Markas besar Gerombolan Kapak Merah benar-benar menjadi tempat banjir darah dimana terlihat puluhan bahkan ratusan mayat bergelimpangan disana sini, sebagian besar mayat-mayat itu adalah para laki-laki yang mengenakan pakaian serba merah. Sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Kapak Merah & Iblis Kapak Merah), kabar tentang akan dieksekusinya seluruh para tawanan oleh Gerombolan Kapak Merah membuat Bintang tak memiliki pilihan lain kecuali menyerang langsung walaupun sulit bagi Bintang rasanya untuk bisa lolos kali ini dari kematian, tapi Bintang juga tak mungkin membiarkan nasib ke-4 sahabat barunya tewas ditiang gantungan.
Penyerangan Bintang yang dengan gagah berani seorang diri menghadapi ratusan orang pengikut Gerombolan Kapak Merah bukan saja telah membuat banyak dari pengikut Gerombolan Kapak Merah yang tewas, tapi kemunculan rombongan Patih Suryo Barata bersama para senopati perangnya telah membantu perjuangan Bintang dalam menghadapi serangan
Warning...!!! Konten untuk 21+++ Bijaklah dalam membaca !
Matahari sudah hampir berada diufuk barat, mega-mega merah sudah terlihat menghiasi ufuk barat, sepertinya tak lama lagi mataharipun akan segera beranjak dari tugas kesehariannya, sang rembulan akan segera menggantikannya. Sementara itu di markas besar Gerombolan Kapak Merah sendiri. “Apakah keputusanmu sudah bulat untuk pergi saat ini juga Bintang, apakah tidak sebaiknya kau menunggu gusti prabu dulu”. “Sampaikan saja salam hormat saya kepada gusti prabu paman, suatu hari nanti pasti saya akan berkunjung ke Kerajaan Setyo Kencana”. “Tapi gusti prabu pasti ingin memberikan penghargaan atas apa yang telah kau lakukan hari ini Bintang”. ucap Patih Suryo lagi. Bintang hanya tersenyum mendengarnya. “Bukan saya yang pantas menerimanya paman, tapi mereka”. ucap Bintang lagi seraya menunjuk belasan orang pendekar yang ada disekitar tempat itu. Patih Suryo hanya mampu tersenyum karena tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menghalangi keinginan
“Apa yang dikatakan Yudho memang benar Sawungpati, jika kau tidak keberatan, aku juga ingin mengangkat saudara denganmu”. sambung Arya lagi. “Ta... tapi aku tidak pantas, aku tidak pantas bersaudara dengan orang-orang seperti kalian” “Apa yang kau katakan Sawung, tidak ada yang tidak pantas pada dirimu, bukankah dihadapan yang maha kuasa kita semua manusia ini sama.”. ucap Bayu lagi. Sawungpati terlihat semakin bingung, sesaat ditatapnya Bintang yang ada disebelahnya. “Apa yang dikatakan mereka memang benar Sawung, mungkin ada baiknya kita semua saling mengangkat saudara, agar tidak ada lagi yang namanya hutang nyawa, hutang budi atau yang semacamnya”. ucap Bintang lagi. “Kalau begitu baiklah, tapi aku harap kita melakukannya dengan caraku, dikalangan begal, bila ingin mengangkat saudara harus menggunakan darah”. ucap Sawungpati lagi seraya mengambil salah satu pisau terbangnya dan tanpa ragu Sawungpati menggunakan pisaunya untuk menggores telapak tan
Terasa tidak ada gunanya lagi berada ditempat itu, Bintang akhirnya memutuskan untuk segera mencari ditempat lain mengingat bahaya yang akan selalu mengintainya. Tapi baru saja beberapa helaan nafas Bintang berkelebat ingin meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja langkah Bintang kembali berhenti dan tiba-tiba saja tubuh Bintang berbalik. “Tak perlu bersembunyi lagi nisanak, keluarlah!!”. ucap Bintang tiba-tiba, sungguh mengherankan sekali, entah pada siapa ucapan itu ditujukannya. Tapi tak seberapa lama kemudian, sosok tubuh terlihat keluar dari balik sebuah pohon. “Nisanak”. ucap Bintang dengan wajah gembira saat melihat kemunculan sang gadis, karena gadis itulah yang memang saat ini tengah dicarinya. Sosok seorang gadis yang tampak mengenakan topeng perak untuk menutupi wajahnya, tapi bibirnya yang merah meranum terlihat jelas bagi siapa saja yang ada dihadapannya dan hal inilah yang saat ini membuat wajah Bintang gembira. ***
“Apakah kota raja ini memang seperti ini setiap harinya Sekar ?” “Setahuku tidak kakang, dulu saat aku melewati kota raja ini, keadaannya biasa-biasa saja” “Hem.... kalau begitu pasti akan ada suatu perayaan di kota raja ini”. ucap Bintang lagi, dan ; “Ayo Sekar, kita cari rumah makan, perut kakang sudah keroncongan nih”. ucap Bintang lagi seraya melangkah lebih dulu, Sekar hanya mengikutinya dengan tersenyum kecil. Tak lama kemudian langkah keduanya tiba didepan sebuah warung makan yang tampak sudah cukup ramai pengunjungnya, dan kedatangan Bintang dan Sekarwangi tentu saja langsung disambut dengan ramah oleh sang pemilik warung. “Silahkan, silahkan masuk den”. ucap aki tua itu dengan ramahnya, ternyata didalam warung makan tersebut bukan hanya pengunjung biasa saja, ada beberapa orang juga dari kalangan pendekar yang tengah berada ditempat itu, tapi masuknya Bintang dan Sekarwangi kedalamnya membuat perhatian untuk sesaat tertuju kearah keduanya, ap
Sementara itu gadis jelita yang tampil begitu anggun dan cantik terus melemparkan senyum dan lambaian tangannya kearah para penduduk yang menatap kagum kepadanya hingga akhirnya tatapannyapun tertuju pada sosok Bintang yang berada diantara deretan para penduduk. “K....kkk...kang Bintanggg”. ucap suara itu perlahan keluar dengan tercekat dari balik bibir mungilnya, bersamaan dengan itu lambaian ditanganyapun ikut berhenti, bahkan tatapan matanyapun tidak pernah lepas dari sosok Bintang yang masih berdiri dan juga menatap kearahnya, wajah gadis jelita itu ikut berpaling saat kereta itu semakin jauh meninggalkan barisan. Perubahan yang terjadi pada gadis yang merupakan calon mempelai pangeran Galuhbaya itupun ternyata tak lepas dari pandangan Sekarwangi dan Sekarwangi semakin yakin kalau antara Bintang dan gadis itu pasti pernah saling mengenal. Akhirnya barisan itupun bubar dengan berbagai cerita, sebagian diantara mereka tentu saja menceritakan tentang kecantikan dan
“Kenapa aku gelisah seperti ini, sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan kang Bintang itu ?”. batin Sekarwangi lagi seraya kembali menjatuhkan dirinya dikasur empuk itu, tapi sesaat kemudian dia kembali bangkit dengan wajah gelisah. Sesaat entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Sekarwangi terbayang satu wajah gadis seusia dirinya, dan ; “Jangan…jangan….”. ucap Sekarwangi lagi terhenti seraya bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, diluar kegelapan malam sudah terlihat menghampar disejauh mata memandang, dibawah, terlihat warung ki Sawun sudah cukup ramai oleh pengunjung, tapi ki Sawun masih terlihat sibuk untuk menghitung pendapatannya hari ini. Kemunculan Sekarwangi cukup membuat ki Sawun terkejut dan dia langsung membereskan uang-uang yang tadi dihitungnya. “Eh, ada nini….”. ucap ki Sawun cepat. “Maaf kalau saya menganggu ki Sawun”. “Ah, tidak apa-apa nini, apakah ada yang bisa saya bantu ?” “Begini ki, apakah aki
“Aa...apakah ini benar-benar kau kang Bintang”. ucap gadis jelita yang memang tak bukan adalah Pandansuri, Putri Adipati Pandan Arum. Untuk mengetahui tentang Pandansuri, baca (Munculnya Ksatria Pengembara). “Tentu saja Pandan, ini benar-benar aku Bintang”. ucap Bintang lagi mencoba meyakinkan Pandansuri yang ada dihadapannya. “Kakanggg...”. dan secara tiba-tiba pula Pandansuri langsung memeluk Bintang dengan hangat dan eratnya, Bintangpun hanya mampu membalasnya dengan penuh kehangatan. Dan tak lama kemudian terdengar isak tangis yang keluar dari bibir mungil Pandansuri. “Ternyata kau masih hidup kakang, oh... syukurlah”. terdengar ucapan itu diantara isak tangisnya, isak tangis dan ucapan Pandansuri barusan tentu saja membuat Bintang heran. Setelah cukup lama Pandansuri menumpahkan isak tangisnya didadanya, dengan lembut Bintang merenggangkan pelukannya, diangkatnya wajah Pandansuri yang bersimbah air mata dan dengan lembut pula Bintang memupu
“Maafkan kakang Pandansuri”. ucap Bintang dengan lembut meraih kedua pundak Pandansuri, bergetar kedua tangan Bintang saat menyentuh kedua pundak itu. Dengan wajah bersimbah air mata, Pandansuri mengangkat wajahnya. “Kenapa kakang ? kenapa kakang tak ingin mewujudkan keinginan terakhirku ini”. ucap Pandansuri lagi diantara isak tangisnya. “Maafkan kakang Pandan, permintaan apapun akan kakang penuhi, asalkan jangan yang ini, kau harus menjaga kesucianmu untuk malam pengantinmu Pandan, kakang akan merasa sangat bersalah jika kelak Pangeran Galuhbaya akan menyalahkanmu karena aku telah merenggut kesucianmu”. ucap Bintang lagi mencoba menjelaskan maksudnya, tapi ucapan Bintang tiba-tiba saja membuat raut wajah Pandansuri berubah, tidak ada raut kesedihan diwajahnya.“Aku sudah tidak suci lagi kakang”. ucap Pandansuri lagi tiba-tiba hingga mengejutkan Bintang. “Kesucianku telah direnggut oleh Pangeran Galuhbaya beberapa waktu yang lalu, aku harap kakang tidak punya alasan lagi untuk menol
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu