Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / 21. Mendapat hukuman

Share

21. Mendapat hukuman

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu mah, aku diem juga bakal marah. Padahal aku ga ngapa ngapain!" pikir Thea dengan kepala tertunduk.

"Kenapa diam saja? jawab!" bentak Nathan

"Sudah!"

"E-e m-maksudnya, saya sudah merenungi kejadian tadi." timpal Thea menjelaskan ucapan yang baru saja tidak sengaja terlontar dari mulutnya.

"D-dan apalagi yang harus saya katakan. Bapak juga tidak percaya, kalo saya tidak melakukan apapun."

"Oh, jadi sekarang kamu lagi menyalahkan saya?" ketus Nathan,

"Bukan, bukan begitu." ujar Thea menggelengkan kepala,

"Lalu, apa?!"

"Au dah. Mau bilang apapun,pasti tetep salah di mata dia." benak Thea berusaha pasrah, 

"Apa!" pekiknya,

"S-setidaknya tolong Bapak pastikan dulu, apa yang terjadi. Semua orang pasti bisa melakukan sedikit kekeliruan dalam hidup ini," ucap Thea lirih,

"Ck." laki laki itu berdecak kesal,tidak percaya akan semua ucapan Thea.

"Kamu senang kan, memberi minuman kepada ora

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asisten Tuan Angkuh   22. Sebuah Ajakan

    "Saya ga mau, itu sudah kamu pegang dan dibawa keliling kantor." tolak Nathan memalingkan muka. "T-tapi Pak!" "Apa kamu mau mendapat hukuman tambahan?" tanya Nathan dengan tatapan tajam. "T-tidak. Terima kasih," sahut Thea merendahkan suara. "Ih! udah dibelain beli minuman yang beda. Malah ga mau minum," "Nanti kalo ga dibeliin atau dibeliin menu yang sama. Bakal marah juga! tau gitu tadi aku tanya dulu, mau minuman apa enggak!" gerutu Thea dalam hati,tanpa sadar mengambil dan menyesap beberapa teguk kopi. "Kamu bisa nyetir mobil kan?" celetuk Nathan mengeraskan suara.Membuat gadis itu terkejut dan tersedak, "Huk.. uhuk!" "Bisa Pak. Uhuk! Bisa," ucap Thea berulang kali memberi anggukan kepala. "Selama tiga hari, kita akan menghadiri acara ulang tahun teman saya." "Hah? k-kita?" celetuk Thea,terbelalak. Sedikit tak percaya dengan ucapan yang baru saja ia dengar. "Itukan teman Bapak. Kenapa say

  • Asisten Tuan Angkuh   23. Perjalanan

    Pukul 05.00 Fajar sudah menyingsing namun ini adalah waktu yang masih kedua gadis itu manfaatkan untuk istirahat. drt...drt...drt...suara dering ponsel mengusir keheningan. Seluruh ruangan menjadi sangat bising,salah satu gadis itu mengernyit dan segera meraih benda asal suara. "Ck, perasaan aku ga pake sound ini." gerutu Thea,mendengar suara yang berbeda. Karena sebelumnya,Thea hanya memasang sound keras untuk notif pesan,panggilan dan komunikasi lainnya. Perlahan membuka sebelah mata,dan mengerti alasan kenapa dia mendengar suara yang berbeda. Sebuah notif panggilan dari salah satu kontak yang tertera di layar ponsel. "Siluman?" celetuk Thea,mengerutkan kening lalu menggeser ikon hijau. "Halo Pak.." sapa Thea,dengan suara khas orang baru bangun tidur. "Saya sudah kirim lokasi! 20 menit lagi kamu harus sudah ada disini." "Lokasi apalagi.." dengus Thea lirih,segera melihat tempat yang tertera pada layar pons

  • Asisten Tuan Angkuh   24. Gerombolan babi

    "Ini, villa milik siapa Pak?" tanya Thea tanpa menoleh, "Milik orang." ketus Nathan meraih knop pintu mobil. "Ditanyain beneran, malah gitu jawabnya.." "Ambil koper kita, dan bawa masuk." tegasnya segera melangkah keluar. Gadis itu berdengus kesal lalu menyusul Nathan dan segera berdiri di sampingnya. Tak lama kemudian, beberapa laki laki datang ke arah mereka berdua.Menebar senyuman dan saling memeluk satu sama lain. "Hei. Sudah lama ga ketemu! Ketampananmu tetap bertahan dan semakin memuncak!" celetuk salah satu dari mereka. Sedangkan Nathan hanya menyahuti dengan senyum. Sorot matanya seperti beralih ke tempat lain,seakan mencari seseorang. "We, matanya lagi ngeliatin apa tuh!" "Tenang aja! dia ikut kok. Aku ngajak kamu, karena dia yang minta." "Dia? siapa yang mereka maksud?" pikir Thea,melirik ke arah Nathan. Dan melihat raut gelisah laki laki itu, "Tumben. Kayaknya yang mereka maksud, adalah

  • Asisten Tuan Angkuh   25. Persiapan piknik

    "Jadi, biarkan aku yang menata koper miliknya." ucap Rena dengan nada ramah sambil tersenyum. "Huh, aku tarik kata kataku tadi. Dia bukan perempuan yang lembut! Dia lebih mirip seperti rubah." gumam Thea dalam hati, Gadis itu berusaha menahan rasa kesalnya dan dengan pasrah menyerahkan koper hitam itu kepada Rena. "Silahkan masuk dan nikmati kamarnya. Oh ya, 10 menit lagi kita akan berangkat. Jangan lupa untuk turun ke bawah!" "Baiklah.." seru Thea tersenyum, Menatap punggung wanita tadi,yang semakin menjauh dari pandangannya. thea berbalik,meraih knop pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Mendapati sebuah kamar yang cukup luas,dengan berbagai perabotan yang cukup lengkap di dalamnya. Gadis itu mulai melihat ke sekeliling dan mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk meletakkan koper. "Ga usah aku tata. Bajunya biar di dalam koper aja deh! Biar besok kalo mau pulang,ga ribet beresin." gumam Thea menyeret tas merah i

  • Asisten Tuan Angkuh   26. Wanita lain

    "Kita mau kemana?" tanya Thea lirih. "Diam, dan ikuti saja mobil depan." tegas Nathan dingin. "Baik…" Gadis itu menghela nafas,sesekali melirik ke arah kursi belakang melalui kaca spion.Sedikit bingung dengan kesunyian dua pria itu. "Tumben diem! Tadi kan kalian nyerocos kayak bebek waktu sama Aros. Ayo buruan ngomong,aku lagi gabut dan kesepian." "Jika kalian membuatku kesal atau mengatakan hal menyebalkan. Itu malah membuatku tidak bosan,akan ku anggap itu hiburan!" "??" "Kenapa kalian diam saja? apa mereka juga takut dengan pria ini? jika memang berteman kenapa mereka terlihat tidak akrab." seru Thea dalam hati "........." "Huh sudahlah beban hidupku sudah sangat banyak. Jangan ikut campur dalam beban hidup orang lain," Gadis itu segera mengalihkan pikirannya dan kembali fokus menatap ke jalan, mengemudikan mobil ke arah yang dituju kendaraan biru tadi. 30 menit kemudian. Memberh

  • Asisten Tuan Angkuh   27. Truth or Dare

    "Bagaimana bisa, dia menyuruhku seperti ini. Dan menikmati waktu berduaan!" "Apa mereka pikir, kami adalah budak?!" benak Thea menggertakkan gigi. Gadis itu menyerahkan barang yang ia bawa,lalu berjalan kembali untuk mengambil barang yang masih tersisa di dalam kendaraan. Dengan sigap,Kai menyusul gadis yang berjalan pergi itu. Berdiri di sampingnya. "Kau kembali saja. Barangnya hanya sisa sedikit," "Aku bisa membawanya sendiri," "Tidak apa apa. Biar ku temani, jika hanya berdiam diri pasti akan ada yang tidak suka." sahut Thea, "Jaraknya cukup jauh. Kakiku rasanya sangat sakit, bagaimana bisa pria ini bolak balik dari tadi!" "Bahkan dia tidak protes ataupun meminta giliran." benak Thea melirik sekilas. Alhasil barang yang tersisa dibawa semua oleh Kai. Gadis itu hanya menghabiskan energinya untuk melangkah menemani, dia berjalan mendahului dengan jarak 1 meter. "Kamu bisa membantu menata barang di sana.

  • Asisten Tuan Angkuh   28. Alergi

    "Putar botolnya," seru Rena tersenyum ramah, "Padahal tadi ngebentak, tiba tiba udah sok ramah lagi!" benak Thea berusaha menahan kesal. "Ayo putar…" sontak Nathan dengan nada datar, "Ini juga! ikut ikut aja." gerutu Thea dalam hati, Tangannya meraih botol kaca yang ada di atas meja,diputar sampai tiga kali. Ujung botol pun,perlahan mulai berhenti berputar. "Hayo. Akhirnya Rena kena juga!" "Sayang sekali dia ga dapat dare." seru Aros,sudah lupa hal memalukan yang tadi menimpanya. "Sudahlah. Ayo! apa pertanyaannya?" sahut Rena mengangkat kedua alis. "Mm, apa ya?" "Biarkan Nathan yang memberi pertanyaannya!" celetuk Ben. "Aa jangan! nanti dia bertanya hal yang membosankan." seru Aros. "Begini saja. Ceritakan apa saja yang sudah kalian lakukan saat berkencan?" "Ingat! harus dijelaskan semua moment terkecil sampai yang terbesar." Semua orang mulai bersorak agar wanita tadi seger

  • Asisten Tuan Angkuh   29. Dokter pengganti

    Gadis itu menarik jemari Nathan dengan paksa. Untuk bisa mengakses ponsel itu, dengan sigap menghubungi salah satu kontak dengan nama yang sesuai ucapannya tadi. "Mike.." gumam Thea menekan ikon telepon di layar ponsel. Tut. "Ayo plis, buruan angkat!" seru Thea dalam hati, Tanpa sadar matanya berkaca kaca, gadis itu menggigit mulut dalam bagian bawahnya. Dengan raut gelisah,Thea menunggu seseorang menerima panggilan itu. "Halo? ngapain telpon jam segini?" ketus suara pria dibalik telpon. "Halo, s-saya asisten Pak Nathan. P-pak Nathan, dalam kondisi parah. Sepertinya dia alergi sesuatu!" "Saya tidak tau harus apa. Pak Nathan bilang, bahwa anda dokter pribadinya." "Bisakah anda kirim lokasi, agar saya bisa segera mengantar Pak Nathan kesana?" ucap Thea dengan suara gemetar. berusaha menahan tangis, "Baik. Akan aku kirim sekarang," "Terima kasih," ujar Thea lirih,lalu memutuskan panggilan. Satu tete

Bab terbaru

  • Asisten Tuan Angkuh   127. Menghilang

    "Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.Cap..Cap..Cap..Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara."Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s

  • Asisten Tuan Angkuh   126. Saya bukan pelacur!

    Mendengar logat halus yang begitu menyejukkan telinga juga sentuhan intim yang terasa nyata, padahal kedua hal itu adalah impian yang tak mungkin didapat.Tapi siapa sangka setelah menjadi kenyataan semua ini justru menyakitkan hati Thea, kata bak pinangan tadi berubah setajam pedang yang menoreh luka.Sakit yang menggores batin mengundang linang air di pelupuk mata, "Apa, Bapak bilang--layani?""Iya, tapi kenapa kau menangis? Ini bukan waktunya bersedih," tanya Nathan penuh kelembutan, sedikit merasa cemas melihat satu bulir bening menetes menyusuri pelipis."Apa Bapak pikir saya hanyalah wanita penghibur! Apa Bapak tidak tahu kalau perintah itu hanya pantas diajukan pada seorang pelacur,""Apa maksudmu? Aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan seorang pelacur," sanggah Nathan panik, sigap mengusap air mata yang mulai bercucuran.Segera Thea menepis tangan yang menurutnya hanya berbuat demi seuntai n

  • Asisten Tuan Angkuh   125. Aku akan menghangatkanmu!

    WARNING 21+ ________________________________ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ________________________________ Blush.. Begitu jelas terukir rona merah di kedua pipi Thea, wajah putihnya berubah bak kepiting rebus berkat perkataan penuh makna. "A-apa maksudnya, kenapa dia mengatakan hal itu? D-dan kenapa aku memikirkan hal kotor!" gumam Thea dalam hati menangkup kedua tangan ke dalam dada hingga memastikan seperti apa kondisi organ dibalik kerangka tubuhnya. Perlahan memberanikan diri melirik sosok yang terus berjalan dengan langkah normal, raut datar itu tetap terpasang hingga menaruh tanda tanya di benak Thea. Bibir yang hendak bergumam guna menanyakan maksud tak lagi melanjutkan niat setelah menyadari suara debaran yang berasal dari dada bidang yang kini tengah mendekapnya. Dengan keberanian yang tak seberapa telapak gadis itu terulur untuk menyentuh ambang kutikula Nathan,

  • Asisten Tuan Angkuh   124. Berenang berdua

    Sigap gadis itu berdiri memandang Nathan yang siap menarik kaos hitam hingga memperlihatkan tubuh bagian atas. Mulai dari lekuk otot perut hingga kedua titik pada dada bidang, entah kenapa Thea belum menyadari jika kedua maniknya perlahan tersihir karena pemandangan tersebut. Bahu lebar itu terlihat begitu luas dari jarak dekat, kali ini Thea lebih lekat menatap setiap inci tubuh atletis seorang pria. "Itu ada 8," gumamnya tanpa sadar menganga tak mampu mengontrol ekspresi, Seketika berhasil mengundang tawa singkat di wajah Nathan, merasa senang melihat tingkah gadis yang terkesan menggemaskan. Perlahan menoleh demi melempar kaos ke sisi lain, "Apa kau menghitungnya?" sontak Nathan merendahkan suara sambil menerbitkan senyum licik, "Aa-tidak!" geleng Thea, baru menyadari apa yang telah dilakukan. Pasti wajahnya terlihat seperti orang bodoh saat tertegun hanya karena hal sepele, reflek Thea mengalihkan pandanga

  • Asisten Tuan Angkuh   123. Monokini

    "Huh! Apa dia bilang? Perutku penuh dengan lemak! Memangnya dia pernah melihat perutku--seenaknya saja menghina tanpa bukti." gerutu Thea mendengus kesal,Dengan hati yang terbakar amarah dia berdiri di depan cermin besar, meletakkan tumpukan kain ke atas penyangga kaca. Masih sigap memasang wajah muram karena terus teringat ucapan pria tadi,Sigap dilepasnya dress formal yang melekat demi segera mengenakan salah satu setelan lain. Entah kenapa sekilas muncul senyum cerah di wajah Thea,Tercipta satu tujuan jika dia harus bisa mematahkan hinaan tadi demi menjaga harga diri. Bahkan Thea mulai membayangkan ketika wajah angkuh itu terpesona dengan tubuh indahnya,Doeng!

  • Asisten Tuan Angkuh   122. Mana handukku?

    Meski merasa terpaksa, gadis itu tetap melangkah maju hingga mendapati beberapa pelayan datang dengan meja dorong berisi berbagai macam hidangan.Seketika rasa kesal dalam hati Thea terganti dengan rasa lapar yang mengguncang penduduk di dalam perut. Lengkung bibir itu terukir sempurna seraya membuka jalan bagi pelayan untuk menyelesaikan tugasnya,"Taruh saja disitu. Aku akan menatanya sendiri," celetuk Thea begitu tak sabar mencicipi salah satu makanan yang sangat menggoda hingga membuatnya berulang kali menelan saliva.Beruntung dia masih bisa mempertahankan raut datar demi menjaga citra di hadapan mereka. Perlahan setiap pelayan berbaris dengan kepala tertunduk,"Karena malam masih panjang, apa setelah ini---Nyo

  • Asisten Tuan Angkuh   121. Mansion pribadi

    Aroma bunga lily yang masih melekat pada urai legam pria itu mampu membuat Thea mengernyit, sedikit bingung bagaimana bisa hidungnya dengan jelas menghirup wangi tersebut.Entah kenapa tanpa sadar dia terlelap sebelum menghabiskan setengah perjalanan, mungkin saja energi dalam tubuh Thea telah terisi penuh hingga menambah kepekaannya terhadap bau."Ng.." perlahan membuka mata, menemukan diri tengah bersandar pada jendela berukuran sedang.Seketika dia tersentak kaget karena menatap pemandangan awan yang begitu berbeda, sigap menoleh hingga menemukan sosok tinggi sedang duduk tepat di sampingnya. "Bapak! Kita ada dimana?""Pesawat," sahut Nathan datar tanpa menoleh,Mendengar kalimat tadi, tanpa ragu Thea menatap sekeliling yang hanya dipenuhi kursi kosong layar televisi juga perabotan modern yang tak mungkin ditemukan di dalam mobil."Perasaan aku tadi ada di dalam mobil.." gumam Thea mengerutkan alis, ber

  • Asisten Tuan Angkuh   120. Mendapat izin

    "Hah?! K-kenapa!"Tentu saja gadis itu terkejut tak mampu berkutik mendengar saran aneh dari mulut Zen. Bukannya mendukung dan membiarkan Thea membantu karena pasti mengerti tentang emosi yang dirasakan, dia justru menggunakan ide aneh Nathan untuk mengusir mereka."Tu--" nyaris saja sebuah panggilan hormat muncul berkat batin yang terlalu antusias, beruntung dia sadar pada waktu yang tepat."Aku mohon, izinkan aku membantu..""Bukankah tadi sudah kujelaskan, bahwa kaulah target mereka. Liburan adalah cara yang tepat untuk kau bersembunyi,""Kau harus menghilang selama beberapa hari untuk mengecoh mereka. Dan Nathan akan menemanimu," beralih menatap sosok lain."Kau tidak boleh pergi kemanapun dan pastikan Thea selalu berada di sampingmu sampai keadaan aman----biarkan aku menjalankan rencana yang telah kami setujui," lugas Zen berhasil membujuk,Meski tidak tahu apapun tentang rencana yang dim

  • Asisten Tuan Angkuh   119. Meminta izin

    Karena gadis yang masih bersikeras mengajak Nathan ke suatu tempat, mau tidak mau setelah berganti pakaian mereka berdua pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Romi.Kedatangan pria itu juga menyelesaikan kesalahpahaman yang beberapa saat lalu terjadi. "Thea, kenapa kau memintaku membawa baju? Padahal tadi, Pak Nathan sudah memakai baju baru."Seperti biasa dia menempati kursi depan agar tak mengganggu kenyamanan tuan muda. "Itu tadi, baju milik sepupuku..""Apa?!" sontak Romi terkejut mendengar kebenaran yang belum pernah terjadi,"Sudahlah lupakan saja. Itu telah berlalu! Jangan sampai ada yang kesal karena kita membicarakan hal tadi," bisik Thea berhasil menghentikan perbincangan,Menit berlalu kendaraan beroda empat itu telah melewati gerbang besar yang menuntun ke depan gedung megah familiar milik keluarga Adelard.Muncul helaan nafas panjang, dari seorang pria berjas coklat yang tengah melirik sekilas

DMCA.com Protection Status