Beranda / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Bab 164. Di belakang Layar

Share

Bab 164. Di belakang Layar

Penulis: Yukari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Untunglah kegelapan malam dan cahaya yang remang-remang ini tidak akan bisa menampakkan wajahku yang sudah merah merona karena rasa malu. Dengan berpura-pura tegar, aku menjawab perkataan Raja Edgar dengan berkata, “Baik, Yang Mulia, saya mau.”

Setelah mendengar jawabanku Raja Edgar pun memasang satu buah cincin dari kotak itu ke jari manisku. Setelah aku memikirkannya, aku jadi bertanya-tanya bagaimana Raja Edgar bisa mengetahui ukuran jariku dengan tepat.

“Apakah ini salah satu penyebabnya Raja Edgar melakukan persiapan dengan lama? Jika aku pikir-pikir, membuat semua persiapan ini tidaklah mudah. Mulai dari memilih hari dan membubarkan para pelayan istana, memilih tempat dan mendekornya seperti ini, bahkan hingga merencanakan seluruh adegannya. Jika itu aku, aku sudah tahu sedikit banyaknya rangkaian adegan lamaran dari film atau animasi yang aku tonton, tetapi Raja Edgar tidak. Raja Edgar tidak tahu bagaimana acara lamaran yang sebenarnya dilakuka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 165. Pernikahan

    "Benar, Lissa. Ia terus mempelajarinya hingga berminggu-minggu. Padahal sejak awal ia mencoba dan gagal, aku bilang kalau ia tidak punya bakat sihir. Akan tetapi, anak ini keras kepala dan mengatakan bahwa segala hal bisa dilakukan dengan kerja keras. Padahal, tidak ada aliran sihir sedikit pun yang mengalir dalam tubuhnya,” jelas Steein.Mungkin aku terkesan jahat, tetapi aku ingin sekali tertawa ketika mendengar cerita itu. Penjelasan Steein ketika menceritakan perjuangan Raja Edgar mengingatkanku kembali tentang bagaimana aku dulu belajar sihir sewaktu pertama ditarik ke dunia ini. Meskipun aku belajar mati-matian, tetapi kekuatanku tidak kunjung muncul. Sekarang, tanpa butuh pelatihan atau hafalan ramalan, aku sudah memiliki kekuatan sihir dan bisa menggunakan kekuatan penyembuhan kapan pun.“Dasar…! Jika siapa saja bisa belajar sihir hanya dengan kerja keras, aku sudah bisa menjadi Saintess sejak awal. Jika itu didasarkan kerja keras, sampai kap

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 166. Teman-Teman Setia

    "Ayah … Ibu … Jika aku memang berada di dunia lain, apakah Ibu juga ikut dengan kami dan ada di atas langit ini juga. Jika ya, kalian pasti menyaksikan aku dari atas sana. Seperti yang kalian lihat, aku akan menikah. Apakah aku menikah dengan orang yang aku cintai? Entahlah, aku tidak tahu. Namun, Edgar orang yang baik. Aku berjanji kalau aku akan hidup bahagia. Seperti yang kalian tahu, kalian sudah memiliki cucu di dalam sini,” ucapku sambil mengelus perutku yang buncit.“Aku ingin menjadi orang tua yang baik untuk anakku. Tolong bimbing aku dari atas sana,” ucapku sambil memejamkan mata seolah-olah aku sedang berdoa.Setelah selesai mengucapkan sepatah kata dengan Ayah dan Ibuku, kini aku mengingat satu-satunya saudaraku. Saudara kembarku yang selalu bersamaku bahkan sejak aku berada di dalam Rahim. Meskipun semua rakyat diperbolehkan untuk menyaksikan acara pernikahan kami, tetapi Lissa tidak. Lissa masih dalam masa hukuman dan tidak

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 167. Penampakan Rissa

    "Jangan merendahkan dirimu, Mariana. Aku sangat membutuhkanmu. Aku bahkan tidak mengetahui siapa lagi yang bisa aku andalkan dan percayai untuk tanggung jawab ini,” ujarku untuk meyakinkan Mariana.Mariana akhirnya luluh karena tatapanku yang terus memohon. Dengan mata yang terharu dan bangga, Mariana menjawab permintaanku dengan tegas, “Saya akan menerima tugas dari Yang Mulia.”Tidak cukup dengan kejutan dari Mariana sebagai tamu, aku juga kedatangan tamu lainnya yang tidak kalah penting.“Yang Mulia,” ucap seseorang dengan suara manja padaku. Itu adalah suara khas dari sumber informasi terbesar di Kerajaan Heroit ini tidak peduli apa kedudukannya. Orang itu tidak lain adalah Stella, rekan kerjaku dulu di Departemen Sihir.“Stella!!” seruku riang ketika melihat wajah percaya dirinya yang masih sama seperti di masa lalu.“Salam hormat kepada Yang Mulia Ratu,” ucap Stella untuk memperbaiki salam

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 168. Teriakan Peringatan

    Tenggorokanku terasa pekat dan kering karena belum membasahi tenggorokanku dengan setetes air pun sejak acara dimulai, itu menyebabkan cairan merah yang aku genggam itu menjadi godaan terbesar. Karena tidak bisa menahannya lebih lama lagi, aku pun ingin meminta bantuan anggur itu untuk membuat tenggorokanku tetap stabil.“Jangan diminum!”PRANG!!Yang barusan itu adalah teriakan Raja Edgar. Dalam waktu yang begitu singkat, tiba-tiba saja Raja Edgar merebut gelas dari tanganku dan mencampakkannya ke lantai.Setelah mengambil kembali gelas yang dipegang delegasi itu, Raja Edgar memberikan perintah, “Tangkap pelayan itu sekarang!”Pelayan yang tadinya membawa anggur dan memberikannya kepada kami langsung menyadari bahwa perintah penangkapan itu ditujukan padanya, jadi ia segera melarikan diri dengan cepat. Namun, ia tidak berhasil karena para Kesatria istana jauh lebih terlatih daripada dirinya. Dalam waktu singkat, ia sudah di

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 169. Bertemu Rissa di Balik Kabut

    Tiba-tiba, kenangan ketika telepon berdering dan berita bahwa kedua orang tuaku meninggal dunia melintas. Kenangan mengerikan itu membuat napasku sesak dan bulu kudukku merinding. Aku meletakkan tangan di dadaku dan meremasnya untuk mengurangi sakit di denyut jantungku.“Kenapa … kalian melihatku menderita seperti ini tanpa melakukan apa-apa?” protesku pada mereka karena mereka hanya melihatku dari samping dengan wajah tenang sementara aku sedang kesakitan.“Nak … Kami tidak bisa menyentuhmu. Kami juga tidak bisa lagi membantumu untuk sekarang. Kamu merasakan rasa sakit karena ingatanmu di masa lalu. Kamu memang tidak mengingat semuanya, tetapi kamu sudah berhasil melewati kepedihan itu dan terus tumbuh dengan baik,” balas Ayahku.Ibuku juga menambahkan, “Lissa … kami tahu bahwa kami orang tua yang tidak sempurna. Kamu mungkin beberapa kali sakit hati karena perlakuan kami kepadamu berbeda dengan saudaramu, teta

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 170. Semoga Tidak Bertemu Lagi di Kehidupan Lain

    "Lissa … sepertinya ini adalah akhir dari kita. Aku pikir, ucapanku padamu benar. Walau aku ada di sini, itu tidak berarti kita sudah mati. Akan tetapi, itu tidak berlaku untukku. Sampai jumpa, Lissa … Ikatan takdir kita … Ayo kita putuskan di sini. Jika masih ada kehidupan lain … semoga kita tidak ada hubungan apa pun. Ah, tidak … semoga kita tidak bertemu…,” ucap Rissa.Begitu selesai mengatakan kalimat itu, aku menyaksikan kepala Rissa dipenggal dan terlepas dari tubuhnya. Namun, penampakan itu tidak jelas dan berupa bayangan hitam Rissa. Begitu Rissa menghilang, kabut yang ada di sekitarku juga perlahan menghilang. Bukan hanya kabut itu, tetapi Steein, Karl, Raja Edgar, dan juga kehadiran diriku juga menghilang dari tempat itu.*****SAAAA…..Aku mendengar suara hujan yang sangat deras. Setelah sekian lama aku di dunia ini, baru ini aku menyaksikan hujan dengan kedua mataku sendiri. “Sistem

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 171. Semuanya telah Berakhir

    "Kalian kenapa?” tanyaku pada mereka.“Karl … Steein, bolehkah kalian keluar sebentar? Aku ingin berbicara dengan Lissa,” ucap Raja Edgar.“Baik, Yang Mulia,” balas Karl dan Steein secara serempak.Firasatku mengatakan bahwa pembicaraan yang akan aku lakukan dengan Raja Edgar adalah pembicaraan yang berat, karena Karl langsung lega ketika diperintahkan untuk pergi. Ia juga melangkah dengan cepat seolah-olah ingin segera keluar dan tidak terlibat dalam pembicaraan ini.“Lissa … sebelumnya aku ingin meminta maaf…,” ucap Raja Edgar untuk mengawali pembicaraannya.Firasatku semakin buruk begitu mendengar pembukaan kalimat yang mengerikan itu.“Apa yang membuat Yang Mulia meminta maaf?” tanyaku sambil mempersiapkan hatiku untuk mendengar kemungkinan terburuk.“Sebelumnya, aku ingin menceritakan tentang kesalahan Rissa. Mengenai peristiwa penyerangan ketika kam

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 172. Bagaimana Bisa untuk Menyalahkanmu?

    "Aku juga tidak mengerti maksudnya, tetapi ia mempelajari kekuatan Saintessnya dan mengubahnya menjadi sihir jahat. Di pisau yang ia tusukkan padamu, ia memasukkan kekuatan jahatnya. Itu yang membuat kemampuan Saintess untuk menyembuhkan dirimu sendiri tidak bekerja dengan baik. Kamu mungkin tidak tahu, tetapi di dua minggu pertama, keadaanmu kritis. Beberapa kali kamu berteriak histeris karena kesakitan,” jelas Raja Edgar.Ia mengerutkan dahinya ketika membicarakan hal itu seolah-olah ia yang merasakan kesakitan itu di masa lalu. Ekspresi Raja Edgar itu membuatku lebih terharu atas ketulusan Raja Edgar. Posisiku yang di ambang kematian pasti menjadi kenangan yang begitu menyakitkan baginya.Raja Edgar mencengkeram selimut yang menutupi tubuhku untuk melampiaskan emosinya yang memanas. Ia berkata dengan wajah mengerikan, “Aku sangat marah! Jadi aku menemui wanita itu di dalam penjara. Padahal aku berencana untuk menakut-nakutinya dan membuatnya menderita ka

Bab terbaru

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 188. Keluarga Legendaris

    SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 187. Kakak Adik yang Akur

    “Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 186. Eden yang Bahagia

    Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 185. Hamil Kedua

    “Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 184. Kebahagiaan Eden

    Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Tumbuh Menjadi Tidak Berperasaan

    Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Eden Berusia Lima Tahun

    "Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 182. Posesif dan Over Protektif

    “Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 181. Senyuman si Kecil

    Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare

DMCA.com Protection Status