Gelap masih bersarang di mata Rania. Ini kali kedua gadis itu harus takluk pada obat bius yang merenggut kesadaran. Kepalanya kian bertambah pening. Ia juga tak leluasa bergerak karena raganya terikat di kursi. Angin merangkak melalui celah jendela, menebar dingin di sekujur tubuh. Rania sadar sepenuhnya.“Hai,” sapa seseorang.“Kurang ajar!” bentak Rania, berontak dari kursinya. Ikatan tali di tubuhnya benar-benar kuat. Ia tahu suara menyebalkan itu milik siapa. “Lepasin gue, Salmon!”Ramon membuka kain yang menutupi mata Rania, lalu memberi senyuman.“Di mana gue?” Rania memindai sekeliling. Banyak tumpukan drum, kotak bekas, juga di setiap sudut ruangan. Bangunan ini selayaknya gudang. “Jangan macam-macam sama gue, Salmon!”“Aku punya hadiah menarik buat kamu.” Ramon mengitari Rania dengan senyuman lebar.Demi sempak kuda, Rania sama sekali tak semringah apalagi
Huling Na-update : 2021-09-26 Magbasa pa