Home / Romansa / Pemulung Konglomerat 2 / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pemulung Konglomerat 2: Chapter 101 - Chapter 110

296 Chapters

101: Grove Street, Tuan …

“Eh, buset! De … de … delapan ratus milyar dollar, Ngel?” tanya Chelsea, dengan wajahnya tampak pucat.   “Yah, begitu lah, Chel … tidak mungkin, uang sebanyak ini di habiskan untuk modal nikah. Seandainya pun digunakan untuk itu … mungkin, Aku bisa menyewa satu kota ini bahkan lebih …,” jawab Angel dengan santai.   “Wah, nggak kebayang sih, betapa mewahnya pesta pernikahanmu nanti, Ngel …,” kata Chelsea, menggelengkan kepalanya.    “Masih bulan ini, uangku sudah sebanyak ini. Kalau menunggu dua tahun lagi?” tanya Angel pada Chelsea.   “Ckckck …, Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau semua uang itu, di jadikan tunai, Ngel …,” jawab Chelsea, masih menggelengkan kepalanya.   “Hahaha … wah, mau di letakkan dimana entar, uang sebanyak itu, Chel?” tanya Angel pada Chelse
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

102 : Sebentar lagi sampai, Joe ….

“Eh, itu Nyonya Karin, ya? Eh, iya, ‘kan?” tanya Angel pada dirinya sendiri, sambil melihat kearah dua orang yang ada di seberang jalan, di dekat sebuah taksi yang juga sedang berhenti disana.Angel langsung menaikkan kecepatan mobilnya, dan langsung menghampiri orang itu.   *Ciiittt!*   “Eh?!”Nyonya Karin dan Rachel, yang tadinya ingin masuk ke dalam taksi, Spontak menoleh kearah mobil yang baru saja tiba, tepat di belakang taksi itu.   “Hmm … maaf, Nona, saya ingin bertanya, apakah benar, ini rumah sakit?” tanya seorang Pria paruh baya, yang baru saja keluar dari mobil yang berhenti tepat di belakang taksi itu.   “Benar, Tuan, ini adalah rumah sakit,” jawab Nyonya Karin.   “Ah, terima kasih, Nona …,” kata Pria itu, sedikit membungkukkan badannya pada Nyonya Karin.Setelah itu, Pria paruh baya itu b
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

103: Menggantikan posisi?

*Ciiittt!*Angel tiba di sebuah tempat yang masih kosong. Terlihat, ada sebuah fondasi awal yang telah dibangun oleh para pekerja yang ada disana. Angel keluar dari mobil, lalu berjalan menuju para pekerja yang sedang bekerja.   “Hmm … permisi, Pak …,” kata Angel, menyapa salah seorang Pria paruh baya, yang tengah memantau para pekerja lainnya.   “Iya, Nona … ada apa, ya?” tanya Pria itu.   “Saya ingin menemui pemimpim anda, Pak … kira-kira, beliau ada dimana, ya?” tanya balik Angel.   “Ah, beliau ada di seberang sana, Nona … itu ada dua orang Pria yang sedang berbicara di dekat mobil itu. Nah, itu pemimpim saya, bersama dengan Tuan Joe, kalau anda mengenalnya,” jawab Pria itu, sambil menunjuk kearah seberang.    “Oh, baik … terima kasih ya, Pak.”Angel berjalan menuju dua orang Pria itu.
last updateLast Updated : 2021-11-10
Read more

104: Dasar pelit!

Sepulang dari Fresh Pond Reservation dan sempat mampir ke sebuah cafe, Camille, Sherly, Hanny dan Tuan Bonanza, sedang dalam perjalanan menuju kampus Camille dan teman-temannya, mengantarkan mereka pulang.   “Cam, kamu tahu tidak …,”   “Nggak tahu!” sentak Camille, memotong perkataan Sherly.   “Hmm … kamu masih marah padaku, ya …,” kata Sherly, tampak murung.Camille tidak menjawab perkataan Sherly. Dia memalingkan pandangannya kearah luar mobil, dan sedikitpun tak menoleh kearah Sherly. Sherly mencoba sedikit mendekati Camille yang tengah duduk disebelahnya,   “Iya, deh … Aku minta maaf …, eh, kamu tahu, mobil mewah yang ada disana saat itu? Angel ‘kan, tiba-tiba muncul, tuh … nah, ternyata, mobil itu bukanlah milik seorang Pria bernama Michael itu, Cam. Mobil itu, ternyata miliknya Angel, loh!” kata Sherly, penuh
last updateLast Updated : 2021-11-10
Read more

105: Oh, anda mengenalnya?

Jam tujuh malam, Joe sedang asik berbicara dengan Chelsea lewat aplikasi sosial media online, sambil tiduran di kamar rumahnya. Lalu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.   “Eh, Tuan Michael? Ada apa ya, dia menghubungiku malam-malam begini?” tanya Joe, sambil menatap layar ponselnya.Karena penasaran, Joe langsung menjawab panggilan dari Michael.   “Halo, Tuan,”   “Halo, Tuan Joe … maaf kalau saya menelfon anda malam-malam begini,”    “Ah, tidak masalah kok, Tuan … memangnya, ada keperluan apa, Tuan?”   “Hmm … saya ingin bertanya pada anda, dimanakah saya bisa mendapatkan pakaian bagus, seperti stelan Jas hitam, putih, sepatu, jam tangan, dan lain-lain. Saya sempat punya sih, tapi itu semua tertinggal di Apartemen lama saya, hahaha …,”   “Ah, jadi anda ingin berbelanja ya, Tuan?”
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more

106: Saya akan memilih …

“Ah, sekali lagi saya minta maaf, Tuan … sepertinya, itu sangat mustahil untuk dilakukan. Saya sudah cukup lama mengenal Mall dan pemiliknya, tetapi tidak ada seorangpun yang berhasil menjabat tangan si pemilik Mall, sebagai rekan bisnis dalam menjalankan Mall ini, Tuan. Ada sekitar puluhan bahkan ratusan orang kaya di kota ini, berlomba-lomba untuk menjadi investor di Mall ini. Namun, si pemilik Mall itu menegaskan kepada Manager Mall, untuk tidak menerima investor manapun. Tidak peduli siapa itu dan dari mana asalnya. Bahkan, jika anda ingin mengambil tempat untuk berjualan di Mall ini, anda harus memiliki kerabat atau minimal, memiliki kenalan yang dekat dengan si pemilik Mall itu. Baru lah anda bisa mendapatkannya, Tuan,” jawab Joe.   “Wah, sebegitu tertutupnya beliau, ya, Tuan … saya sudah bisa membayangkan, betapa tegasnya beliau, sampai seluruh investor ditolak mentah-mentah olehnya,” kata Michael, menggelengkan kepalanya.
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more

107: Wah, pilihan yang bagus ...

“Apa! Serius, kamu? Harga untuk jas seperti ini, hampir menyentuh satu juta dollar?” tanya Joe tercengan mendengar perkataan dari Pria itu.    “Hahaha … benar, Tuan … gila bukan?” tanya Pria itu, tertawa melihat ekspresi wajah Joe.    “Wah, bukan hanya gila, itu lebih dari gila, sih …,” jawab Joe, sambil menggelengkan kepalanya.    “Saya ambil!”Tanpa berpikir panjang, Michael langsung memutuskan untuk membeli jas itu. Seketika, Joe berdiri mematung sambil menoleh kearah Michael dengan mulutnya yang terbuka lebar. Saking terkejutnya, Joe sampai tidak bisa berkata-kata.   “Wah, pilihan yang bagus, Tuan … baik, saya akan mengemasnya sebentar ya, Tuan. Anda bisa menunggu disini, sambil menenangkan Tuan Joe, yang terlihat sangat histeris itu, hahaha …,” kata Pria itu, tertawa sambil menujuk kearah Joe.Michael meng
last updateLast Updated : 2021-11-12
Read more

108: Kontrak kerja samanya batal ...

“Ah, tidak perlu yang mahal, Tuan … saya tidak begitu tertarik dengan jam tangan. Saya membelinya, hanya untuk melengkapi setelan saya, ketika saya memakai jas saja. Sebenarnya, saya tidak begitu terbiasa memakai jam tangan, hahaha …,” potong Michael.   “Loh, jadi? Ah, atau anda ingin memilih jam-jam tangan yang ada di steling ini, Tuan?” tanya Joe, merasa bingung dengan Michael.    “Hmm ….”Michael melihat-lihat kearah steling jam itu, sambil mengelus-elus dagu nya. Dia melihat jam-jam tangan itu satu persatu, sambil sedikit membayangkan, ketika dirinya memakai setelan jas sambil memakai jam tangan. Lalu, setelah beberapa menit kemudian,   “Maaf, jam-jam tangannya, hanya ini?” tanya Michael pada penjual jam tangan itu.    “Ah, masih banyak lagi di belakang, Tuan. Coba anda sebutkan, jenis jam tangan apa yang anda inginkan, Tuan,”
last updateLast Updated : 2021-11-12
Read more

109: Apaan sih dia itu!

“Cam, besok kita masuk kuliah, ‘kan?” tanya Hanny, sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.    “Ya-iya lah, besok senin ‘kan, ya? Duh, mana aku belum menyelesaikan tugas, lagi! Si pembantu kampus itu sudah tidak menjadi seorang pembantu lagi. Kalau tidak ‘kan, hanya membayar lima dollar saja, aku bisa pergi shopping, jalan-jalan, eh tahu-tahu tugas sudah selesai. Hadeh … sekarang jadi ribet,” jawab Camille jengkel.    “Sudah, tenang saja, Cam … tugasnya gampang, kok. Nanti kita kerjain sama-sama,” kata Sherly.Camille menganggukkan kepalanya sambil menikmati makan malamnya. Lalu, tanpa sengaja Camille menoleh kearah pintu masuk restoran dan seketika pandangannya terhenti.   “Eh-eh, lihat tuh … itu pacar kamu bukan?” Camille menepuk pelan bahu Sherly, lalu menunjuk kearah pintu masuk.    “Hah? Pacar apaan ….”
last updateLast Updated : 2021-11-13
Read more

110: Maaf ya, saya buru-buru ...

“Ah, persetan dengannya! Peduli apa memangnya? Mau dia miskin, mau kaya, bodo’ amat!” potong Sherly.   “Eh, kalau ternyata dia kaya, bagaimana?” tanya Camille.    “Hmm … ah, nggak mungkin! Kamu tidak melihat dari cara berpakaiannya tadi? Coba kamu bandingkan dengan Joe … beda jauh ….” Sherly membantah pertanyaan Camille.    “Eh, tapi ….”   “Sudah lah, Cam … untuk apa kamu memikirkan dia. Lebih baik, kita bergegas kembali ke asrama dan langsung mengerjakan tugas kuliah kita. Tidak ada gunanya kamu memikirkan dia. Sudah lah, ayo pulang.” Sherly berjalan meninggalkan Camille dan Hanny.     “Eh, tungguin, Sher …,” teriak Camille.Camille langsung mengejar Sherly, diikuti oleh Hanny dari belakang yang masih terlihat bingung dengan pembahasan kedua temannya itu. Lalu, mereka berti
last updateLast Updated : 2021-11-13
Read more
PREV
1
...
910111213
...
30
DMCA.com Protection Status