Semua Bab Ksatria Pengembara Season 1: Bab 191 - Bab 200

1822 Bab

9. Bagian 21

“Lancang sekali kau berani menghina gusti prabu Iblis Kapak Merah, rupanya aku memang harus sedikit memberikan pelajaran padamu agar kau tahu betapa tingginya gunung dan luasnya lautan yang ada dihadapanmu”. ucap Patih Suryo lagi. “Akulah gunung yang tertinggi didunia ini patih, dan akulah lautan terluas dan terdalam dimuka bumi ini.”. ucap Iblis Kapak Merah lagi. “Kita lihat saja Iblis Kapak Merah.”. ucap Patih Suryo lagi terlihat mencabut keris yang sejak tadi tersampir dipinggangnya. Sebelum mencabut dari warangkanya terlihat sebelumnya Patih Suryo mencium terlebih dahulu warangka keris yang ada ditangannya dan baru mencabutnya. “Cringgg......weeerrrr”. seiring dengan tercabutnya keris itu dari warangkanya, berpedarlah cahaya merah dari senjata pusaka keris yang ada ditangan Patih Suryo, rupanya Patih Suryo benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Dan sepertinya Iblis Kapak Merah menyadari kalau lawan yang dihadapinya kali ini memang bukan law
Baca selengkapnya

9. Bagian 22

“Serrrr.....trangggg!!”. satu bayangan berkelebat dihadapan Patih Suryo dan Arya dan terdengar satu benturan keras yang menghalangi lontaran keris pusaka itu dan keris itu terpental dan menancap tak jauh dari tempat Iblis Kapak Merah berdiri, dan kini semuanya dapat melihat sosok seorang pemuda yang ditangannya tergenggam sepasang pedang yang tadi digunakan untuk menangkis lemparan Iblis Kapak Merah. “Aku lawanmu sekarang Iblis Kapak Merah”. ucap pemuda yang tak lain adalah Yudho itu. “Hem......cecunguk sepertimu mana pantas melawanku...” “Kita lihat saja Iblis Kapak Merah, apakah mulut besarmu masih bisa bersuara, jika kedua pedangku ini bisa menyumbatnya”. “Bicaramu tajam juga bocah, ayo kita lihat apakah senjatamu bisa menandingi kehebatan senjataku ini..”. ucap Iblis Kapak Merah lagi seraya mengangkat kapak raksasanya. Ditempatnya terlihat Yudho memutar kedua pedang ditangannya, terlihat pedang itu berubah menjadi puluhan banyaknya, dan ;
Baca selengkapnya

9. Bagian 23

“Suri”. terdengar nama itu disebut oleh Arya saat mengenali sosok yang baru saja menyelamatkan sosok gadis bertopeng perak tersebut. Tapi yang dipanggil justru terlihat langsung memeriksa keadaan gadis bertopeng perak yang sudah terlihat tak sadarkan diri, wajah wanita cantik itu langsung berubah lega saat mengetahui gadis bertopeng perak itu masih bernafas dan dia terlihat berpaling kearah Arya seraya menganggukkan kepalanya untuk memberikan tanda kalau gadis bertopeng perak itu masih hidup. “Serrrr..”. dan kembali sesosok bayangan melesat dihadapan Iblis Kapak Merah, dan rupanya dia adalah Bayu Pratama, Pendekar dari Bukit Rajawali. “Serrrr..”. Arya ikut melesat disebelah Bayu. “Bagus, apakah masih ada yang lain, biar semuanya cepat selesai”. justru Iblis Kapak Merah menyambutnya dengan tawa keras melihat kedua anak muda yang kini berdiri dihadapannya. “Jangan sombong kau Iblis Kapak Merah, rasakan seranganku ini.....hyattt....bett...bettt”.
Baca selengkapnya

10. Gairah Masalalu Sang Pendekar

Markas besar Gerombolan Kapak Merah benar-benar menjadi tempat banjir darah dimana terlihat puluhan bahkan ratusan mayat bergelimpangan disana sini, sebagian besar mayat-mayat itu adalah para laki-laki yang mengenakan pakaian serba merah. Sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Kapak Merah & Iblis Kapak Merah), kabar tentang akan dieksekusinya seluruh para tawanan oleh Gerombolan Kapak Merah membuat Bintang tak memiliki pilihan lain kecuali menyerang langsung walaupun sulit bagi Bintang rasanya untuk bisa lolos kali ini dari kematian, tapi Bintang juga tak mungkin membiarkan nasib ke-4 sahabat barunya tewas ditiang gantungan. Penyerangan Bintang yang dengan gagah berani seorang diri menghadapi ratusan orang pengikut Gerombolan Kapak Merah bukan saja telah membuat banyak dari pengikut Gerombolan Kapak Merah yang tewas, tapi kemunculan rombongan Patih Suryo Barata bersama para senopati perangnya telah membantu perjuangan Bintang dalam menghadapi serangan
Baca selengkapnya

10. Bagian 2

Matahari sudah hampir berada diufuk barat, mega-mega merah sudah terlihat menghiasi ufuk barat, sepertinya tak lama lagi mataharipun akan segera beranjak dari tugas kesehariannya, sang rembulan akan segera menggantikannya. Sementara itu di markas besar Gerombolan Kapak Merah sendiri. “Apakah keputusanmu sudah bulat untuk pergi saat ini juga Bintang, apakah tidak sebaiknya kau menunggu gusti prabu dulu”. “Sampaikan saja salam hormat saya kepada gusti prabu paman, suatu hari nanti pasti saya akan berkunjung ke Kerajaan Setyo Kencana”. “Tapi gusti prabu pasti ingin memberikan penghargaan atas apa yang telah kau lakukan hari ini Bintang”. ucap Patih Suryo lagi. Bintang hanya tersenyum mendengarnya. “Bukan saya yang pantas menerimanya paman, tapi mereka”. ucap Bintang lagi seraya menunjuk belasan orang pendekar yang ada disekitar tempat itu. Patih Suryo hanya mampu tersenyum karena tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menghalangi keinginan
Baca selengkapnya

10. Bagian 3

“Apa yang dikatakan Yudho memang benar Sawungpati, jika kau tidak keberatan, aku juga ingin mengangkat saudara denganmu”. sambung Arya lagi. “Ta... tapi aku tidak pantas, aku tidak pantas bersaudara dengan orang-orang seperti kalian” “Apa yang kau katakan Sawung, tidak ada yang tidak pantas pada dirimu, bukankah dihadapan yang maha kuasa kita semua manusia ini sama.”. ucap Bayu lagi. Sawungpati terlihat semakin bingung, sesaat ditatapnya Bintang yang ada disebelahnya. “Apa yang dikatakan mereka memang benar Sawung, mungkin ada baiknya kita semua saling mengangkat saudara, agar tidak ada lagi yang namanya hutang nyawa, hutang budi atau yang semacamnya”. ucap Bintang lagi. “Kalau begitu baiklah, tapi aku harap kita melakukannya dengan caraku, dikalangan begal, bila ingin mengangkat saudara harus menggunakan darah”. ucap Sawungpati lagi seraya mengambil salah satu pisau terbangnya dan tanpa ragu Sawungpati menggunakan pisaunya untuk menggores telapak tan
Baca selengkapnya

10. Bagian 4

Terasa tidak ada gunanya lagi berada ditempat itu, Bintang akhirnya memutuskan untuk segera mencari ditempat lain mengingat bahaya yang akan selalu mengintainya. Tapi baru saja beberapa helaan nafas Bintang berkelebat ingin meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja langkah Bintang kembali berhenti dan tiba-tiba saja tubuh Bintang berbalik. “Tak perlu bersembunyi lagi nisanak, keluarlah!!”. ucap Bintang tiba-tiba, sungguh mengherankan sekali, entah pada siapa ucapan itu ditujukannya. Tapi tak seberapa lama kemudian, sosok tubuh terlihat keluar dari balik sebuah pohon. “Nisanak”. ucap Bintang dengan wajah gembira saat melihat kemunculan sang gadis, karena gadis itulah yang memang saat ini tengah dicarinya. Sosok seorang gadis yang tampak mengenakan topeng perak untuk menutupi wajahnya, tapi bibirnya yang merah meranum terlihat jelas bagi siapa saja yang ada dihadapannya dan hal inilah yang saat ini membuat wajah Bintang gembira.   ***
Baca selengkapnya

10. Bagian 5

“Apakah kota raja ini memang seperti ini setiap harinya Sekar ?” “Setahuku tidak kakang, dulu saat aku melewati kota raja ini, keadaannya biasa-biasa saja” “Hem.... kalau begitu pasti akan ada suatu perayaan di kota raja ini”. ucap Bintang lagi, dan ; “Ayo Sekar, kita cari rumah makan, perut kakang sudah keroncongan nih”. ucap Bintang lagi seraya melangkah lebih dulu, Sekar hanya mengikutinya dengan tersenyum kecil. Tak lama kemudian langkah keduanya tiba didepan sebuah warung makan yang tampak sudah cukup ramai pengunjungnya, dan kedatangan Bintang dan Sekarwangi tentu saja langsung disambut dengan ramah oleh sang pemilik warung. “Silahkan, silahkan masuk den”. ucap aki tua itu dengan ramahnya, ternyata didalam warung makan tersebut bukan hanya pengunjung biasa saja, ada beberapa orang juga dari kalangan pendekar yang tengah berada ditempat itu, tapi masuknya Bintang dan Sekarwangi kedalamnya membuat perhatian untuk sesaat tertuju kearah keduanya, ap
Baca selengkapnya

10. Bagian 6

Sementara itu gadis jelita yang tampil begitu anggun dan cantik terus melemparkan senyum dan lambaian tangannya kearah para penduduk yang menatap kagum kepadanya hingga akhirnya tatapannyapun tertuju pada sosok Bintang yang berada diantara deretan para penduduk. “K....kkk...kang Bintanggg”. ucap suara itu perlahan keluar dengan tercekat dari balik bibir mungilnya, bersamaan dengan itu lambaian ditanganyapun ikut berhenti, bahkan tatapan matanyapun tidak pernah lepas dari sosok Bintang yang masih berdiri dan juga menatap kearahnya, wajah gadis jelita itu ikut berpaling saat kereta itu semakin jauh meninggalkan barisan. Perubahan yang terjadi pada gadis yang merupakan calon mempelai pangeran Galuhbaya itupun ternyata tak lepas dari pandangan Sekarwangi dan Sekarwangi semakin yakin kalau antara Bintang dan gadis itu pasti pernah saling mengenal. Akhirnya barisan itupun bubar dengan berbagai cerita, sebagian diantara mereka tentu saja menceritakan tentang kecantikan dan
Baca selengkapnya

10. Bagian 7

“Kenapa aku gelisah seperti ini, sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan kang Bintang itu ?”. batin Sekarwangi lagi seraya kembali menjatuhkan dirinya dikasur empuk itu, tapi sesaat kemudian dia kembali bangkit dengan wajah gelisah. Sesaat entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Sekarwangi terbayang satu wajah gadis seusia dirinya, dan ; “Jangan…jangan….”. ucap Sekarwangi lagi terhenti seraya bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, diluar kegelapan malam sudah terlihat menghampar disejauh mata memandang, dibawah, terlihat warung ki Sawun sudah cukup ramai oleh pengunjung, tapi ki Sawun masih terlihat sibuk untuk menghitung pendapatannya hari ini. Kemunculan Sekarwangi cukup membuat ki Sawun terkejut dan dia langsung membereskan uang-uang yang tadi dihitungnya. “Eh, ada nini….”. ucap ki Sawun cepat. “Maaf kalau saya menganggu ki Sawun”. “Ah, tidak apa-apa nini, apakah ada yang bisa saya bantu ?” “Begini ki, apakah aki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
183
DMCA.com Protection Status