Home / Romansa / Jerat Ambisi Cinta sang Dokter / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Jerat Ambisi Cinta sang Dokter: Chapter 171 - Chapter 180

200 Chapters

BAB 171

Arga begitu bersemangat melangkahkan kaki ke ruangan itu pagi ini. Padahal biasanya dia berangkat mepet dengan jam buka poli, tetapi kali ini ... Ada power yang luar biasa kuat yang membuat Arga dengan begitu semangat datang pagi-pagi sekali. Arga sudah pakai parfum terbaik favoritnya. Setelah scrub dan snelli dia pipih yang paling rapi setrikaannya. Rambut dia sisir rapi dengan pomade aroma kopi. Ah ... Dia jadi balik macam remaja kasmaran begini! Dan semua itu karena Kezia! Arga menghentikan kakinya di depan pintu ruangan itu. Mematut sejenak pantulan dirinya di kaca pintu lalu menekan pintu itu. Bisa dia lihat, gadis yang membuat jiwanya kembali muda tengah duduk sambil menggenggam tangan sang ayah yang terbaring di atas ranjang. "Selamat pagi, Pak, Key. Bagaimana sudah siap?" Sapa Arga ramah seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan. "Selamat pagi Dokter Arga." Jawab Joko dengan senyum ramahnya. "Ya siap nggak siap harus tetap siap, kan, Dok?"Arga mengangguk, senyum itu
Read more

BAB 172

"Kalo capek, aku nanti yang setir, Mas."Callista sudah duduk di jok depan. Masker dan kacamata sudah bertengger di wajahnya, antisipasi kalau ada orang yang kenal dengan dirinya tahu keberadaan dia sekarang. Mobil milik Rudi sudah menyusuri jalanan perkotaan, hendak masuk ke tol dan lanjut perjalanan menuju kampung halaman Rudi. "Santai, Sayang. Tidurku semalam nyenyak kok."Sebuah jawaban singkat yang hampir membuat Callista melonjak terkejut. Dia tidak salah dengar, kan? Rudi memanggilnya sayang? Callista menoleh menatap Rudi dengan mulut sedikit terbuka."Apa?" Tanya Rudi yang sadar diperhatikan sampai sebegitunya oleh Callista. "Kau baik-baik saja, kan, Mas?" Tanya Callista tanpa tedeng aling-aling. Mata Rudi membelalak. Ia kembali fokus pada jalanan di depan sambil menghirup udara banyak-banyak. Sementara Callista? Masih melongo menatap Rudi dan menantikan jawaban dari pertanyaannya barusan. "Wanita itu memang sulit dimengerti, ya?" Desisnya sambil tersenyum masam. "Katanya
Read more

BAB 173

"Dokter punya istri, benar?"Pertanyaan itu begitu lirih. Terlontar nada yang menyiratkan sebuah kekecewaan. Sejenak Arga tertegun. Jantungnya seperti mau lepas. Dari mana Kezia tahu? Tapi bukankah Arga memang akan memberi tahu kondisinya yang sebenarnya? Menceritakan bahwa dia sudah pernah menikah. Itupun kalau Kezia memberi kode bahwa dia bisa didekati lebih jauh lagi. Tunggu! Kalau Kezia mempermasalahkan hal ini, nampak sangat tersakiti akan kenyataan yang Arga belum ceritakan perihal rumah tangga awut-awutannya bersama Indira, apakah artinya ini ... "Ya!" Jawab Arga tegas, ia berusaha mengendalikan diri dan menata hati. Benarkah yang ada dalam pikirannya ini? Nampak wajah Kezia terkejut luar biasa. Air matanya menitik, sorot nya terlihat begitu tersakiti. Ah remaja labil! Tapi bukankah ini yang Arga harapkan? Gadis ini punya perasaan lain terhadapnya? Jemari lentik itu menyeka air mata, memaksakan diri tersenyum. "Harusnya kan kemarin Dok--.""Saya menang sudah punya istri, K
Read more

BAB 174

"Serius mau ikut ke rumah? Nggak aku pesenin kamar aja?" Rudi menoleh, menyakinkan sekali lagi Callista perihal keinginannya ikut ke rumah Rudi. Callista mencebik, kacamata hitam besar itu masih bertengger di telinga, menutupi sebagian wajah. Nampak wajah itu kesal mendengar pertanyaan yang Rudi lontarkan."Malu ajak aku ke rumah?" Tanya Callista dengan bibir mengerucut. Rudi menghela napas panjang, kenapa malah jadi sampai sana pikiran Callista? Tangan Rudi terulur, meriah tangan Callista dan menggenggam erat tangan Callista. Sebuah tindakan yang membuat Callista tersentak kaget dan melirik Rudi yang masih begitu tenang di belakang kemudi. "Ibu agak cerewet loh. Siapa jawab pertanyaan demi pertanyaan yang nanti ibu lontarkan ke kamu?" Tentu itu yang perlu Rudi ingatkan, terlebih dia tinggal di desa. Pasti bukan hanya ibu dan dua adiknya saja yang penawaran dengan Callista, tetangga kanan-kiri juga! Terlebih usia Rudi dibilang cukup matang. Teman-teman sekolah Rudi dulu sudah meni
Read more

BAB 175

"I-ini?"Rudi tersenyum, ia meraih tangah Callista, menggenggam erat tangan itu dan membawanya mendekat ke arah Halimah. Wanita paruh baya itu nampak tertegun di tempat dia berdiri, membuat senyum Rudi makin menjadi. "Ibu minta calon mantu, kan?" Tanya Rudi ketika ia dan Callista sudah berdiri tepat di hadapan Halimah. Wajah itu masih nampak tertegun, kepalanya mengangguk perlahan. Membuat tawa Rudi pecah. Ia terkekeh lalu melepaskan genggaman tangan dan menepuk dua bahu Callista dengan tangan. "Ini Rudi bawakan apa yang Ibu minta. Kenalkan, Bu, ini Callista!" Rudi mendorong Callista sedikit lebih kedepan. Membuat Callista tersenyum, lantas mengulurkan tangannya guna menyalami Halimah. "Saya Callista, Bu. Senang bisa bertemu dan berkenalan dengan Ibu."Suara lembut itu lantas membuyarkan Halimah dari rasa terkejutnya. Ia tersenyum, menepuk bahu Callista dengan begitu lembut. Matanya nampak tidak lepas memperhatikan wajah Callista dengan saksama. "Cantik banget, kamu pakai pelet
Read more

BAB 176

"Ta, kamu kenapa?"Tentu Rudi lihat betul perubahan wajah itu. Orang bodoh pun bisa tahu perubahan wajah itu terjadi karena ada sesuatu. Dia bisa lihat sorot ketakutan dari mata Callista. Sebuah sorot yang selalu dia tampilkan selama beberapa saat tinggal bersama Rudi. "Bagaimana kalo ....""Mbak!"Suara itu memotong kalimat Callista, nampak Ajeng turun dari tangga, menyunggingkan senyum manis pada Callista yang tengah duduk bersisian dengan Rudi. Callista menoleh, menatap Ajeng sambil berusaha tersenyum membalas senyum manis gadis dengan lesung pipit itu. "Ya? Kenapa, Jeng?""Kamar Mbak sudah siap. Mbak istirahat dulu gih!" Ajaknya yang kini sudah berdiri di dekat sofa. Callista menoleh, menatap Rudi yang lantas mengangguk pelan. Hal yang kemudian membuat Callista bangkit dan mengekor langkah Ajeng menapaki anak tangga. Baru beberapa langkah Callista naik, ia nampak menoleh menatap Rudi yang masih diam di tempatnya duduk. Rudi yang sejak tadi tidak lepas pandangan pun tersenyum, m
Read more

BAB 177

Rudi tersenyum, mengangguk pelan sambil menatap wajah terkejut Callista yang termangu di depan pintu dengan plastik yang masih di tangan. "Iya buat kamu." Rudi tersenyum, menikmati wajah kebingungan Callista yang entah mengapa di mata Rudi jadi makin cantik dan menggemaskan. "Mas serius ngasih aku ini?"Rudi menghela napas panjang, "Ya serius dong! Kalo enggak, kenapa aku beliin kamu ini?" Rudi melipat dua tangannya di dada. Kenapa rasanya dia ingin menerkam gadis ini? "Tapikan katanya aku nggak bo--.""Kamu nggak boleh hubungin orang lain selain aku. Peraturannya jadi itu, Sayang!" Potong Rudi cepat. "Aku kesiksa banget kalo pas kerja nggak bisa hubungin kamu, Ta!" Jelas Rudi kemudian. Tawa Callista lantas pecah, ia terkekeh, menatap benda dalam plastik itu lalu kembali menatap Rudi yang diam di tempatnya berdirinya. "Kan Mas sering telpon aku! Selama Mas kerja hampir tiga sampai lima kali Mas nelpon aku!"Tentu Callista ingat dan hapal betul dengan kebiasaan Rudi. Beberapa kali
Read more

BAB 178

"Mbak, kok mau sih sama mas Rudi?"Malam itu, setelah pergi lapor ke rumah Pak RT dan mendapat izin menginap, Callista dan Ajeng serta si bungsu Reva duduk di depan teras. Setoples kacang telur, sebungkus besar kripik singkong pedas dan tidak lupa tiga gelas es teh menemani mereka bersantai dan mengawasi orang-orang dari EO yang tengah mendekorasi ruang tamu. "Kamu sendiri, kenapa mau sama calon suamimu?" Callista balik bertanya, sebuah pertanyaan yang membuat Ajeng tersedak kripik singkong dalam mulutnya.Sementara Reva? Dia terkikik dengan segelas es teh di pangkuan. "Ya karena cinta lah, Mbak. Kalo nggak cinta ngapain mau sampai dinikahi?" Jawab Ajeng setelah meneguk es teh miliknya. Callista tersebut, menjentikkan jari dan menatap dua gadis yang duduk di sebelahnya itu. "Nah sama! Jawaban aku juga itu!" Ujarnya dengan mulut penuh kacang telur. "Reva pikir dulu nggak bakalan ada cewek yang mau dan cinta sama mas Rudi, eh ternyata ada juga. Mana cantik banget lagi."Callista ter
Read more

BAB 179

Rudi duduk di balkon lantai atas seorang diri. Lampu sengaja tidak dia nyalakan. Asap rokok mengepul. Rudi jarang merokok, ia baru akan merokok ketika otaknya sudah terasa begitu lelah dan ketika dia tengah di dera permasalahan yang cukup pelik. Dan masalah yang kini dia hadapi, bukan hanya pelik, tetapi luar biasa pelik. Rudi menyesap rokoknya kuat-kuat, menghembuskan asapnya ke udara. Tentu berapa nominal hutang yang keluarga Callista miliki masih terbayang jelas di otak dan mata Rudi. Dan uang sebanyak itu? Mana Rudi punya?Bagaimana kalau ... "Mas?"Panggilan itu mengejutkan Rudi dengan begitu luar biasa. Suara lirih dan halus itu Rudi kenal betul milik siapa. Rudi menoleh mendapati Callista berdiri di dekat pintu dengan wajah setengah mengantuk. "Loh, kamu kebangun? Kamarnya kurang nyaman atau kenapa, Sayang?" Tanya Rudi yang lantas mematikan putung rokoknya. Dalam remang-remang, Rudi bisa melihat dengan jelas Callista melangkah mendekatinya, menjatuhkan diri tepat di sisi Ru
Read more

BAB 180

"Loh mau kemana?"Tentu Clara bertanya-tanya dengan pakaian santai yang dikenakan suaminya ini. Terlebih dia sudah mempersiapkan tas ransel miliknya. Sebuah tanda bahwa Morgan tidak akan berangkat kerja, tetapi akan pergi ke suatu tempat. Morgan menatap istrinya, senyumnya merekah dengan sempurna. "Sayang kamu masuk dan nggak bisa libur. Aku mau kasih kejutan ke Rudi, Sayang!" Jawabnya lalu menyisir rambut. Mata Clara membelalak. Apa tadi suaminya ini bilang? Dia mau memberi kejutan untuk Rudi? Astaga! Jangan bilang kalau .... "Kemarin kan aku sengaja bilang kalau aku nggak bisa ikut ke acara adiknya, padahal sih rencana aku mau mendadak ke sana tanpa bilang dulu ke dia. Sekalian mau ketemu ibu, udah lama juga nggak mampir ke rumah sana.""JANGAN!" sontak Clara berteriak, tentu dia ingat ketika Rudi berpamitan hendak pulang padanya. Rudi bilang akan membawa gadis itu turut serta bersamanya dan Morgan malah hendak akan menyusul ke sana? Petaka! Alis Morgan berkerut, ia mendesah la
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status