Home / Romansa / Misunderstanding / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Misunderstanding: Chapter 1 - Chapter 10

23 Chapters

Chapter 1

"Tante, stop! Tante apa-apaan, sih, seenaknya aja berantakin kamar kos aku? Apa yang Tante cari? Bukannya kemarin aku udah bilang, kalau aku udah enggak ada uang lagi? Percuma Tante obrak-abrik kamar aku!" seru Ara ketika mendapati kamar kosnya berantakan karena ulah Lia, adik mendiang mamanya yang beberapa tahun terakhir mengurus dirinya dan juga sang adik, Bion. Lia melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu pikir Tante bakal percaya gitu aja kalau kamu bilang enggak ada uang lagi? Itu ... buktinya kamu bisa tetep ke sekolah. Naik apa? Enggak mungkin, kan, kamu jalan kaki?" omelnya. Ara merasa geram, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam dan menerima perlakuan Lia. Lagi pula, kesialan Ara pagi ini terjadi karena keteledorannya sendiri yang lupa mengunci pintu kamar kos, sehingga Lia bisa masuk dengan seenak hati. "Asal kamu tahu, ya! Adik kamu butuh uang banyak buat sekolah dia. Dan uang yang kemarin kamu titip ke Tante itu belum cukup gantiin uang Tante yang kepaka
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

Chapter 2

"Hei! Kenapa diem aja, Ra?" "Eh ... Kak Tina?" Ara meraup oksigen sebanyak-banyaknya, merasa bisa bernapas lega karena bukan Naura yang menepuk bahunya. "Kenapa kaget gitu?" selidik Tina, pegawai Hana yang lain. Ara mengedarkan pandang. Setelah dirasa aman karena ternyata bukan sosok Naura yang dilihatnya tadi, dia baru benar-benar lega. "Enggak apa-apa, Kak. Tadi dikira ada temen sekolah, tapi ternyata salah lihat aja," jawab Ara seadanya. "Oh, oke. Kalau gitu kamu bawa ini ke sana, ya. Aku mau jaga pintu lagi," seru Tina sembari menyerahkan selembar kertas berisi pesanan pelanggan kepada Ara. Sebagai pegawai part time, tidak ada yang bisa dilakukan Ara kecuali mengangguk patuh dan membawa kertas itu menuju bar. "Pak, tolong buka, dong!" seru Ara kepada satpam yang beberapa detik lalu menutup pintu gerbang. Karena harus pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, Ara jadi terlambat. "Enggak bisa. Ini sudah lebih dari pukul tujuh," jawab satpam tegas sambil menunjuk jam anal
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

Chapter 3

"Jelasin sama Kakak! Kenapa kamu harus berantem, Bi? Untung aja guru kamu kirim pesennya ke Kakak. Coba kalau ke Tante Lia? Udah pasti kita bakal kena marah. Kamu enggak kasihan apa, sama Kakak? Hah?" sentak Ara yang jantungnya masih berdebar kencang, khawatir Bion kenapa-kenapa setelah berkelahi dengan teman sekolahnya. "Maaf, Kak. Aku enggak akan ulangi," janji Bion dengan wajah tertunduk. Ara mendesah lelah. "Lagian kenapa, sih, berantem segala? Biar kamu kelihatan jagoan, gitu? Inget, Bion. Enggak ada siapa-siapa yang perhatiin kita. Jadi kamu enggak perlu bikin ulah!" "Asal Kakak tahu, aku berantem karna enggak terima Kakak dibilang cewek enggak bener. Dia bilang, Kakak sengaja jadi kupu-kupu malam buat biayain aku sekolah. Jelas aku enggak terima!" Ara terperangah. Dia mendadak kesulitan bernapas saat mendengar penuturan sang adik. Namun, sebisa mungkin dia menunjukkan sikap tetap tegar di hadapan Bion supaya tidak terpancing dengan ucapan temannya yang sama sekali tidak
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

Chapter 4

Ara, gadis bernama lengkap Karaisa Naraya itu melangkahkan kaki dengan perasaan waswas menuju ruang kepala sekolah. Dia khawatir sang kepala sekolah akan menegurnya gara-gara kejadian kemarin saat Ara meninggalkan sekolah untuk memenuhi panggilan guru BK Bion. Bagaimana jika kepala sekolahnya yang terkenal garang tiba-tiba murka dan mencabut beasiswanya? Ara tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi. Bisa-bisa dia kesulitan membayar uang sekolah atau bahkan tidak bisa bersekolah lagi. Lalu, bagaimana Ara bisa maju jika dia tidak bisa tetap sekolah? Sementara di rumah Lia, ada Bion yang membutuhkan uluran tangannya. ‘Enggak, enggak! Itu enggak boleh terjadi!’ Tanpa sadar, Ara menggeleng. "Jangan sampe, jangan sampe!" desis Ara pelan sembari tetap berjalan menunduk. Sesekali jemari kanan membenarkan letak kacamata tebalnya, hingga Ara pun tidak sengaja menabrak seorang laki-laki ketika mereka sama-sama hendak memasuki ruang kepala sekolah. "Ampun deh, Rara. Lo kalau jal
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

Chapter 5

Ara tersentak. Kenapa Saga menanyakan hal itu? Dari mana dia tahu kalau Ara bolos sekolah kemarin? Apa Erick yang memberitahunya? Tapi untuk apa? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Ara. Haruskah dia menjawab pertanyaan Saga? "Enggak usah kepedean. Gue cuma denger selentingan kalau katanya, Si Kutu Buku lari dari sekolah." Saga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Dan kamu penasaran, gitu?" tuduh Ara. Kalau dipikir-pikir, kenapa Saga membahasnya jika bukan karena penasaran? Saga terkekeh. "Gue? Penasaran sama cewek cupu macam lo? You wish," gumamnya sembari melanjutkan langkah. ‘Sombong banget kamu ngatain aku cupu. Kamu belum tahu aja siapa aku, Saga.’ Ara kesal. Gadis itu pun membalikkan badan sembari mengentakkan kaki menuju kelas. "Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, balik dari ruang kepsek, kenapa lo jadi manyun gitu, Ra? Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue jadi risi lihatnya," seloroh Erick begitu Ara sampai di kelas dan duduk si bangkunya. Be
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

Chapter 6

Ara dipaksa mengikuti Lia memasuki ruang dengan cahaya remang-remang. Suasana ingar-bingar yang begitu ramai membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Belum lagi dengan dentuman irama musik DJ yang terdengar kencang, membuat sakit gendang telinga Ara. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Ara bahwa Lia akan membawanya ke tempat seperti ini. Lia dengan kuat mencengkeram lengan Ara, membuat gadis itu sulit melepaskan diri. Terlebih, ada seorang laki-laki yang sejak tadi mengikuti Lia, seolah-olah dia adalah seorang body guard yang bertugas mengawal atasannya. "Lepasin, Tante! Sakit," seru Ara setengah berteriak karena merasakan panas pada lengan yang sejak tadi menjadi sasaran empuk Lia. "Kamu mau kerja, kan?" Lia menarik paksa Ara ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas, barulah lengan Ara dia loloskan dari cengkeraman. Dalam ruangan tersebut tampak beberapa lelaki sedang bermain kartu sambil menikmati berbagai minuman haram. Mereka sama-sama terkejut melihat Lia yang tiba-tiba mema
last updateLast Updated : 2021-10-22
Read more

Chapter 7

"Di mana dia? Kenapa tiba-tiba ngilang?" seru salah seorang lelaki yang mengejar Ara. "Dia pasti sembunyi di sekitar sini. Enggak mungkin dia ngilang gitu aja," timpal laki-laki yang lain. Ara yang mendengar suara itu menjadi gusar. Dia takut persembunyiannya akan diketahui para laki-laki hidung belang yang mengejarnya. "Enggak usah takut. Lo aman sama gue," bisik Saga santai sembari melepas hoodie-nya. "Kamu mau ngapain?" Raut Ara mendadak tegang. "Lo pakai aja. Mereka pasti udah hafal warna baju lo." Tanpa aba-aba Saga memakaikan hoodie-nya ke badan Ara. Ara yang panik hanya diam menurut. Sesaat kemudian, Ara terkesiap ketika tangan Saga menariknya ke dalam dekapan, membelakangi tirai yang disibak dengan paksa. "Eh, sorry. Lihat cewek pakai kaus warna biru muda? Rambut panjang, diikat ekor kuda. Dia ngilang di sekitar sini," tanya seorang laki-laki yang suaranya Ara kenal. Laki-laki yang sejak tadi mengikuti ke mana saja Lia melangkah. "Enggak. Dari tadi cuma
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

Chapter 8

“Ikut Tante! Kamu harus tanggung jawab karena udah kabur semalem!” Suara lantang Lia sungguh mengejutkan Ara.Adik mendiang mama Ara itu sudah menunggu di depan sekolah yang tentu saja membuat Ara panik. Harus kepada siapa dia meminta tolong seandainya perempuan itu hendak membawanya secara paksa?“Enggak! Aku enggak mau ikut Tante! Aku udah ada kerja part time dan seharusnya Tante hargai itu. Aku juga udah usaha cari kerja part time lain tapi belum ada, seenggaknya Tante bisa nunggu, kan?” Ara mencoba membela diri supaya Lia tidak seenaknya memperlakukan dirinya.Lagi pula, bagaimana bisa Lia mencoba menjual Ara kepada lelaki hidung belang? Bagi Ara, hal itu sudah sangat keterlaluan.“Nunggu? Sampai berapa lama? Waktu terus berputar, dan kebutuhan Tante juga semakin banyak! Apalagi ditambah kebutuhan adik kamu itu!” sentak Lia yang nada bicaranya mendadak naik satu oktaf, mengundang perhatian beberapa siswa dari sekolah Ara yang melintas di dekatnya.Ara benar-benar pusing dibuatnya.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Chapter 9

“Ara! Kamu tuli, ya? Ditanyain bukannya jawab, malah bengong!”Ara terkesiap, kemudian mengusap dahi yang tidak basah. Gadis itu merutuk dalam hati. Bisa-bisanya dia membayangkan Saga kembali menjadi penyelamat bak pangeran berkuda putih seperti dalam dongeng. Ara menggeleng samar.“Tante, tapi aku enggak mau ikut Tante! Aku beneran bisa cari kerjaan lain dan Tante enggak perlu maksa aku buat ikuti kemauan Tante.” Ara mencoba untuk tetap sabar menghadapi perempuan di depannya yang ternyata bukan perempuan baik-baik. Buktinya, Lia dengan kejam membawanya ke klub dan hendak menjualnya kepada para lelaki hidung belang.“Udahlah, Naraya, kamu enggak usah sok suci! Nanti kalau kamu udah ngerasain hasilnya, kamu enggak perlu repot-repot capek kerja di kafe,” ujar perempuan itu sembari mendekatkan bibir di telinga Ara. “Kamu tinggal pasang badan aja dan semua kamu bisa nikmati semau kamu.” Lia terkekeh.“Enggak, Tante! Aku enggak mau, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Tante juga enggak per
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Chapter 10

“Kamu kenapa, Ra? Kelihatan beda hari ini?” Hana memperhatikan Ara yang terlihat lebih pendiam dari biasanya. Atasan Ara di kafe itu menduga bahwa apa yang terjadi dengan Ara, disebabkan karena dia belum bisa mencarikan pekerjaan tambahan untuk gadis tersebut.“Enggak, enggak apa-apa, Kak.” Ara berusaha untuk mengukir senyum. “Cuma kepikiran soal Olimpiade matematika di Jogja nanti,” tambahnya.Aku mimpi enggak, sih, dipaksa Saga buat jadi pacarnya? Wait ... dipaksa? Iya, kan, dia emang maksa. Walau aku enggak bisa mangkir kalau sebenernya aku suka dia sejak pertama dia masuk ke sekolah.“Enggak perlu khawatir, kamu pasti bisa. Aku yakin. Nanti kalau kamu jadi juara, akan ada hadiah spesial buat kamu.”Perkataan Hana membuat Ara mengerutkan dahi. “Hadiah spesial?”Hana mengangguk dengan pasti.“Kak, maaf. Tapi ... Kakak udah ngasih aku waktu libur buat ikut Olimpiade, itu udah lebih dari cukup.”“Anggap aja karena kamu pegawai aku yang berprestasi, jadi aku merasa harus mengapresiasi.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status