Share

Misunderstanding
Misunderstanding
Author: Setya Ai Widi

Chapter 1

Author: Setya Ai Widi
last update Last Updated: 2021-09-11 19:50:31

"Tante, stop! Tante apa-apaan, sih, seenaknya aja berantakin kamar kos aku? Apa yang Tante cari? Bukannya kemarin aku udah bilang, kalau aku udah enggak ada uang lagi? Percuma Tante obrak-abrik kamar aku!" seru Ara ketika mendapati kamar kosnya berantakan karena ulah Lia, adik mendiang mamanya yang beberapa tahun terakhir mengurus dirinya dan juga sang adik, Bion.

Lia melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu pikir Tante bakal percaya gitu aja kalau kamu bilang enggak ada uang lagi? Itu ... buktinya kamu bisa tetep ke sekolah. Naik apa? Enggak mungkin, kan, kamu jalan kaki?" omelnya.

Ara merasa geram, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam dan menerima perlakuan Lia. Lagi pula, kesialan Ara pagi ini terjadi karena keteledorannya sendiri yang lupa mengunci pintu kamar kos, sehingga Lia bisa masuk dengan seenak hati.

"Asal kamu tahu, ya! Adik kamu butuh uang banyak buat sekolah dia. Dan uang yang kemarin kamu titip ke Tante itu belum cukup gantiin uang Tante yang kepakai buat bayar sekolah adik kamu. Jangan lupa juga, uang makan selama kamu ikut Tante. Kamu pikir semua gratis? Enak aja! Masuk ke toilet umum aja bayar!"

Lia masih saja bersungut-sungut dan membahas soal uang sejak kemarin. Padahal, Ara sudah menyerahkan delapan puluh persen gaji dari kerja part time-nya bulan lalu untuk Lia membayar sekolah Bion, sang adik yang masih tinggal bersamanya. Namun, tantenya itu selalu menuntut lebih karena jiwa materialis yang sudah mendarah daging.

Ara mengangguk pasrah. "Iya, Tante. Tenang aja, aku bakal kerja lebih keras lagi buat ganti semua uang Tante. Aku juga bakal bujuk Bion supaya mau tinggal sama aku dan enggak ngerepotin Tante lagi," ucapnya sembari menundukkan wajah, menyembunyikan matanya yang mulai berembun.

Gadis itu menggerutu dalam hati, menyesalkan nasib malangnya juga sang adik yang telah ditelantarkan Papa mereka. Ara kecewa, karena sang Papa lebih memilih pergi bersama istri baru tanpa menghiraukan keberadaan dirinya dan Bion. Seandainya sang Mama masih ada, nasib Ara mungkin tidak akan seburuk ini.

"Oke. Tante bakal tunggu kamu tepati janji. Awas aja kalau kamu banyak alesan. Kamu kan udah kerja, jadi Tante enggak akan bingung lagi mikir keuangan adik kamu itu. Kalau kamu enggak mau repot sendiri, cari tuh, Papa kamu! Minta makan aja sama dia, jangan sama Tante, enak aja!"

Lia menyambar tas yang entah sejak kapan teronggok di kasur lipat Ara, lalu pergi begitu saja meski tidak menemukan apa pun yang dia cari.

Lutut Ara terasa lemas dan gadis itu jatuh terduduk. Sorot matanya nanar menatap ke seluruh ruangan yang tidak luput dari sasaran Lia. Dia pun mulai terisak sembari memungut barangnya satu per satu dari lantai, kemudian mengembalikannya ke tempat semula.

Ara sadar diri, dia masih belum cukup umur untuk menanggung semua beban itu sendiri. Bagaimanapun, dia harus mencari di mana keberadaan sang Papa dan mengantarkan Bion kepadanya, karena lelaki itulah satu-satunya harapan Ara yang bisa diandalkan untuk mengurus Bion.

Jika dipikir-pikir, Lia memang sangat keterlaluan karena sudah membuat perincian biaya hidup sehari-hari Ara dan sang adik selama mereka menumpang. Dan sebagai gantinya, Ara harus membayar seluruh biaya tersebut dengan alasan, Lia tidak ingin menanggung beban hidup mereka.

Ara memijat pelipisnya yang terasa nyeri, bingung dengan pekerjaan apa yang harus dia jalani supaya lekas bisa melunasi hutangnya pada Lia yang bahkan sudah mencapai puluhan juta. Sangat mengenaskan, Ara yang baru menduduki bangku kelas sebelas, sudah harus merasakan kejamnya dunia.

Perlahan, Ara bangkit dan bergerak lebih cepat supaya kamarnya lekas rapi. Gadis itu harus segera mencari info lowongan kerja part time lain yang bisa dilakukan sepulang bekerja dari kafe. Tidak peduli dengan waktu belajarnya yang akan semakin tersita jika bekerja lebih keras lagi. Yang jelas, Ara hanya ingin berusaha melepaskan diri dari jerat Lia. Jika tidak, sudah pasti hidupnya tidak akan tenang karena bayang-bayang Lia yang kerap mendatanginya untuk meminta sejumlah uang.

❤❤❤

"Apa, Ra? Kerjaan tambahan? Apa, ya?" Kening Hana, pemilik kafe tempat kerja Ara tampak mengerut. "Kamu serius, mau cari kerja tambahan? Kamu masih sekolah loh, Ta. Apa enggak akan ganggu waktu belajar kamu nantinya? Lagi pula, apa kamu udah izin sama orang tua kalau mau cari kerja tambahan? Takutnya mereka enggak akan kasih izin," ucap Hana memastikan.

Ara terdiam sejenak. Dia tidak mungkin mengatakan masalah sebenarnya pada Hana karena Ara tidak ingin Hana menaruh belas kasihan kepadanya seandainya tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu butuh banget, ya?" tanya Hana lagi sebelum Ara menjawab pertanyaan sebelumnya.

Ara mengangguk pelan. "Butuh banget, Kak. Tapi kalau enggak ada kerjaan tambahan yang bisa aku kerjain di sini, aku bakal cari di tempat lain," jawabnya.

Hana manggut-manggut. "Oke, nanti aku tanya-tanya ke temen dulu, ya, siapa tahu ada salah satu di antara temen aku yang lagi butuh pegawai part time," ucapnya bersungguh-sungguh.

Raut Ara mendadak semringah. "Terima kasih banyak atas bantuannya, Kak," ucapnya sambil menarik kedua sudut bibirnya ke atas sembari menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Hana tersenyum sembari mengangguk pelan. "Sama-sama, Ra. Kamu jangan lupa doa juga, ya? Ya ... semoga aja salah satu temenku emang ada yang lagi butuh pegawai," lanjut Hana.

"Iya, Kak. pasti," balas Ara singkat.

"Selamat sore, selamat datang di Hana's Cafe. Silakan duduk dan dilihat-lihat dulu daftar menunya, Kak." Terdengar pegawai Hana yang lain menyapa seorang pelanggan.

Ara dan Hana pun menyudahi pembicaraan mereka saat mengetahui ada yang datang. Ketika hendak menuju pintu untuk menggantikan teman kerjanya yang sedang melayani pelanggan, Ara tidak sengaja berserobok pandang dengan seorang gadis yang sepertinya dia kenal.

Buru-buru Ara berbalik badan saat mengira bahwa gadis yang dilihatnya adalah teman sekelasnya, Naura, yang terkenal suka menggosip. Dia khawatir Naura akan mengenalinya meski dia tampil dengan style yang berbeda jauh dari style-nya saat di sekolah.

Ketika bekerja, Ara tampil tanpa kacamata minusnya, karena dia tidak ingin terganggu dengan kacamata kebesaran yang sering kali disebut ‘kacamata kuda’ oleh teman-temannya. Gadis itu sengaja memakai kontak lens sebagai ganti, juga dengan tatanan rambut yang diikat rapi seperti ekor kuda, menyisakan sedikit poni miring ala gadis Korea.

Ara terlonjak kaget saat menyadari sebuah telapak tangan mendarat di bahunya. Dia merasa waswas untuk menoleh, khawatir jika orang tersebut adalah Naura. Demi Tuhan, Ara tidak ingin teman sekolahnya itu mengetahui tentang latar belakang kehidupan Ara yang sesungguhnya.

Ya Tuhan, gimana, nih? Jangan sampai Naura ngenalin aku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Joshie_djw
Kasian mita nya... Huhuhu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Misunderstanding   Chapter 2

    "Hei! Kenapa diem aja, Ra?" "Eh ... Kak Tina?" Ara meraup oksigen sebanyak-banyaknya, merasa bisa bernapas lega karena bukan Naura yang menepuk bahunya. "Kenapa kaget gitu?" selidik Tina, pegawai Hana yang lain. Ara mengedarkan pandang. Setelah dirasa aman karena ternyata bukan sosok Naura yang dilihatnya tadi, dia baru benar-benar lega. "Enggak apa-apa, Kak. Tadi dikira ada temen sekolah, tapi ternyata salah lihat aja," jawab Ara seadanya. "Oh, oke. Kalau gitu kamu bawa ini ke sana, ya. Aku mau jaga pintu lagi," seru Tina sembari menyerahkan selembar kertas berisi pesanan pelanggan kepada Ara. Sebagai pegawai part time, tidak ada yang bisa dilakukan Ara kecuali mengangguk patuh dan membawa kertas itu menuju bar. "Pak, tolong buka, dong!" seru Ara kepada satpam yang beberapa detik lalu menutup pintu gerbang. Karena harus pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, Ara jadi terlambat. "Enggak bisa. Ini sudah lebih dari pukul tujuh," jawab satpam tegas sambil menunjuk jam anal

    Last Updated : 2021-09-11
  • Misunderstanding   Chapter 3

    "Jelasin sama Kakak! Kenapa kamu harus berantem, Bi? Untung aja guru kamu kirim pesennya ke Kakak. Coba kalau ke Tante Lia? Udah pasti kita bakal kena marah. Kamu enggak kasihan apa, sama Kakak? Hah?" sentak Ara yang jantungnya masih berdebar kencang, khawatir Bion kenapa-kenapa setelah berkelahi dengan teman sekolahnya. "Maaf, Kak. Aku enggak akan ulangi," janji Bion dengan wajah tertunduk. Ara mendesah lelah. "Lagian kenapa, sih, berantem segala? Biar kamu kelihatan jagoan, gitu? Inget, Bion. Enggak ada siapa-siapa yang perhatiin kita. Jadi kamu enggak perlu bikin ulah!" "Asal Kakak tahu, aku berantem karna enggak terima Kakak dibilang cewek enggak bener. Dia bilang, Kakak sengaja jadi kupu-kupu malam buat biayain aku sekolah. Jelas aku enggak terima!" Ara terperangah. Dia mendadak kesulitan bernapas saat mendengar penuturan sang adik. Namun, sebisa mungkin dia menunjukkan sikap tetap tegar di hadapan Bion supaya tidak terpancing dengan ucapan temannya yang sama sekali tidak

    Last Updated : 2021-09-11
  • Misunderstanding   Chapter 4

    Ara, gadis bernama lengkap Karaisa Naraya itu melangkahkan kaki dengan perasaan waswas menuju ruang kepala sekolah. Dia khawatir sang kepala sekolah akan menegurnya gara-gara kejadian kemarin saat Ara meninggalkan sekolah untuk memenuhi panggilan guru BK Bion. Bagaimana jika kepala sekolahnya yang terkenal garang tiba-tiba murka dan mencabut beasiswanya? Ara tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi. Bisa-bisa dia kesulitan membayar uang sekolah atau bahkan tidak bisa bersekolah lagi. Lalu, bagaimana Ara bisa maju jika dia tidak bisa tetap sekolah? Sementara di rumah Lia, ada Bion yang membutuhkan uluran tangannya. ‘Enggak, enggak! Itu enggak boleh terjadi!’ Tanpa sadar, Ara menggeleng. "Jangan sampe, jangan sampe!" desis Ara pelan sembari tetap berjalan menunduk. Sesekali jemari kanan membenarkan letak kacamata tebalnya, hingga Ara pun tidak sengaja menabrak seorang laki-laki ketika mereka sama-sama hendak memasuki ruang kepala sekolah. "Ampun deh, Rara. Lo kalau jal

    Last Updated : 2021-09-11
  • Misunderstanding   Chapter 5

    Ara tersentak. Kenapa Saga menanyakan hal itu? Dari mana dia tahu kalau Ara bolos sekolah kemarin? Apa Erick yang memberitahunya? Tapi untuk apa? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Ara. Haruskah dia menjawab pertanyaan Saga? "Enggak usah kepedean. Gue cuma denger selentingan kalau katanya, Si Kutu Buku lari dari sekolah." Saga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Dan kamu penasaran, gitu?" tuduh Ara. Kalau dipikir-pikir, kenapa Saga membahasnya jika bukan karena penasaran? Saga terkekeh. "Gue? Penasaran sama cewek cupu macam lo? You wish," gumamnya sembari melanjutkan langkah. ‘Sombong banget kamu ngatain aku cupu. Kamu belum tahu aja siapa aku, Saga.’ Ara kesal. Gadis itu pun membalikkan badan sembari mengentakkan kaki menuju kelas. "Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, balik dari ruang kepsek, kenapa lo jadi manyun gitu, Ra? Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue jadi risi lihatnya," seloroh Erick begitu Ara sampai di kelas dan duduk si bangkunya. Be

    Last Updated : 2021-09-11
  • Misunderstanding   Chapter 6

    Ara dipaksa mengikuti Lia memasuki ruang dengan cahaya remang-remang. Suasana ingar-bingar yang begitu ramai membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Belum lagi dengan dentuman irama musik DJ yang terdengar kencang, membuat sakit gendang telinga Ara. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Ara bahwa Lia akan membawanya ke tempat seperti ini. Lia dengan kuat mencengkeram lengan Ara, membuat gadis itu sulit melepaskan diri. Terlebih, ada seorang laki-laki yang sejak tadi mengikuti Lia, seolah-olah dia adalah seorang body guard yang bertugas mengawal atasannya. "Lepasin, Tante! Sakit," seru Ara setengah berteriak karena merasakan panas pada lengan yang sejak tadi menjadi sasaran empuk Lia. "Kamu mau kerja, kan?" Lia menarik paksa Ara ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas, barulah lengan Ara dia loloskan dari cengkeraman. Dalam ruangan tersebut tampak beberapa lelaki sedang bermain kartu sambil menikmati berbagai minuman haram. Mereka sama-sama terkejut melihat Lia yang tiba-tiba mema

    Last Updated : 2021-10-22
  • Misunderstanding   Chapter 7

    "Di mana dia? Kenapa tiba-tiba ngilang?" seru salah seorang lelaki yang mengejar Ara. "Dia pasti sembunyi di sekitar sini. Enggak mungkin dia ngilang gitu aja," timpal laki-laki yang lain. Ara yang mendengar suara itu menjadi gusar. Dia takut persembunyiannya akan diketahui para laki-laki hidung belang yang mengejarnya. "Enggak usah takut. Lo aman sama gue," bisik Saga santai sembari melepas hoodie-nya. "Kamu mau ngapain?" Raut Ara mendadak tegang. "Lo pakai aja. Mereka pasti udah hafal warna baju lo." Tanpa aba-aba Saga memakaikan hoodie-nya ke badan Ara. Ara yang panik hanya diam menurut. Sesaat kemudian, Ara terkesiap ketika tangan Saga menariknya ke dalam dekapan, membelakangi tirai yang disibak dengan paksa. "Eh, sorry. Lihat cewek pakai kaus warna biru muda? Rambut panjang, diikat ekor kuda. Dia ngilang di sekitar sini," tanya seorang laki-laki yang suaranya Ara kenal. Laki-laki yang sejak tadi mengikuti ke mana saja Lia melangkah. "Enggak. Dari tadi cuma

    Last Updated : 2021-10-24
  • Misunderstanding   Chapter 8

    “Ikut Tante! Kamu harus tanggung jawab karena udah kabur semalem!” Suara lantang Lia sungguh mengejutkan Ara.Adik mendiang mama Ara itu sudah menunggu di depan sekolah yang tentu saja membuat Ara panik. Harus kepada siapa dia meminta tolong seandainya perempuan itu hendak membawanya secara paksa?“Enggak! Aku enggak mau ikut Tante! Aku udah ada kerja part time dan seharusnya Tante hargai itu. Aku juga udah usaha cari kerja part time lain tapi belum ada, seenggaknya Tante bisa nunggu, kan?” Ara mencoba membela diri supaya Lia tidak seenaknya memperlakukan dirinya.Lagi pula, bagaimana bisa Lia mencoba menjual Ara kepada lelaki hidung belang? Bagi Ara, hal itu sudah sangat keterlaluan.“Nunggu? Sampai berapa lama? Waktu terus berputar, dan kebutuhan Tante juga semakin banyak! Apalagi ditambah kebutuhan adik kamu itu!” sentak Lia yang nada bicaranya mendadak naik satu oktaf, mengundang perhatian beberapa siswa dari sekolah Ara yang melintas di dekatnya.Ara benar-benar pusing dibuatnya.

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 9

    “Ara! Kamu tuli, ya? Ditanyain bukannya jawab, malah bengong!”Ara terkesiap, kemudian mengusap dahi yang tidak basah. Gadis itu merutuk dalam hati. Bisa-bisanya dia membayangkan Saga kembali menjadi penyelamat bak pangeran berkuda putih seperti dalam dongeng. Ara menggeleng samar.“Tante, tapi aku enggak mau ikut Tante! Aku beneran bisa cari kerjaan lain dan Tante enggak perlu maksa aku buat ikuti kemauan Tante.” Ara mencoba untuk tetap sabar menghadapi perempuan di depannya yang ternyata bukan perempuan baik-baik. Buktinya, Lia dengan kejam membawanya ke klub dan hendak menjualnya kepada para lelaki hidung belang.“Udahlah, Naraya, kamu enggak usah sok suci! Nanti kalau kamu udah ngerasain hasilnya, kamu enggak perlu repot-repot capek kerja di kafe,” ujar perempuan itu sembari mendekatkan bibir di telinga Ara. “Kamu tinggal pasang badan aja dan semua kamu bisa nikmati semau kamu.” Lia terkekeh.“Enggak, Tante! Aku enggak mau, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Tante juga enggak per

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Misunderstanding   Chapter 23

    “Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, belakangan ini gue jadi kepikiran, sahabat macam apa, sih, gue, sampai enggak pernah tahu gimana beratnya lo ngadepin masa sulit sendiri. Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue ngerasa bersalah banget sama lo, Ara.” Erick menyampaikan penyesalan terdalamnya sambil menatap kecantikan Ara melalui pantulan cermin yang terletak dalam kamar di sebuah kediaman mewah milik keluarga Saga.Karaisa Naraya yang baru genap menginjak usia delapan belas tahun, tampil cantik dengan balutan kebaya putih yang terlihat simpel, tetapi elegan. Beberapa menit lalu, Ara baru saja melangsungkan pernikahan dengan Saga secara tertutup yang hanya dihadiri anggota keluarga inti. Atas bujukan dari Rey dan Anggun, akhirnya Ara menyetujui permintaan Saga untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat akibat kesalahpahaman.“Kamu tetep sahabat terbaik aku, Erick. Jadi, kamu harus selalu ada buat aku. Kayak biasa. Awas kalau enggak,” ancam Ara.“Ya gimana bisa? Lo kan ud

  • Misunderstanding   Chapter 22

    “Mau apa lagi kamu ke sini? Kurang puas, udah diusir sama Papa kamu sendiri?”Matahari baru keluar dari persembunyian, tetapi Ara sudah harus menerima omelan dari wanita yang sudah mengambil papanya.“Tante, maaf ... tapi tolong sekali ini aja, aku mau ketemu Papa,” pinta Ara dengan sungguh-sungguh.Wanita yang tidak lain adalah sahabat lama mama Ara, mendekat dan berbisik. “Papa kamu itu, udah punya kehidupan sendiri di sini. Lagian kamu juga sama Bion udah bisa mandiri, kan? Jadi buat apa kamu ganggu-ganggu Papa kamu lagi?”Seketika, air mata Ara merebak. Dia yang harus menguatkan diri karena baru saja mengetahui kehamilannya, harus menerima perlakuan buruk dari Widya, wanita yang sudah merebut papanya dari sang Mama. Padahal, kedatangannya di tempat itu hanyalah untuk bisa menemui papanya supaya Ara bisa lebih ikhlas dalam menjalani hari-hari yang berat tanpa sang Papa. Ara ingin bisa memeluk papanya seperti dulu sebelum Widya mengusik kebahagiaan keluarganya.“Aku tahu Papa udah p

  • Misunderstanding   Chapter 21

    Sudah satu bulan Ara menjalani home schooling. Dia sengaja menghindari Saga, karena masih tidak terima atas apa yang dilakukan laki-laki itu terhadapnya. Meski sudah mengatakan kepada Saga bahwa kesalahannya sudah dimaafkan, tetapi kenyataannya, kata-kata itu hanya berasal dari bibir saja dan bukan dari hati.Demi bisa menghindar dari Saga, bahkan Ara menyewa tempat kos di mana tidak ada siapa pun mengetahui keberadaannya termasuk Rey dan Bion sekalipun. Ara juga tidak memberi tahu Bion di mana dia berada, karena tidak ingin sang adik memberitahukan keberadaannya kepada siapa pun.Ara melakukan berbagai cara supaya keberadaannya tetap menjadi rahasia meski dia masih harus bekerja sama dengan Rey dalam membantu papa Saga editing sebuah desain, demi kelangsungan hidupnya dengan sang adik, Bion.Hari masih pagi dan matahari belum keluar dari peraduan. Ara merasakan lapar yang teramat sangat, sampai gadis itu tidak tahan dan terpaksa harus keluar mencari makanan. Beruntung, Ara menemukan

  • Misunderstanding   Chapter 20

    “Kamu yakin, mau ambil home schooling? Saya cuma khawatir, ini akan mempengaruhi beasiswa kamu, Karaisa. Sayang sekali, loh. Sebentar lagi kan ujian kelulusan.”Nana, wali kelas Ara menyayangkan ketika gadis itu meminta untuk home schooling. Meski dengan alasan yang cukup logis, guru itu tetap menyarankan supaya Ara memikirkan ulang keinginannya.“Kalaupun beasiswa saya harus jadi taruhan, enggak apa-apa, Bu. Yang penting saya bisa tenang belajar dari rumah.”“Apa ada yang bully kamu? Sampai kamu memutuskan untuk home schooling?” Nana bertanya dengan sungguh-sungguh, tetapi hanya gelengan kepala yang didapat. “Ya sudah, kalau memang seperti itu yang buat kamu nyaman, enggak apa-apa. Nanti saya akan bicarakan ini dengan kepala sekolah, ya?”Ara lega dan mengangguk begitu saja. “Terima kasih banyak, Bu.”“Tetap rajin belajarnya, ya? Karena saya punya rencana bagus untuk bahan pertimbangan kamu nanti. Ada beberapa beasiswa kuliah di luar negeri yang menurut saya bisa kamu coba ikuti. Sia

  • Misunderstanding   Chapter 19

    “Kak, Kakak enggak sekolah?” Bion mengetuk pintu kamar Ara saat mengetahui sepatu yang biasa dikenakan sang kakak masih tertata rapi di tempatnya.“Kakak enggak enak badan, Bi.” Ara menjawab pertanyaan sang adik dengan lirih. Dia sengaja mengunci diri dalam kamar sejak kejadian semalam.“Aku telepon Om Rey apa gimana? Kakak harus periksa, kan?”Ara menahan isak tangis. Dia tahu akan kekhawatiran adiknya, tetapi dia tidak mungkin bisa menemui dan bertatap muka dengan Rey dalam kondisi seperti sekarang. Gadis itu merasa dunianya hancur. Belum lama dia merasakan indahnya jatuh cinta saat pertama melihat kedatangan Saga di sekolah, tetapi ternyata, laki-laki itu mengambil satu-satunya mahkota paling berharga dalam hidup Ara tanpa diduga.“Jangan, Bi. Kita enggak bisa terus-terusan repotin Om Rey. Nanti kakak periksa sendiri aja naik taksi.”“Kak, apa aku enggak usah sekolah? Aku anter Kakak aja buat periksa.”“Enggak, Bi. Kakak bisa sendiri.”Berbagai alasan Ara katakan sampai Bion menyera

  • Misunderstanding   Chapter 18

    Tidak terasa, sudah satu bulan Ara menempati apartemen yang kata Rey, adalah apartemen yang pernah dihuni mamanya. Rey memberi kemudahan bagi Ara dan Bion dalam belajar juga bekerja. Kepada Bion, Rey bahkan memfasilitasi adik Ara tersebut dengan berbagai les privat untuk menunjang soft skill-nya.Ara merasa sangat beruntung setelah bertemu dengan Rey, atau yang dikenal Lia dengan nama Reza. Sempat terlintas dalam benak Ara, haruskah dia menemui Sita dan berterima kasih kepada adik papanya tersebut? Karena pasalnya, Rey memperlakukan dirinya dan sang adik jauh lebih baik jika dibanding dengan Papa kandung mereka sendiri.“Om berterima kasih banyak, ya, atas bantuan kamu. Desain kamu menarik. Penjualan dari perusahaan Om meningkat pesat. Ini, gaji pertama kamu, semua Om simpan di sini. Untuk memudahkan transaksi, kamu bisa mengurus mobile banking-nya nanti.” Rey mengangsurkan sebuah amplop cokelat yang setelah dibuka, Ara menemukan cek berisi nominal yang membuat kedua bola matanya memb

  • Misunderstanding   Chapter 17

    “Beneran, kamu mau resign, Ra?” Hana, pemilik kafe tempat Ara bekerja paruh waktu, sedikit terkejut saat mendengar pernyataan Ara yang hendak berhenti bekerja di sana.Gadis yang ditanya segera mengangguk. “Iya, Kak. Ada kerabat yang kasih aku kerjaan online dan bisa dikerjain dari rumah.”“Oh, syukurlah kalau gitu, Ra. Malah bagus kalau bisa dikerjain dari rumah aja, kan? Jadi kamu bisa lebih fokus, kerjaan cepet selesai dan bisa belajar juga supaya tetap bisa mengimbangi antara kerjaan paruh waktu dan kerjain tugas sekolah.”Ara mengangguk membenarkan. “Iya, Kak. Aku berterima kasih banget karena Kakak udah kasih kerjaan selama ini dan mohon maaf kalau banyak salah.”“Formal banget kamu, Ra.” Hana terkekeh. “Aku juga makasih banyak karena kamu udah bantu-bantu di sini. Bukan cuma kamu, tapi kemungkinan aku juga ada salah, maafin, ya?”“Enggak. Kakak selalu baik, kok.” Bibir Ara terkembang.“Oh, ya, ini hadiah buat kamu yang udah aku janjiin. Selamat, ya. Jangan lupa selalu semangat

  • Misunderstanding   Chapter 16

    “HP kamu mana?”Sebuah pertanyaan Saga mengejutkan Ara yang baru saja tiba di sekolah. Dia tidak tahu sudah berapa menit Saga menunggunya di dekat gerbang. Gadis itu mendongak dan memperhatikan raut Saga yang tidak seperti biasa.Melihat Ara yang hanya diam, Saga mengambil benda pipih dari saku celana, menggulirkan layar ke atas bawah, kemudian menempelkan benda tersebut di telinga.Ara merasakan getar gawainya. Dia segera mengambil benda tersebut dari dalam tas dan melihat nama Saga tertera pada layar. Gadis itu baru sadar, ada 26 panggilan tidak terjawab dari nama yang sama. “Ayang, maaf, aku enggak tahu. Semalem aku mode getar waktu ngerjain tugas. Aku ketiduran dan bangun kesiangan sampai enggak sempat cek HP,” sesal Ara.“Ngerjain tugas atau sengaja menghindar?”Ara mati kutu. Dia pikir Saga tidak akan mengungkit alasan-alasannya yang mengusahakan supaya Saga tidak lagi mendatangi tempat kos, ataupun mempertanyakan tentang masalah pribadi yang belum diceritakan kepada laki-laki i

  • Misunderstanding   Chapter 15

    “Om Rey?” Ara terkejut saat melihat kedatangan Rey secara tiba-tiba. Belum juga dia memberi alasan yang tepat supaya Saga tidak lagi mendatangi tempat kos, tetapi kedatangan Rey seakan menjadi harapan baru bagi Ara untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. “Masuk, Om,” lanjutnya mempersilakan.“Maaf, tadi Om enggak ada rencana ke sini dan kebetulan lewat, jadi Om pikir, sekalian aja mampir tanpa kabari kamu lebih dulu,” jelas Rey.“Enggak apa-apa, Om. Kebetulan banget saya masih libur kerja, jadi bisa ketemu Om. Silakan duduk, Om.” Ara buru-buru merapikan buku-buku yang memenuhi meja ruang tamu, kemudian meletakkannya di meja kecil yang terletak di sisi sofa.“Terima kasih.”“Maaf, Om mau minum kopi atau teh?” Ara menawarkan.“Enggak usah repot-repot, air putih aja. Om sudah terlalu banyak minum minuman manis hari ini,” balas Rey.Ara mengangguk dan segera mengambilkan segelas air putih untuk Rey. Tidak lama, dia pun mendengar cerita Rey dengan saksama tentang apa hubungan lelaki itu da

DMCA.com Protection Status