Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 161 - Chapter 170

189 Chapters

Bab 161. Kenapa Menutup Mata

Karena memang hukuman tidak terhindarkan, hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan untuknya. Aku meraih kedua tangan Win dan berkata, “Tolong bertahanlah dalam waktu tiga bulan. Setelah itu, kembalilah dan jalankan perananmu dengan baik. Jika kamu bersedia, aku ingin kamu menjadi pengawal anakku nanti.”Walau ditutupi kerudung, aku bisa melihat pancaran cahaya dari mata abu-abu Win. Ia membalas perkataanku dengan bersemangat, “Saya mau, Lady! Saya bersedia! Saya yang akan mengawal Putra Mahkota. Tolong jaga posisi itu untuk saya dan jangan berikan kepada yang lain,” ucapnya.Masih beberapa detik aku memberikan senyuman kepuasan, Raja Edgar kembali memisahkan kami dan berkata, “Ya, Ya, Baiklah. Silakan lanjutkan haru kalian tiga bulan kemudian. Sekarang, kamu pergilah menghadap Steein, agar ia memasukkan kamu ke penjara!”“Baik, Yang Mulia,” jawab Win sebelum kemudian ia menghilang dengan cepat.“Win be
Read more

Bab 162. Meminta Izin Sebelum Melakukannya

Kepalaku menengadah ke atas untuk menghindari tatapannya dan memberikan waktu untuk jantungku beristirahat. Dengan menahan napas agar suaraku tidak bergetar karena perasaan gugup, aku berhasil menjawab Raja Edgar, “Tidak, Yang Mulia. Apakah Yang Mulia tidak jadi menyentuh perutku?”“Ya, baiklah. Aku akan melakukannya sekarang,” balas Raja Edgar.SRRR…Bulu kudukku berdiri karena menyampaikan rangsangan yang diterima oleh perutku ke seluruh tubuh. Dengan perlahan dan gerakan lembut, Raja Edgar meletakkan telapak tangannya di perutku.“Perutmu sudah mulai membentuk,” ucap Raja Edgar.Aku tidak bisa menyangkal. Sekarang perutku sudah mulai membuncit dan menunjukkan bahwa aku sungguh-sungguh hamil. Sepertinya dalam waktu sedikit lagi, aku tidak akan bisa lagi mengenakan celana atau gaun yang membentuk tubuh. Karena ini adalah pertama kalinya aku hamil, dan itu pun di dunia asing, aku harus memanggil penjahit u
Read more

Bab 163. Lamaran Sebulam

Aku memang tidak terlalu mengharapkan kisah romantis yang lebay seperti kisah Disney, atau kisah berbelat-belit dari sebuah sinetron. Akan tetapi, aku juga ingin acara lamaran paling tidak dengan suguhan sebuah cincin. Tidak aku sangka bahwa aku akan menerima acara lamaran dengan sebuah tawaran posisi sebuah Ratu Kerajaan.“Tidak, Lissa. Aku akan melamarmu dengan berbeda nanti. Sekarang aku hanya ingin tahu pendapatmu mengenai posisi Ratu. Aku tahu bahwa itu adalah posisi yang pantas untukmu, dan kamu pasti akan bisa mempertanggungjawabkannya sebagai Ratu yang baik. Akan tetapi, kembali lagi seperti janjiku, aku tidak akan melakukannya jika kamu tidak mau. Tugas Ratu cukup berat, jika kamu tidak menginginkannya, aku tidak akan memaksa,” cetus Raja Edgar.“Lalu, apa yang akan terjadi padaku? Bukankah aku nanti akan melahirkan anak Yang Mulia? Apakah aku akan menjadi selir?” tanyaku untuk memperjelas posisiku di masa depan.“Tidak, Li
Read more

Bab 164. Di belakang Layar

Untunglah kegelapan malam dan cahaya yang remang-remang ini tidak akan bisa menampakkan wajahku yang sudah merah merona karena rasa malu. Dengan berpura-pura tegar, aku menjawab perkataan Raja Edgar dengan berkata, “Baik, Yang Mulia, saya mau.”Setelah mendengar jawabanku Raja Edgar pun memasang satu buah cincin dari kotak itu ke jari manisku. Setelah aku memikirkannya, aku jadi bertanya-tanya bagaimana Raja Edgar bisa mengetahui ukuran jariku dengan tepat.“Apakah ini salah satu penyebabnya Raja Edgar melakukan persiapan dengan lama? Jika aku pikir-pikir, membuat semua persiapan ini tidaklah mudah. Mulai dari memilih hari dan membubarkan para pelayan istana, memilih tempat dan mendekornya seperti ini, bahkan hingga merencanakan seluruh adegannya. Jika itu aku, aku sudah tahu sedikit banyaknya rangkaian adegan lamaran dari film atau animasi yang aku tonton, tetapi Raja Edgar tidak. Raja Edgar tidak tahu bagaimana acara lamaran yang sebenarnya dilakuka
Read more

Bab 165. Pernikahan

"Benar, Lissa. Ia terus mempelajarinya hingga berminggu-minggu. Padahal sejak awal ia mencoba dan gagal, aku bilang kalau ia tidak punya bakat sihir. Akan tetapi, anak ini keras kepala dan mengatakan bahwa segala hal bisa dilakukan dengan kerja keras. Padahal, tidak ada aliran sihir sedikit pun yang mengalir dalam tubuhnya,” jelas Steein.Mungkin aku terkesan jahat, tetapi aku ingin sekali tertawa ketika mendengar cerita itu. Penjelasan Steein ketika menceritakan perjuangan Raja Edgar mengingatkanku kembali tentang bagaimana aku dulu belajar sihir sewaktu pertama ditarik ke dunia ini. Meskipun aku belajar mati-matian, tetapi kekuatanku tidak kunjung muncul. Sekarang, tanpa butuh pelatihan atau hafalan ramalan, aku sudah memiliki kekuatan sihir dan bisa menggunakan kekuatan penyembuhan kapan pun.“Dasar…! Jika siapa saja bisa belajar sihir hanya dengan kerja keras, aku sudah bisa menjadi Saintess sejak awal. Jika itu didasarkan kerja keras, sampai kap
Read more

Bab 166. Teman-Teman Setia

"Ayah … Ibu … Jika aku memang berada di dunia lain, apakah Ibu juga ikut dengan kami dan ada di atas langit ini juga. Jika ya, kalian pasti menyaksikan aku dari atas sana. Seperti yang kalian lihat, aku akan menikah. Apakah aku menikah dengan orang yang aku cintai? Entahlah, aku tidak tahu. Namun, Edgar orang yang baik. Aku berjanji kalau aku akan hidup bahagia. Seperti yang kalian tahu, kalian sudah memiliki cucu di dalam sini,” ucapku sambil mengelus perutku yang buncit.“Aku ingin menjadi orang tua yang baik untuk anakku. Tolong bimbing aku dari atas sana,” ucapku sambil memejamkan mata seolah-olah aku sedang berdoa.Setelah selesai mengucapkan sepatah kata dengan Ayah dan Ibuku, kini aku mengingat satu-satunya saudaraku. Saudara kembarku yang selalu bersamaku bahkan sejak aku berada di dalam Rahim. Meskipun semua rakyat diperbolehkan untuk menyaksikan acara pernikahan kami, tetapi Lissa tidak. Lissa masih dalam masa hukuman dan tidak
Read more

Bab 167. Penampakan Rissa

"Jangan merendahkan dirimu, Mariana. Aku sangat membutuhkanmu. Aku bahkan tidak mengetahui siapa lagi yang bisa aku andalkan dan percayai untuk tanggung jawab ini,” ujarku untuk meyakinkan Mariana.Mariana akhirnya luluh karena tatapanku yang terus memohon. Dengan mata yang terharu dan bangga, Mariana menjawab permintaanku dengan tegas, “Saya akan menerima tugas dari Yang Mulia.”Tidak cukup dengan kejutan dari Mariana sebagai tamu, aku juga kedatangan tamu lainnya yang tidak kalah penting.“Yang Mulia,” ucap seseorang dengan suara manja padaku. Itu adalah suara khas dari sumber informasi terbesar di Kerajaan Heroit ini tidak peduli apa kedudukannya. Orang itu tidak lain adalah Stella, rekan kerjaku dulu di Departemen Sihir.“Stella!!” seruku riang ketika melihat wajah percaya dirinya yang masih sama seperti di masa lalu.“Salam hormat kepada Yang Mulia Ratu,” ucap Stella untuk memperbaiki salam
Read more

Bab 168. Teriakan Peringatan

Tenggorokanku terasa pekat dan kering karena belum membasahi tenggorokanku dengan setetes air pun sejak acara dimulai, itu menyebabkan cairan merah yang aku genggam itu menjadi godaan terbesar. Karena tidak bisa menahannya lebih lama lagi, aku pun ingin meminta bantuan anggur itu untuk membuat tenggorokanku tetap stabil.“Jangan diminum!”PRANG!!Yang barusan itu adalah teriakan Raja Edgar. Dalam waktu yang begitu singkat, tiba-tiba saja Raja Edgar merebut gelas dari tanganku dan mencampakkannya ke lantai.Setelah mengambil kembali gelas yang dipegang delegasi itu, Raja Edgar memberikan perintah, “Tangkap pelayan itu sekarang!”Pelayan yang tadinya membawa anggur dan memberikannya kepada kami langsung menyadari bahwa perintah penangkapan itu ditujukan padanya, jadi ia segera melarikan diri dengan cepat. Namun, ia tidak berhasil karena para Kesatria istana jauh lebih terlatih daripada dirinya. Dalam waktu singkat, ia sudah di
Read more

Bab 169. Bertemu Rissa di Balik Kabut

Tiba-tiba, kenangan ketika telepon berdering dan berita bahwa kedua orang tuaku meninggal dunia melintas. Kenangan mengerikan itu membuat napasku sesak dan bulu kudukku merinding. Aku meletakkan tangan di dadaku dan meremasnya untuk mengurangi sakit di denyut jantungku.“Kenapa … kalian melihatku menderita seperti ini tanpa melakukan apa-apa?” protesku pada mereka karena mereka hanya melihatku dari samping dengan wajah tenang sementara aku sedang kesakitan.“Nak … Kami tidak bisa menyentuhmu. Kami juga tidak bisa lagi membantumu untuk sekarang. Kamu merasakan rasa sakit karena ingatanmu di masa lalu. Kamu memang tidak mengingat semuanya, tetapi kamu sudah berhasil melewati kepedihan itu dan terus tumbuh dengan baik,” balas Ayahku.Ibuku juga menambahkan, “Lissa … kami tahu bahwa kami orang tua yang tidak sempurna. Kamu mungkin beberapa kali sakit hati karena perlakuan kami kepadamu berbeda dengan saudaramu, teta
Read more

Bab 170. Semoga Tidak Bertemu Lagi di Kehidupan Lain

"Lissa … sepertinya ini adalah akhir dari kita. Aku pikir, ucapanku padamu benar. Walau aku ada di sini, itu tidak berarti kita sudah mati. Akan tetapi, itu tidak berlaku untukku. Sampai jumpa, Lissa … Ikatan takdir kita … Ayo kita putuskan di sini. Jika masih ada kehidupan lain … semoga kita tidak ada hubungan apa pun. Ah, tidak … semoga kita tidak bertemu…,” ucap Rissa.Begitu selesai mengatakan kalimat itu, aku menyaksikan kepala Rissa dipenggal dan terlepas dari tubuhnya. Namun, penampakan itu tidak jelas dan berupa bayangan hitam Rissa. Begitu Rissa menghilang, kabut yang ada di sekitarku juga perlahan menghilang. Bukan hanya kabut itu, tetapi Steein, Karl, Raja Edgar, dan juga kehadiran diriku juga menghilang dari tempat itu.*****SAAAA…..Aku mendengar suara hujan yang sangat deras. Setelah sekian lama aku di dunia ini, baru ini aku menyaksikan hujan dengan kedua mataku sendiri. “Sistem
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status