Share

Chapter 7

Author: Setya Ai Widi
last update Last Updated: 2021-10-24 12:30:00

"Di mana dia? Kenapa tiba-tiba ngilang?" seru salah seorang lelaki yang mengejar Ara.

"Dia pasti sembunyi di sekitar sini. Enggak mungkin dia ngilang gitu aja," timpal laki-laki yang lain.

Ara yang mendengar suara itu menjadi gusar. Dia takut persembunyiannya akan diketahui para laki-laki hidung belang yang mengejarnya.

"Enggak usah takut. Lo aman sama gue," bisik Saga santai sembari melepas hoodie-nya.

"Kamu mau ngapain?" Raut Ara mendadak tegang.

"Lo pakai aja. Mereka pasti udah hafal warna baju lo." Tanpa aba-aba Saga memakaikan hoodie-nya ke badan Ara.

Ara yang panik hanya diam menurut. Sesaat kemudian, Ara terkesiap ketika tangan Saga menariknya ke dalam dekapan, membelakangi tirai yang disibak dengan paksa.

"Eh, sorry. Lihat cewek pakai kaus warna biru muda? Rambut panjang, diikat ekor kuda. Dia ngilang di sekitar sini," tanya seorang laki-laki yang suaranya Ara kenal. Laki-laki yang sejak tadi mengikuti ke mana saja Lia melangkah.

"Enggak. Dari tadi cuma berdua sama pacar gue," jawab Saga tegas. "Can you go? You're disturbing us."

Melihat laki-laki itu menatap curiga, Saga bergerak cepat. Diraihnya dagu Ara dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut.

"Oh, sorry," ujar laki-laki itu merasa tidak enak hati. Dia pun pergi meninggalkan Saga dan Ara.

Merasa situasi sudah aman, Ara mendorong dada bidang Saga. Dia tidak menyangka Saga akan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil first kiss-nya.

Ara dengan cepat melepas hoodie dan mengembalikannya kepada Saga. "Thank's for your help. But you shouldn't have to kiss my lips," ucapnya, lalu mulai menjauh tanpa berani menatap rupa Saga karena dadanya mendadak bergemuruh.

"Hei, tunggu! Lo bisa ketahuan kalau lepas hoodie!" Saga dengan cepat menangkap pergelangan tangan Ara.

"Kalau aku pakai hoodie kamu, enggak tahu harus gimana balikinnya nanti," aku Ara. Sungguh, dia tidak ingin Saga tahu tentang latar belakang kehidupannya di luar sekolah.

"It's okay. Hoodie gue banyak," balas Saga sambil menyampirkan hoodie-nya di bahu Ara. "Daripada lo ketahuan," sambungnya.

Tanpa pikir panjang, Ara yang masih membelakangi Saga menerima begitu saja saran dari laki-laki itu. Dipakainya hoodie Saga dan tidak lupa menutup kepala.

"Makasih. Aku pasti kembaliin hoodie kamu," ucap Ara sebelum pergi.

Ara keluar dari persembunyian dengan rasa cemas. Dia tidak bisa menghentikan debar aneh dalam dadanya terhitung sejak bibir Saga menyentuh bibirnya. Ara berlari menuju tempat kos secepat mungkin tanpa menghiraukan rasa lelah yang mulai menjalar di kaki.

Yang jelas, Ara tidak akan melupakan kejadian malam ini. Malam yang membuatnya merasa risi dan bergidik ngeri ketika melihat tatapan-tatapan aneh dari para lelaki hidung belang karena kelakuan Lia, juga malam yang membuatnya tidak akan lupa pada Saga yang tiba-tiba mengecup bibirnya.

🤍🤍🤍

"Heh, Ra! Kenapa ngelamun aja? Lo kesambet?" Erick dengan semangat mengguncangkan bahu Ara begitu bel istirahat berbunyi, membuat gadis itu terganggu dan mencubit lengan Erick dengan gemas.

"Aduh, duh, duh ... demi Demian Adit yang gantengnya selangit, gue enggak nyangka kalau demit bisa nyubit. Dan Demi Tuhan Yang Maha Esa, rasanya sakit bingit!" gerutu Erick sambil mengelus-elus kulitnya yang terasa panas akibat cubitan Ara.

"Biar kamu tahu, kalau aku sama sekali enggak lagi kesambet," balas Ara enteng sambil membenarkan posisi duduknya. Dia memang tidak kesambet, tapi sedang kepikiran first kiss-nya dengan Saga semalam. Benar-benar di luar dugaan.

"Ya tapi enggak usah pakai cubit-cubit maut begitu kali," geram Erick yang masih terduduk di sebelah Ara, sambil memanyunkan bibirnya.

Ara menggeleng perlahan mendengar ucapan Erick yang gayanya selalu saja kemayu. Benar-benar tidak sinkron dengan postur badannya yang lumayan tinggi dan sedikit gempal.

"Kalau gitu aku ke perpus dulu, deh. Daripada di sini denger celotehan kamu yang enggak jelas. Bisa-bisa panas ini telinga." Ara terkekeh. "Mau ikut?" tawarnya pada Erick.

"Enggak, enggak. Makasih. Gue enggak suka baca, enggak mau mata gue minus juga. Jadi cukup lo aja yang jadi kutu buku, bermata empat. Jangan bawa-bawa gue!" jawab Erick dengan gaya bicaranya yang khas.

Mita manggut-manggut. "It's okay. Kalau gitu aku ke perpus dulu. Sekalian mau ngerjain PR dari Bu Risa tadi, jadi nanti malem udah enggak rempong lagi kerjain PR," gumam Ara tanpa sadar. Ups, untung saja dia tidak keceplosan membahas tentang pekerjaan. Buru-buru Ara menutup mulut dengan tangan.

"Gitu, ya? Bolehlah, gue ikut ke perpus. Biar lo kasih contekan." Erick mengedipkan matanya dengan jahil.

"Yee, nyontek. Enggak, enggak! Kita bisa kerjain bareng kalau kamu mau. Tapi kalau buat nyontek, sorry aja. Aku enggak mau bikin kamu bodoh," aku Ara yang lagi-lagi membuat bibir Erick manyun lima senti.

"Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, kata-kata lo ada benernya. Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue emang udah bodoh, sih. Iya, bodoh. Mengsedih banget gue, yak?" ujar Erick sembari mengangguk-angguk.

Ara menggeleng-geleng melihat tingkah Erick. "Jadi, kalau kamu merasa bodoh, ya udah. Kenapa harus males ngikut aku ke perpus? Kita bisa belajar di sana. Kenapa kamu selalu anti sama perpus? Di sana itu asyik. Aku selalu belajar di satu meja yang paling asyik buat ditempati di sana. Nanti aku tunjukin," kata Ara dengan semangat sambil membenarkan letak kacamata tebalnya.

"Sebenernya gue males banget ke perpus. Gue pusing lihat buku banyak. Tapi, karna lo maksa ... gue ikut deh!" seru Erick dengan semangat. Semangat hendak menyontek.

"Ya udah, yuk!" Ara membawa buku-buku mata pelajaran yang diajarkan Bu Risa, buku latihan matematika dan beberapa lembar kerja yang tadi diberikan.

Baru saja Ara berdiri hendak berjalan, buku-bukunya terjatuh akibat Naura yang tiba-tiba menyenggol lengannya.

"Ups, sorry. Gue enggak sengaja. Lagian lo mendadak banget berdiri dari situ," seru Naura dengan rupa tanpa dosa.

Erick mencebik. "Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, lo mah biasa. Dan demi Tuhan yang Maha Esa, udah jadi rahasia umum kalau hobby lo tuh rese sama orang," ujarnya.

"Lah, siapa juga yang rese? Gue kan enggak sengaja dan gue udah minta maaf juga sama Kara," protes Naura.

"Ara, bukan Kara," ralat Ara sembari menghela napas panjang. "Ya udah, Rick, enggak apa-apa. Ayo, jadi ikutan ke perpus apa enggak?"

"Jadi, dong." Erick menjawab cepat lalu mengikuti Ara yang sudah melangkah lebih dulu, meninggalkan Naura yang masih bergeming di tempatnya.

"Amit-amit, deh, Ra. Jangan sampai kita berurusan sama nenek lampir tukang gosip satu itu. Bisa-bisa kita jadi terkenal, melebihi Lolly Kundang yang belakangan viral." Erick berjalan sambil bersungut-sungut.

Ya, tentu saja. Ara tidak ingin berurusan dengan si ratu gosip macam Naura. karena itu, dia lebih memilih untuk menghindar setiap kali berpapasan dengan Naura.

"Jadi lo suka duduk di mana? Gue jadi penasaran, mana ada tempat yang enak di perpus? Yang ada, di sini tuh udah kayak lautan. Jujur, gue suka takut tenggelam kalo lama-lama di perpus. Mending gue pakai waktu istirahat buat jajan, isi perut biar kenyang," celoteh Erick ketika memasuki ruang perpustakaan sekolah yang lumayan luas.

"Ngikut aja, nanti juga tahu sendiri." Ara membalas ucapan Erick dengan santai tanpa menoleh pada lawan bicaranya yang berjalan di belakang.

Beberapa hari tidak memasuki ruang perpustakaan, Ara tidak menyangka tempat duduk favoritnya di sana ternyata sudah diambil alih. Dia pun hanya berdiri mematung sebelum sampai di meja yang dimaksud.

"Kenapa berhenti, sih? Lo enggak lagi lihat hantu, kan? Lagian, mana mungkin perpus di sekolah ini berhantu? Orang suasananya nyaman banget gini, terang juga." Erick mulai berkelakar.

"Bukan gitu. Tapi, tempat duduk favorit aku udah diambil alih," sesal Ara dengan mimik mendung.

"Emang meja favorit lo yang mana?" tanya Erick yang memang belum mengetahui tempat favorit Ara.

"Itu," jawab Ara sembari menunjuk ke sebuah meja.

"Alamak! Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, itu bukannya Saga? Dan demi Tuhan Yang maha Esa, gue enggak nyangka kalau dia suka ke perpus juga."

Ara menurunkan tangan begitu Saga melihat ke arahnya. "Duh, gawat! Cabut, Rick! Kita bisa cari tempat lain yang enggak kalah enak daripada di situ," gumamnya tanpa didengar Saga.

"Lah, kenapa? Lo sungkan sama Saga? Jangan-jangan lo naksir sama dia, ya?" bisik Erick.

"Enggak!" sergah Ara sembari membalikkan badan dengan cepat.

"Heh, Karaya!"

Langkah Ara terhenti seketika. Kenapa Saga memanggilnya? Apa jangan-jangan laki-laki itu menyadari kalau gadis yang semalam dia tolong adalah dirinya? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Ara. Dia enggan menoleh, karena khawatir Saga akan bertanya macam-macam tentang kejadian semalam.

‘Aduh, gimana, nih?’

Related chapters

  • Misunderstanding   Chapter 8

    “Ikut Tante! Kamu harus tanggung jawab karena udah kabur semalem!” Suara lantang Lia sungguh mengejutkan Ara.Adik mendiang mama Ara itu sudah menunggu di depan sekolah yang tentu saja membuat Ara panik. Harus kepada siapa dia meminta tolong seandainya perempuan itu hendak membawanya secara paksa?“Enggak! Aku enggak mau ikut Tante! Aku udah ada kerja part time dan seharusnya Tante hargai itu. Aku juga udah usaha cari kerja part time lain tapi belum ada, seenggaknya Tante bisa nunggu, kan?” Ara mencoba membela diri supaya Lia tidak seenaknya memperlakukan dirinya.Lagi pula, bagaimana bisa Lia mencoba menjual Ara kepada lelaki hidung belang? Bagi Ara, hal itu sudah sangat keterlaluan.“Nunggu? Sampai berapa lama? Waktu terus berputar, dan kebutuhan Tante juga semakin banyak! Apalagi ditambah kebutuhan adik kamu itu!” sentak Lia yang nada bicaranya mendadak naik satu oktaf, mengundang perhatian beberapa siswa dari sekolah Ara yang melintas di dekatnya.Ara benar-benar pusing dibuatnya.

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 9

    “Ara! Kamu tuli, ya? Ditanyain bukannya jawab, malah bengong!”Ara terkesiap, kemudian mengusap dahi yang tidak basah. Gadis itu merutuk dalam hati. Bisa-bisanya dia membayangkan Saga kembali menjadi penyelamat bak pangeran berkuda putih seperti dalam dongeng. Ara menggeleng samar.“Tante, tapi aku enggak mau ikut Tante! Aku beneran bisa cari kerjaan lain dan Tante enggak perlu maksa aku buat ikuti kemauan Tante.” Ara mencoba untuk tetap sabar menghadapi perempuan di depannya yang ternyata bukan perempuan baik-baik. Buktinya, Lia dengan kejam membawanya ke klub dan hendak menjualnya kepada para lelaki hidung belang.“Udahlah, Naraya, kamu enggak usah sok suci! Nanti kalau kamu udah ngerasain hasilnya, kamu enggak perlu repot-repot capek kerja di kafe,” ujar perempuan itu sembari mendekatkan bibir di telinga Ara. “Kamu tinggal pasang badan aja dan semua kamu bisa nikmati semau kamu.” Lia terkekeh.“Enggak, Tante! Aku enggak mau, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Tante juga enggak per

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 10

    “Kamu kenapa, Ra? Kelihatan beda hari ini?” Hana memperhatikan Ara yang terlihat lebih pendiam dari biasanya. Atasan Ara di kafe itu menduga bahwa apa yang terjadi dengan Ara, disebabkan karena dia belum bisa mencarikan pekerjaan tambahan untuk gadis tersebut.“Enggak, enggak apa-apa, Kak.” Ara berusaha untuk mengukir senyum. “Cuma kepikiran soal Olimpiade matematika di Jogja nanti,” tambahnya.Aku mimpi enggak, sih, dipaksa Saga buat jadi pacarnya? Wait ... dipaksa? Iya, kan, dia emang maksa. Walau aku enggak bisa mangkir kalau sebenernya aku suka dia sejak pertama dia masuk ke sekolah.“Enggak perlu khawatir, kamu pasti bisa. Aku yakin. Nanti kalau kamu jadi juara, akan ada hadiah spesial buat kamu.”Perkataan Hana membuat Ara mengerutkan dahi. “Hadiah spesial?”Hana mengangguk dengan pasti.“Kak, maaf. Tapi ... Kakak udah ngasih aku waktu libur buat ikut Olimpiade, itu udah lebih dari cukup.”“Anggap aja karena kamu pegawai aku yang berprestasi, jadi aku merasa harus mengapresiasi.

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 11

    “Sampai sini aja.” Ara membuka suara begitu tempat kos sudah dekat.Saga yang mengemudikan mobil sport-nya segera menoleh dan memelankan laju kendaraan. “Gue anter sampai depan tempat kos.”“Mobilnya enggak akan bisa masuk gang, Saga.”Tidak kehilangan akal, Saga menepikan mobil dan berhenti di sisi jalan. “Masuk gangnya jauh enggak? Gue anter sampai depan,” katanya sembari melepas sabuk pengaman.“Enggak usah, tempat kos aku deket, aku—““Enggak ada penolakan. Lo cewek gue sekarang.” Saga memotong kalimat Ara.“Jadi kita beneran pacaran?” tanya Ara polos, kemudian menoleh dan memperhatikan Saga dengan saksama.Jika dipikir-pikir, mana mungkin Saga mau menjadi pacarnya? Sementara perbedaan antara Saga dengan Ara begitu kentara. Saga anak dari keluarga berada, sedangkan Ara, dia saja tidak tahu di mana papanya.Saga menatap Ara lekat-lekat. “Dari awal gue tahu kalau lo bukan cupu dan gue bener, kan?”“Saga, bukan itu yang aku tanyain.” Ara mendesah lelah.“Iya, kita pacaran. Terus kena

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 12

    “Mau ke mana, lo? Buru-buru banget? Enggak lihat cowok lo tanding basket sama anak kelas sebelah?” Erick memperhatikan Ara yang tergesa memasukkan buku-buku ke dalam tas begitu bel pulang sekolah berbunyi.“Aku ada urusan, jadi enggak bisa nonton.”“Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, lo tuh ada aja urusannya setiap hari. Mana pernah lo pulang telat? Setiap bel bunyi, langsung ngacir aja lo. Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, heran gue sama lo, Ara!” sungut Erick.Ara hanya diam. Dalam benaknya sudah tidak sabar untuk segera menemui seseorang yang Sita sebut sebagai perusak rumah tangga kedua orang tuanya. Dan dia harus memanfaatkan momen di mana Saga sedang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, sehingga kecil kemungkinan laki-laki itu akan menguntitnya.“Emang demit lo kalau diajakin ngomong malah diem aja.”“Aku bukan demit, Erick. Kayaknya kamu, demitnya.”“Demi Demian Adit yang gentengnya selangit, kayaknya gue terlalu ganteng kalau disamain sama demit. Dan demi Tuhan Yang Maha Esa

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 13

    “Seharian ke mana aja? Chatt enggak dibales, telepon enggak diangkat. Sesibuk itu emangnya?” Seperti layaknya pacar, Saga mendadak posesif. Tatapannya beredar memperhatikan taman yang mulai sepi. “Ini juga ketemuan kenapa harus di sini? Enggak aman buat cewek sendirian di sini malem-malem.”“Kan ada kamu.” Ara menyahut singkat.Kejadian hari ini sungguh di luar dugaan dan Ara belum bisa menjelaskan kepada Saga. Semua masih terlalu mendadak untuknya yang bahkan masih mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan masa lalu kedua orang tua, tetapi Ara belum menemukan jawabannya. Jadi mana mungkin dia bisa menjelaskan kepada Saga jika laki-laki itu mempertanyakan tentang kepindahannya?“Enggak usah ngeles, tadi aku lihat kamu sendiri sebelum aku ke sini.”“Ada adik aku yang anter. Dia balik pas udah lihat kamu dateng. Lagian kenapa, sih? Aku bisa jaga diri, kok.”“Mana ada? Lupa, waktu malem-malem dikejar bapak-bapak di klub? Enggak takut, bakal dikejar-kejar lagi?”Ara me

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 14

    “Pergi kamu! Jangan pernah sekali-kali kamu menginjakkan kaki di sini lagi!” sentak seorang wanita yang tidak lain adalah Widya, istri baru Hendra, papa Ara.Singkat cerita, Saga melarang Ara memanggil papanya di keramaian. Dia menyarankan supaya mereka mengikuti Hendra, supaya tahu di mana papa Ara tinggal bersama keluarga baru, dan sesuatu yang tidak diduga terjadi.Bukan hanya istri baru Hendra, tetapi laki-laki itu sendiri juga dengan tega mengusir Ara dan tidak mau mendengar apa pun keluh kesah sang anak. Entah di mana jiwa lembutnya sebagai sosok Papa. Yang jelas, Ara benar-benar kecewa dengan perlakuan laki-laki itu yang sudah menelantarkan keluarga hingga menyebabkan mamanya sakit-sakitan dan meninggal dunia.“Enggak denger, kamu? Sampai kapan pun kamu ngemis-ngemis, Papa kamu enggak akan pernah peduli! Paham?”Sesak sekali rasanya, ketika satu-satunya sosok pahlawan yang diharapkan Ara untuk menjadi penolongnya dan juga Bion, ternyata lebih mendengar hasutan istri baru.Saga

    Last Updated : 2024-12-06
  • Misunderstanding   Chapter 15

    “Om Rey?” Ara terkejut saat melihat kedatangan Rey secara tiba-tiba. Belum juga dia memberi alasan yang tepat supaya Saga tidak lagi mendatangi tempat kos, tetapi kedatangan Rey seakan menjadi harapan baru bagi Ara untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. “Masuk, Om,” lanjutnya mempersilakan.“Maaf, tadi Om enggak ada rencana ke sini dan kebetulan lewat, jadi Om pikir, sekalian aja mampir tanpa kabari kamu lebih dulu,” jelas Rey.“Enggak apa-apa, Om. Kebetulan banget saya masih libur kerja, jadi bisa ketemu Om. Silakan duduk, Om.” Ara buru-buru merapikan buku-buku yang memenuhi meja ruang tamu, kemudian meletakkannya di meja kecil yang terletak di sisi sofa.“Terima kasih.”“Maaf, Om mau minum kopi atau teh?” Ara menawarkan.“Enggak usah repot-repot, air putih aja. Om sudah terlalu banyak minum minuman manis hari ini,” balas Rey.Ara mengangguk dan segera mengambilkan segelas air putih untuk Rey. Tidak lama, dia pun mendengar cerita Rey dengan saksama tentang apa hubungan lelaki itu da

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Misunderstanding   Chapter 23

    “Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, belakangan ini gue jadi kepikiran, sahabat macam apa, sih, gue, sampai enggak pernah tahu gimana beratnya lo ngadepin masa sulit sendiri. Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue ngerasa bersalah banget sama lo, Ara.” Erick menyampaikan penyesalan terdalamnya sambil menatap kecantikan Ara melalui pantulan cermin yang terletak dalam kamar di sebuah kediaman mewah milik keluarga Saga.Karaisa Naraya yang baru genap menginjak usia delapan belas tahun, tampil cantik dengan balutan kebaya putih yang terlihat simpel, tetapi elegan. Beberapa menit lalu, Ara baru saja melangsungkan pernikahan dengan Saga secara tertutup yang hanya dihadiri anggota keluarga inti. Atas bujukan dari Rey dan Anggun, akhirnya Ara menyetujui permintaan Saga untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat akibat kesalahpahaman.“Kamu tetep sahabat terbaik aku, Erick. Jadi, kamu harus selalu ada buat aku. Kayak biasa. Awas kalau enggak,” ancam Ara.“Ya gimana bisa? Lo kan ud

  • Misunderstanding   Chapter 22

    “Mau apa lagi kamu ke sini? Kurang puas, udah diusir sama Papa kamu sendiri?”Matahari baru keluar dari persembunyian, tetapi Ara sudah harus menerima omelan dari wanita yang sudah mengambil papanya.“Tante, maaf ... tapi tolong sekali ini aja, aku mau ketemu Papa,” pinta Ara dengan sungguh-sungguh.Wanita yang tidak lain adalah sahabat lama mama Ara, mendekat dan berbisik. “Papa kamu itu, udah punya kehidupan sendiri di sini. Lagian kamu juga sama Bion udah bisa mandiri, kan? Jadi buat apa kamu ganggu-ganggu Papa kamu lagi?”Seketika, air mata Ara merebak. Dia yang harus menguatkan diri karena baru saja mengetahui kehamilannya, harus menerima perlakuan buruk dari Widya, wanita yang sudah merebut papanya dari sang Mama. Padahal, kedatangannya di tempat itu hanyalah untuk bisa menemui papanya supaya Ara bisa lebih ikhlas dalam menjalani hari-hari yang berat tanpa sang Papa. Ara ingin bisa memeluk papanya seperti dulu sebelum Widya mengusik kebahagiaan keluarganya.“Aku tahu Papa udah p

  • Misunderstanding   Chapter 21

    Sudah satu bulan Ara menjalani home schooling. Dia sengaja menghindari Saga, karena masih tidak terima atas apa yang dilakukan laki-laki itu terhadapnya. Meski sudah mengatakan kepada Saga bahwa kesalahannya sudah dimaafkan, tetapi kenyataannya, kata-kata itu hanya berasal dari bibir saja dan bukan dari hati.Demi bisa menghindar dari Saga, bahkan Ara menyewa tempat kos di mana tidak ada siapa pun mengetahui keberadaannya termasuk Rey dan Bion sekalipun. Ara juga tidak memberi tahu Bion di mana dia berada, karena tidak ingin sang adik memberitahukan keberadaannya kepada siapa pun.Ara melakukan berbagai cara supaya keberadaannya tetap menjadi rahasia meski dia masih harus bekerja sama dengan Rey dalam membantu papa Saga editing sebuah desain, demi kelangsungan hidupnya dengan sang adik, Bion.Hari masih pagi dan matahari belum keluar dari peraduan. Ara merasakan lapar yang teramat sangat, sampai gadis itu tidak tahan dan terpaksa harus keluar mencari makanan. Beruntung, Ara menemukan

  • Misunderstanding   Chapter 20

    “Kamu yakin, mau ambil home schooling? Saya cuma khawatir, ini akan mempengaruhi beasiswa kamu, Karaisa. Sayang sekali, loh. Sebentar lagi kan ujian kelulusan.”Nana, wali kelas Ara menyayangkan ketika gadis itu meminta untuk home schooling. Meski dengan alasan yang cukup logis, guru itu tetap menyarankan supaya Ara memikirkan ulang keinginannya.“Kalaupun beasiswa saya harus jadi taruhan, enggak apa-apa, Bu. Yang penting saya bisa tenang belajar dari rumah.”“Apa ada yang bully kamu? Sampai kamu memutuskan untuk home schooling?” Nana bertanya dengan sungguh-sungguh, tetapi hanya gelengan kepala yang didapat. “Ya sudah, kalau memang seperti itu yang buat kamu nyaman, enggak apa-apa. Nanti saya akan bicarakan ini dengan kepala sekolah, ya?”Ara lega dan mengangguk begitu saja. “Terima kasih banyak, Bu.”“Tetap rajin belajarnya, ya? Karena saya punya rencana bagus untuk bahan pertimbangan kamu nanti. Ada beberapa beasiswa kuliah di luar negeri yang menurut saya bisa kamu coba ikuti. Sia

  • Misunderstanding   Chapter 19

    “Kak, Kakak enggak sekolah?” Bion mengetuk pintu kamar Ara saat mengetahui sepatu yang biasa dikenakan sang kakak masih tertata rapi di tempatnya.“Kakak enggak enak badan, Bi.” Ara menjawab pertanyaan sang adik dengan lirih. Dia sengaja mengunci diri dalam kamar sejak kejadian semalam.“Aku telepon Om Rey apa gimana? Kakak harus periksa, kan?”Ara menahan isak tangis. Dia tahu akan kekhawatiran adiknya, tetapi dia tidak mungkin bisa menemui dan bertatap muka dengan Rey dalam kondisi seperti sekarang. Gadis itu merasa dunianya hancur. Belum lama dia merasakan indahnya jatuh cinta saat pertama melihat kedatangan Saga di sekolah, tetapi ternyata, laki-laki itu mengambil satu-satunya mahkota paling berharga dalam hidup Ara tanpa diduga.“Jangan, Bi. Kita enggak bisa terus-terusan repotin Om Rey. Nanti kakak periksa sendiri aja naik taksi.”“Kak, apa aku enggak usah sekolah? Aku anter Kakak aja buat periksa.”“Enggak, Bi. Kakak bisa sendiri.”Berbagai alasan Ara katakan sampai Bion menyera

  • Misunderstanding   Chapter 18

    Tidak terasa, sudah satu bulan Ara menempati apartemen yang kata Rey, adalah apartemen yang pernah dihuni mamanya. Rey memberi kemudahan bagi Ara dan Bion dalam belajar juga bekerja. Kepada Bion, Rey bahkan memfasilitasi adik Ara tersebut dengan berbagai les privat untuk menunjang soft skill-nya.Ara merasa sangat beruntung setelah bertemu dengan Rey, atau yang dikenal Lia dengan nama Reza. Sempat terlintas dalam benak Ara, haruskah dia menemui Sita dan berterima kasih kepada adik papanya tersebut? Karena pasalnya, Rey memperlakukan dirinya dan sang adik jauh lebih baik jika dibanding dengan Papa kandung mereka sendiri.“Om berterima kasih banyak, ya, atas bantuan kamu. Desain kamu menarik. Penjualan dari perusahaan Om meningkat pesat. Ini, gaji pertama kamu, semua Om simpan di sini. Untuk memudahkan transaksi, kamu bisa mengurus mobile banking-nya nanti.” Rey mengangsurkan sebuah amplop cokelat yang setelah dibuka, Ara menemukan cek berisi nominal yang membuat kedua bola matanya memb

  • Misunderstanding   Chapter 17

    “Beneran, kamu mau resign, Ra?” Hana, pemilik kafe tempat Ara bekerja paruh waktu, sedikit terkejut saat mendengar pernyataan Ara yang hendak berhenti bekerja di sana.Gadis yang ditanya segera mengangguk. “Iya, Kak. Ada kerabat yang kasih aku kerjaan online dan bisa dikerjain dari rumah.”“Oh, syukurlah kalau gitu, Ra. Malah bagus kalau bisa dikerjain dari rumah aja, kan? Jadi kamu bisa lebih fokus, kerjaan cepet selesai dan bisa belajar juga supaya tetap bisa mengimbangi antara kerjaan paruh waktu dan kerjain tugas sekolah.”Ara mengangguk membenarkan. “Iya, Kak. Aku berterima kasih banget karena Kakak udah kasih kerjaan selama ini dan mohon maaf kalau banyak salah.”“Formal banget kamu, Ra.” Hana terkekeh. “Aku juga makasih banyak karena kamu udah bantu-bantu di sini. Bukan cuma kamu, tapi kemungkinan aku juga ada salah, maafin, ya?”“Enggak. Kakak selalu baik, kok.” Bibir Ara terkembang.“Oh, ya, ini hadiah buat kamu yang udah aku janjiin. Selamat, ya. Jangan lupa selalu semangat

  • Misunderstanding   Chapter 16

    “HP kamu mana?”Sebuah pertanyaan Saga mengejutkan Ara yang baru saja tiba di sekolah. Dia tidak tahu sudah berapa menit Saga menunggunya di dekat gerbang. Gadis itu mendongak dan memperhatikan raut Saga yang tidak seperti biasa.Melihat Ara yang hanya diam, Saga mengambil benda pipih dari saku celana, menggulirkan layar ke atas bawah, kemudian menempelkan benda tersebut di telinga.Ara merasakan getar gawainya. Dia segera mengambil benda tersebut dari dalam tas dan melihat nama Saga tertera pada layar. Gadis itu baru sadar, ada 26 panggilan tidak terjawab dari nama yang sama. “Ayang, maaf, aku enggak tahu. Semalem aku mode getar waktu ngerjain tugas. Aku ketiduran dan bangun kesiangan sampai enggak sempat cek HP,” sesal Ara.“Ngerjain tugas atau sengaja menghindar?”Ara mati kutu. Dia pikir Saga tidak akan mengungkit alasan-alasannya yang mengusahakan supaya Saga tidak lagi mendatangi tempat kos, ataupun mempertanyakan tentang masalah pribadi yang belum diceritakan kepada laki-laki i

  • Misunderstanding   Chapter 15

    “Om Rey?” Ara terkejut saat melihat kedatangan Rey secara tiba-tiba. Belum juga dia memberi alasan yang tepat supaya Saga tidak lagi mendatangi tempat kos, tetapi kedatangan Rey seakan menjadi harapan baru bagi Ara untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. “Masuk, Om,” lanjutnya mempersilakan.“Maaf, tadi Om enggak ada rencana ke sini dan kebetulan lewat, jadi Om pikir, sekalian aja mampir tanpa kabari kamu lebih dulu,” jelas Rey.“Enggak apa-apa, Om. Kebetulan banget saya masih libur kerja, jadi bisa ketemu Om. Silakan duduk, Om.” Ara buru-buru merapikan buku-buku yang memenuhi meja ruang tamu, kemudian meletakkannya di meja kecil yang terletak di sisi sofa.“Terima kasih.”“Maaf, Om mau minum kopi atau teh?” Ara menawarkan.“Enggak usah repot-repot, air putih aja. Om sudah terlalu banyak minum minuman manis hari ini,” balas Rey.Ara mengangguk dan segera mengambilkan segelas air putih untuk Rey. Tidak lama, dia pun mendengar cerita Rey dengan saksama tentang apa hubungan lelaki itu da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status