Rumi yang baru tiba di rumah tiba-tiba disambut oleh orang tuanya di ruang keluarga. Ia terpaksa duduk meski raganya ingin sekali beristirahat. Tak banyak hal yang ia lakukan seharian ini. Hanya saja, melihat Raihan yang seolah menganggapnya tak ada, ia benar-benar merasa tertekan.“Besok, kita akan mengunjungi rumah Nak Raihan, Rum,” ujar sang ayah, Rizal.“Kamu siap-siap ya, Rum,” sahut Rahma.Rumi seketika menunduk dalam, menutupi pipi yang bersemu. Jemarinya saling mengait di atas rok. Meski sudah dibendung, senyum akhirnya terbit dari bibir. Akan tetapi, ketika mengingat Rania, hatinya kembali terkoyak.“Bapak akan utarakan niat baik kita menikahkan kalian pada bapak Nak Raihan besok,” lanjut Rizal.“Apa ... tak terlalu cepat, Pak?” Rumi bertanya. Perasaannya begitu campur aduk saat ini. Senang, malu, takut menjadi satu. “Kita baru saja lulus SMA.”“Niat baik harus disege
Read more