Semua Bab Ksatria Pengembara Season 1: Bab 171 - Bab 180
1822 Bab
9. Iblis Kapak Merah
Delapan penunggang kuda terlihat memacu kuda mereka dengan cepat melintasi tepian sebuah hutan, ke-8 sosok penunggang kuda tersebut tampak mengenakan pakaian yang serba hitam yang menutupi hampir sekujur tubuh mereka, hanya kedua mata mereka saja yang terlihat. Kalau melihat dari cara merek yang memacu kudanya dengan cepat bagaikan kesetanan, tentu dapat diduga kalau mereka tengah tergesa-gesa. Entah kemana tujuan ke-8 sosok penunggang kuda tersebut, seakan mereka berpacu dengan waktu dimana matahari sudah mulai bersinar terik dipuncaknya. “Hieekkk.”. tiba-tiba saja sosok penunggang kuda yang berada paling depan menghentikan lari kudanya dengan tiba-tiba hingga kontan membuat kuda tunggangannya terkejut dan langsung mengangkat kedua kakinya, kalau saja sang penunggang kuda tidak dengan cepat mengendalikan tubuhnya, tentu tubuhnya sudah terlempar. Dengan berhentinya sipenunggang kuda yang didepan, ke-7 sosok penunggang kuda lainnyapun ikut menghentikan langkah kuda mereka.
Baca selengkapnya
9. Bagian 2
“Siapa pemuda ini sebenarnya ?  kenapa dia muncul tanpa sedikitpun aku mendengar suara gerakannya, atau jangan-jangan dia juga yang telah menotok ke-7 anak buahku, tapi kalau memang benar, tidak mungkin aku tidak mendengarnya”. batin Ketua Warok Hitam lagi seraya menatap sekujur tubuh pemuda yang terlihat berdiri dengan tenang dihadapannya.   “Pasti kau yang telah menyelamatkan raja keparat itu malam kemarin anak muda”. ucap Ketua Warok Hitam lagi mencoba menyimpulkan. “Benar...” “Kau mungkin hebat anak muda, tapi aku Warok Hitam tidak akan pernah gentar pada siapapun”. ucap ketua Warok Hitam dengan lantangnya. “Ha ha ha...!!!”. tiba-tiba saja Gusti Prabu Jagat Kencana tertawa, hal ini tentu saja membuat Ketua Warok Hitam ini terkejut. “Apakah ada yang salah dengan ucapanku”. batin Warok Hitam lagi. “Kau terlalu sesumbar Warok Hitam, kalau saja kau tahu siapa pemuda yang ada dihadapanmu itu, aku jamin kau pasti sudah lari tun
Baca selengkapnya
9. Bagian 3
“Duarr.....duarrrr....duarrrr.” kejap berikutnya serangan-serangan cambuk hitam yang dilancarkan oleh Warok Hitam benar-benar semakin gencar kearah Bintang hingga membuat tempat itu kini benar-benar menjadi sangat berantakan, lobang-lobang besar akibat terhantam cambuk tersebut terlihat jelas disana sini, sepertinya Warok Hitam benar-benar ingin segera menuntaskan pertarungannya. Sementara itu ditempatnya Gusti Prabu Jagat Kencana sendiri terlihat cemas melihat pertarungan yang terjadi hebat dihadapannya, terlihat jelas kalau sosok Warok Hitam tengah berada diatas angin dalam melancarkan serangan-serangan, sementara Bintang tidak sedikitpun diberikan kesempatan untuk balas menyerangnya. Tapi dugaan Gusti Prabu Jagat Kencana sangat jauh meleset, kalau saja kedua matanya lebih jeli melihat bagaimana serangan yang dilancarkan oleh Warok Hitam tidak satupun yang bisa menyentuh tubuh Bintang. Jurus Kijang Kelana yang saat itu dipergunakan Bintang benar-benar membuat Warok
Baca selengkapnya
9. Bagian 4
“Weeesshhh......weeesshhhh.”. dan beberapa saat saja, dua buah gumpalan kabut tipis yang berwarna putih salju terlihat dikedua telapak tangan Bintang, gumpalan putih yang menyerupai embun itu terlihat semakin menggumpal penuh dikedua telapak tangan Bintang dan hawa ditempat itu yang semula terus begitu panas menyengat mulai berubah menjadi sejuk. Walau terkejut dengan hal itu, tapi Warok Hitam tetap memutuskan niatnya untuk menggunakan aji Kala Geninya walau dia sadar nyawanya sendiri akan jadi taruhannya. “Kala Geni heaaa.......wuussshhhh.”. sosok Warok Hitam melesat kedepan dengan aji Kala Geni ditangannya, melesat kearah Bintang dengan cepatnya. Ditempatnya Bintang hanya dapat menarik napas panjang melihat hal itu, sepertinya tidak ada jalan lagi bagi Bintang kecuali harus menyambut serangan Warok Hitam itu dengan Hawa Inti Saljunya, maka ; “Hiyaaaa......wussshhhhh...”. segelombang hawa dingin melesat keluar dari dorongan tangan Bintang dan menciptakan seg
Baca selengkapnya
9. Bagian 5
“Sebaiknya kita bersembunyi dulu gusti”. ucap Bintang lagi menyadarkan Gusti Prabu Jagat Kencana. Dan Gusti Prabu Jagat Kencana hanya menganggukkan kepalanya seraya ikut bersembunyi. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Gusti Prabu Jagat Kencana dapat juga mendengar derap pacu langkah kuda dikejauhan dan benar saja, dari sudut pandangannya, dia dapat melihat 4 sosok yang tengah mengendarai 4 ekor kuda. Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat mengalihkan pandangannya kearah Bintang yang ada disebelahnya, dari tatapannya jelas Gusti Prabu Jagat Kencana sangat mengagumi sosok Bintang. “Usianya masih begitu muda, tapi pendengarannya begitu sangat luar biasa sekali, benar-benar seorang Ksatria Pengembara”. batin Gusti Prabu Jagat Kencana lagi. “Gusti, sepertinya mereka juga orang-orang Gerombolan Kapak Merah”. ucap Bintang lagi tanpa berpaling tapi sudah cukup menyadarkan sosok Gusti Prabu Jagat Kencana yang sejak tadi mengagumi sosok Bintang, Gusti Prabu Jagat Kenc
Baca selengkapnya
9. Bagian 6
“Hentikan!! dia adalah penolongku”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan semua yang ada ditempat itu, Bintang sudah kembali berjalan mendekati rombongan itu segera menjura hormat pada sosok-sosok dihadapannya, sementara itu ke-4 sosok yang berada bersama Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat memperhatikan sosok Bintang dengan seksama. “Ini Patih Suryo yang kuceritakan kemarin padamu”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi memperkenalkan sosok lelaki paroh baya yang ada didekatnya. “Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan paman Patih.”. ucap Bintang segera balas menjura hormat, Patih Suryo segera membalasnya. “Dan yang ini Tumenggung Ranggalawu”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Ranggalawu. “Dan yang ini adalah Tumenggung Sahdewa”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Sahdewa. “Dan yang terakhir adalah”. Gusti Prabu Jagat Kencana menghentikan ucapannya, keningnya sedi
Baca selengkapnya
9. Bagian 7
“Masih belum tidur juga Bintang. ?”. “Yah, aku memang sudah terbiasa begini paman”. Sesaat keduanya terdiam, tidak ada yang membuka suara diantara mereka, Patih Suryo sendiri ikut menatapi keadaan disekelilingnya. “Lalu apa tindakan gusti prabu selanjutnya paman. ?”. ucap Bintang lagi membuka pembicaraan diantara mereka. “Gusti prabu memerintahkan padaku untuk mengirim Tumenggung Ranggalawu untuk kembali terlebih dahulu ke Kerajaan Setyo Kencana, gusti prabu memerintahkan untuk mengerahkan 3.000 orang prajurit.”. “Sepertinya perang ini benar-benar tidak bisa dicegah paman” “Yah, seperti itulah”. “Tapi ada satu hal yang sangat aku khawatirkan paman?”. ucap Bintang lagi tiba-tiba hingga membuat Patih Suryo mengalihkan pandangannya. “Aku khawatir masih ada mata-mata yang menyusupi istana paman”. “Yah, aku juga memang sangat mengkhawatirkan hal itu Bintang, hanya saja sulit untuk menyelidiki hal itu, kita tidak bisa
Baca selengkapnya
9. Bagian 8
“Wah, nasi yang kau bawa ini enak sekali Pasadena”. ucap Bintang lagi setelah menyelesaikan makanannya, kening Pasadena semakin berkerut saat melihat Bintang yang kini berdiri bahkan dengan tenangnya berjalan kearahnya. “Aku tidak tahu, apakah aku yang lupa memberitahukan padamu Pasadena, atau selama ini kau yang terlalu bodoh tidak pernah mendengar tentangku dari teman-temanmu selama ini kalau aku Ksatria Pengembara tidak akan bisa dilumpuhkan hanya dengan racun picisan seperti itu..”. ucap Bintang lagi tersenyum sinis. Dan kini sadarlah Pasadena akan keterjepitan dirinya, karena didepannya kini berdiri sosok Bintang yang jelas tidak mungkin untuk dilewatinya, sedangkan disebelah kanannya berdiri sosok Patih Suryo yang juga rasanya tidak mungkin untuk dilewatinya, dan disebelah kanannya juga telah menghadang sosok Tumenggung Sahdewa yang terlihat telah mencabut keris ditangannya, dan yang terakhir yang ada dibelakangnya adalah sosok Gusti Prabu Jagat Kencana.
Baca selengkapnya
9. Bagian 9
“Ayo”. Gusti Prabu Jagat Kencana kembali memacu kudanya kedepan, disusul pula oleh yang lain, terkecuali sosok Bintang yang masih berada ditempatnya tanpa memacu kudanya, hal ini tentu saja membuat Gusti Prabu Jagat Kencana dan yang lainnya ikut menghentikan langkah kuda mereka seraya berbalik. “Ada apa Bintang ?”. “Maafkan saya gusti prabu, saya tidak bisa ikut gusti prabu, saya harus segera kembali kesana”. ucap Bintang lagi dan ini membuat Gusti Prabu Jagat Kencana dan yang lainnya saling pandang satu sama lain. “Bukankah lebih baik kita bersama-sama saja Bintang ?”. ucap Patih Suryo lagi. “Maafkan saya paman patih, tapi saya khawatir Iblis Kapak Merah saat ini pasti sudah mengetahui tentang bebasnya gusti prabu dari tangan Warok Hitam dan.” “Tidak apa-apa Bintang, biarkan dia menyusun kekuatan, aku yakin, kita pasti bisa mengalahkan mereka dalam peperangan nanti.”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana bersemangat memotong ucapan Bintang.
Baca selengkapnya
9. Bagian 10
Begitu tiba dibawah pohon tempat persembunyian sosok tersembunyi itu, lelaki yang tampak sebuah kapak merah tersampir dipinggangnya itu terlihat langsung membuka celananya dengan tergesa-gesa, rupanya dia sudah kebelat ingin buang air kecil, hal inilah yang membuat sosok bersembunyi itu dapat menarik napas lega karena ternyata keberadaannya diatas pohon belum diketahui oleh orang Gerombolan Kapak Merah tersebut. Cukup lama lelaki berpakaian serba merah itu melepaskan uneg-unegnya, hingga akhirnya selesai juga dan dia terlihat berniat untuk kembali menaikkan celananya yang tadi dipelorotkannya, tapi ; “Jangan terburu-buru kisanak, kecuali kalau kau sudah tidak sayang lagi dengan nyawamu.”. betapa terperanjatnya sosok lelaki yang baru saja ingin kembali menaikkan celananya tersebut, tapi sebilah pedang yang kini menempel dilehernya telah membuat kedua tangannya terhenti, kilauan cahaya rembulan yang memantul dari ujung pedang yang kini menempel dilehernya membuat orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
183
DMCA.com Protection Status