teman Bapak. Kenapa say
Baca selengkapnya

23. Perjalanan

Pukul 05.00 Fajar sudah menyingsing namun ini adalah waktu yang masih kedua gadis itu manfaatkan untuk istirahat. drt...drt...drt...suara dering ponsel mengusir keheningan. Seluruh ruangan menjadi sangat bising,salah satu gadis itu mengernyit dan segera meraih benda asal suara. "Ck, perasaan aku ga pake sound ini." gerutu Thea,mendengar suara yang berbeda. Karena sebelumnya,Thea hanya memasang sound keras untuk notif pesan,panggilan dan komunikasi lainnya. Perlahan membuka sebelah mata,dan mengerti alasan kenapa dia mendengar suara yang berbeda. Sebuah notif panggilan dari salah satu kontak yang tertera di layar ponsel. "Siluman?" celetuk Thea,mengerutkan kening lalu menggeser ikon hijau. "Halo Pak.." sapa Thea,dengan suara khas orang baru bangun tidur. "Saya sudah kirim lokasi! 20 menit lagi kamu harus sudah ada disini." "Lokasi apalagi.." dengus Thea lirih,segera melihat tempat yang tertera pada layar pons
Baca selengkapnya

24. Gerombolan babi

"Ini, villa milik siapa Pak?" tanya Thea tanpa menoleh, "Milik orang." ketus Nathan meraih knop pintu mobil. "Ditanyain beneran, malah gitu jawabnya.." "Ambil koper kita, dan bawa masuk." tegasnya segera melangkah keluar. Gadis itu berdengus kesal lalu menyusul Nathan dan segera berdiri di sampingnya. Tak lama kemudian, beberapa laki laki datang ke arah mereka berdua.Menebar senyuman dan saling memeluk satu sama lain. "Hei. Sudah lama ga ketemu! Ketampananmu tetap bertahan dan semakin memuncak!" celetuk salah satu dari mereka.  Sedangkan Nathan hanya menyahuti dengan senyum. Sorot matanya seperti beralih ke tempat lain,seakan mencari seseorang. "We, matanya lagi ngeliatin apa tuh!" "Tenang aja! dia ikut kok. Aku ngajak kamu, karena dia yang minta." "Dia? siapa yang mereka maksud?" pikir Thea,melirik ke arah Nathan. Dan melihat raut gelisah laki laki itu, "Tumben. Kayaknya yang mereka maksud, adalah
Baca selengkapnya

25. Persiapan piknik

"Jadi, biarkan aku yang menata koper miliknya." ucap Rena dengan nada ramah sambil tersenyum. "Huh, aku tarik kata kataku tadi. Dia bukan perempuan yang lembut! Dia lebih mirip seperti rubah." gumam Thea dalam hati, Gadis itu berusaha menahan rasa kesalnya dan dengan pasrah menyerahkan koper hitam itu kepada Rena. "Silahkan masuk dan nikmati kamarnya. Oh ya, 10 menit lagi kita akan berangkat. Jangan lupa untuk turun ke bawah!" "Baiklah.." seru Thea tersenyum, Menatap punggung wanita tadi,yang  semakin menjauh dari pandangannya. thea berbalik,meraih knop pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Mendapati sebuah kamar yang cukup luas,dengan berbagai perabotan yang cukup lengkap di dalamnya. Gadis itu mulai melihat ke sekeliling dan mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk meletakkan koper. "Ga usah aku tata. Bajunya biar di dalam koper aja deh! Biar besok kalo mau pulang,ga ribet beresin." gumam Thea menyeret tas merah i
Baca selengkapnya

26. Wanita lain

"Kita mau kemana?" tanya Thea lirih. "Diam, dan ikuti saja mobil depan." tegas Nathan dingin. "Baik…" Gadis itu menghela nafas,sesekali melirik ke arah kursi belakang melalui kaca spion.Sedikit bingung dengan kesunyian dua pria itu. "Tumben diem! Tadi kan kalian nyerocos kayak bebek waktu sama Aros. Ayo buruan ngomong,aku lagi gabut dan kesepian." "Jika kalian membuatku kesal atau mengatakan hal menyebalkan. Itu malah membuatku tidak bosan,akan ku anggap itu hiburan!" "??" "Kenapa kalian diam saja? apa mereka juga takut dengan pria ini? jika memang berteman kenapa mereka terlihat tidak akrab." seru Thea dalam hati  "........." "Huh sudahlah beban hidupku sudah sangat banyak. Jangan ikut campur dalam beban hidup orang lain," Gadis itu segera mengalihkan pikirannya dan kembali fokus menatap ke jalan, mengemudikan mobil ke arah yang dituju kendaraan biru tadi. 30 menit kemudian. Memberh
Baca selengkapnya

27. Truth or Dare

"Bagaimana bisa, dia menyuruhku seperti ini. Dan menikmati waktu berduaan!" "Apa mereka pikir, kami adalah budak?!" benak Thea menggertakkan gigi. Gadis itu menyerahkan barang yang ia bawa,lalu berjalan kembali untuk mengambil barang yang masih tersisa di dalam kendaraan. Dengan sigap,Kai menyusul gadis yang berjalan pergi itu. Berdiri di sampingnya. "Kau kembali saja. Barangnya hanya sisa sedikit," "Aku bisa membawanya sendiri," "Tidak apa apa. Biar ku temani, jika hanya berdiam diri pasti akan ada yang tidak suka." sahut Thea, "Jaraknya cukup jauh. Kakiku rasanya sangat sakit, bagaimana bisa pria ini bolak balik dari tadi!" "Bahkan dia tidak protes ataupun meminta giliran." benak Thea melirik sekilas. Alhasil barang yang tersisa dibawa semua oleh Kai. Gadis itu hanya menghabiskan energinya untuk melangkah menemani, dia berjalan mendahului dengan jarak 1 meter. "Kamu bisa membantu menata barang di sana.
Baca selengkapnya

28. Alergi

"Putar botolnya," seru Rena tersenyum ramah, "Padahal tadi ngebentak, tiba tiba udah sok ramah lagi!" benak Thea berusaha menahan kesal. "Ayo putar…" sontak Nathan dengan nada datar, "Ini juga! ikut ikut aja." gerutu Thea dalam hati, Tangannya meraih botol kaca yang ada di atas meja,diputar sampai tiga kali. Ujung botol pun,perlahan mulai berhenti berputar.  "Hayo. Akhirnya Rena kena juga!" "Sayang sekali dia ga dapat dare." seru Aros,sudah lupa hal memalukan yang tadi menimpanya. "Sudahlah. Ayo! apa pertanyaannya?" sahut Rena mengangkat kedua alis. "Mm, apa ya?" "Biarkan Nathan yang memberi pertanyaannya!" celetuk Ben. "Aa jangan! nanti dia bertanya hal yang membosankan." seru Aros. "Begini saja. Ceritakan apa saja yang sudah kalian lakukan saat berkencan?" "Ingat! harus dijelaskan semua moment terkecil sampai yang terbesar." Semua orang mulai bersorak agar wanita tadi seger
Baca selengkapnya

29. Dokter pengganti

Gadis itu menarik jemari Nathan dengan paksa. Untuk bisa mengakses ponsel itu, dengan sigap menghubungi salah satu kontak dengan nama yang sesuai ucapannya tadi. "Mike.." gumam Thea menekan ikon telepon di layar ponsel. Tut. "Ayo plis, buruan angkat!" seru Thea dalam hati, Tanpa sadar matanya berkaca kaca, gadis itu menggigit mulut dalam bagian bawahnya. Dengan raut gelisah,Thea menunggu seseorang menerima panggilan itu. "Halo? ngapain telpon jam segini?" ketus suara pria dibalik telpon. "Halo, s-saya asisten Pak Nathan. P-pak Nathan, dalam kondisi parah. Sepertinya dia alergi sesuatu!" "Saya tidak tau harus apa. Pak Nathan bilang, bahwa anda dokter pribadinya." "Bisakah anda kirim lokasi, agar saya bisa segera mengantar Pak Nathan kesana?" ucap Thea dengan suara gemetar. berusaha menahan tangis, "Baik. Akan aku kirim sekarang," "Terima kasih," ujar Thea lirih,lalu memutuskan panggilan. Satu tete
Baca selengkapnya

30. Merawat

Flashback___________ "Apa yang kau pikirkan tentang Thea?" ucapnya melirik sekilas laki laki yang masih terduduk sambil memejamkan mata. "Thea siapa?" sahut Nathan lirih. "Siapa katamu! apa kau tidak hafal namaku!" pekik Thea merasa kesal. "Asisten! dia itu asistenmu." "Oh, asisten baru." gumam Nathan. "Ya..asisten barumu. Apa kau menyukainya?" "Tidak. Dia wanita pemarah, rakus dan juga…" "Cukup! aku sudah menduga kau akan menjawab itu." tegas Thea,membungkam mulut laki laki itu. "Hh, dia berpikir aku pemarah! apakah kau tidak sadar diri." gerutu Thea tanpa menoleh. "Dan aku tidak rakus!" teriak Thea merasa kesal. Tring… Suara dering timer menguraikan ingatan yang baru saja gadis itu ingat. Dia terbelalak dan segera mematikan bunyi bising itu. "Arhg, kenapa aku jadi kesal sendiri mengingat ucapannya tadi!" sontak Thea, menggaruk ujung kepala yang tidak terasa gatal. "D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status