Beranda / Urban / Diary Yang Basah / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Diary Yang Basah: Bab 1 - Bab 10

52 Bab

1

“Apa? Susah!Terpapar Covid-19! Ya, Tuhan! Susan ada di Rumah Sakit? Susan karantina di sana?” tanya Tante Tina kepada Anre yang kini sedang menelponnya. “Apakah Ranny dan Juan udah tahu?" tanya Ranny kepada Anre. “Sudah, Anre sudah menelpon Ranny dan Juan,” suara Anre terdengar dari balik ponsel. Kakek Rinto yang sedang duduk di samping Tante Tina bertanya kepada Tante Tina, “Ada apa dengan Susan?” “Tadi, Anre Telpon, Anre menyampaikan tentang  Susan terpapar Covid–19,” jawab Tante Tina. “Iya, Kakek, mengerti. Nanti kita semua di dalam rumah ini juga akan diperiksa, sebab Susan merupakan anggota rumah ini,” kata Kakek Rinto.  “Ranny dan Juan ada di mana?” tanya Kakek Rinto. “Ranny dan Juan ada keluar rumah. mereka berdua lari pagi,” Jawab Tante Tina. “Semoga saja, Anre menelpon, Ranny atau Juan,” kata Kakek Rinto, “itu pun, jika ponsel mereka, mereka bawa serta.” “Tadi, Anre menelpon Tante Tina menyamp
Baca selengkapnya

2

Kakek Rinto mengikuti Juan di teras depan. Kakek Rinto duduk di samping Juan. Kakek Rinto melemparkan senyum khasnya kepada Juan, sambil berbisik, “Kamu sudah baca bundelan koran bekas itu, bukan?” Juan terdiam beberapa saat, keringat dingin tiba-tiba meluncur dari keningnya. “Rupanya Kakek tahu apa yang  Juan baca tadi.” gumam Juan, “Padahal tadi Juan  sampaikan  bahwa Juan cari mainan yang tersimpan di gudang. Wah, kacau Kakek Rinto tahu bahwa Juan berbohong.”  “Iya, kek, maaf tadi Juan berbohong,” kata Juan, “Juan,  janji tidak akan berbohong lagi.” Kakek Rinto berkata, “Oh, tidak mengapa, tetapi lain kali jangan berbohong lagi.” Juan menganggukan kepala tandah setuju. Juan dan Kakek  Rinto berdiskusi banyak hal di teras depan, sebelum Juan pamit ke kamarnya untuk istirahat siang. Juan berkata,  “Kekak, Juan sudah ngantuk, Juan pamit ke kamar untuk istirahat siang.” Kakek Rinto menyetujui perkataan Juan sambil ber
Baca selengkapnya

3

Hari mulai gelap. Gerimis mengiringi datangnya malam. Lampu di kamar Kakek mulai menyalah. Nyala lampu kamar Kakek Rinto redup, khas rumah tua. Sayup-sayup terdengar lagu Schoon Ver Van Jou yang mendayu – dayu.   Suasana malam tanpa bintang, ditemani gerismis dan angin malam Ranny duduk di depan teras rumah. Ranny duduk menyendiri memikirkan Susan – Ibu mereka, yang terpapar Covid-19. “Ranny, masuk ke dalam rumah, di luar dingin,” ujar Tante Tina yang datang kemudian ke teras depan. “Ranny masih ingin duduk,Tante. Tante duluan saja masuk ke dalam rumah,”  ujar Ranny. Ranny memikirkan nasib Ibu Susan, sambil memperhatikan kristal-kristal air yang jatuh membasahi bumi, Ranny duduk di teras depan, sampai pikiran dan hatinya tenang. Ranny kadang berdiri menatap langit tanpa bintang, Ranny hanya menemukan guntur dan kilat yang sahut-sahutan. Ranny masuk ke dalam rumah, langsung ke kamarnya. Di kamarnya Ranny mengambil tas pemberian Tante
Baca selengkapnya

4

“Setiap hari pembicaraan tidak terlepas dari covid-19,” kata Ranny yang sedang menuju ruang makan dengan membawa semangkuk sayur di tangannya, “Iya, setiap hari aktivitas hanya di dalam rumah. Setiap hari berita ditelevisi menyiarkan korban meninggal karena covid-19.” “Kehadiran virus corona ini akan merubah gaya hidup manusia, termasuk Juan, Ranny, Kakek Rinto, dan Tante Tina dan semua orang,” jelas tante Tina, “Anak-anak sekolah menjalani sekolah daring, kampus-kampus melaksanakan kuliah daring. Segala sesuatu dilaksanakan dari rumah dengan bantuan teknologi buatan yakni smartpon. Namun, sekolah daring atau kuliah daring memiliki banyak kekurangannya. Seperti, tidak semua peserta didik, memiliki smartpon, jika peserta didik memiliki smartpone itu pun mungkin saja dengan susah paya orangtua dari peserta didik memperolehnya. Belum lagi masalah jaringan internet, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang baik, mungkin saja di daerah tertentu ada jaringan inter
Baca selengkapnya

5

Sesudah sarapan Ranny masuk ke kamarnya. Ranny mengambil diarynya dan menulis, “pandemi corona virus ini mengubah gaya hidup semua orang. Sebelum kehadiran virus corona, orang-orang bergaul bebas, melakukan perjalanan sesuka hati. Ranny, Juan, Ayah dan Ibu selalu menikmati kebersamaan ini dengan bertamasya. Ketika Ranny, Juan dan semua anggota keluarga berkumpul, di sana ada kegembiraan. Namun, tidak untuk saat ini. Sekarang berbeda. Kini di masa pandemi virus corona ini masyarakat dihadapkan pada kegelisahaan dan ketakutan, kesepian dan kesendirian di saat orang hendak memenuhi kebutuhan hidup, mereka kehilangan pekerjan di saat hendak perpergian orang takut terserang virus corona.” Ranny menghentikan sebentar ketika pintu kamarnya diketuk. “Kak Ranny tolong bukakan pintunya, ini dengan Juan.” Kata Juan. “Juan, apa yang boleh Kak Ranny bantu?” kata Kak Juan sambil berdiri membukakan pintu untuk Juan. “Maaf, Kak Ranny jika Juan mengganggu, Juan minta bantuan
Baca selengkapnya

6

Malam ini, kegiatan di dapur agak terganggu. Tante Tina mengalaminya, karena ketika Tante hendak menyalakan kompor gas, rupanya kehabisan gas. Tante Tina menuju ke pondok di samping dapur. Pondok itu beratapkan rumbai daun lontar. Dinding pondok terbuat dari belahan bambu.  Tante Tinna mengambil kayu bakar dan menyalakan api di tunggku perapian. Tante Tinna memasak semuanya di tungku api. dari balik pintu Rany memperhatikan Juan. Juan duduk di teras depan dengan raut wajah Juan dipenuhi rasa kesedihan. Untuk sekian kalinya Ranny melihat Juan duduk menyendiri. Kelopak matanya sembap. Tatapannya kosong layaknya seorang yang kehilangan separu nyawa. Hampir setiap saat Ranny melihat adiknya seperti itu. Duduk termangu jika tak ada teman diskusi. Oleh sebab itu, Ranny dan Kakek Rinto selaku mengajaknya diskusi atau berbicara berbagai hal agar Juan dapat terhindar dari kesedihannya. Seharian mereka bersenang – senang di lahan pertanian.Namun, rasa kesedihan Juan belum juga hi
Baca selengkapnya

7

Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue,  beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran.  Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu.  Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah,  Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue.  Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan
Baca selengkapnya

8

Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?”   “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Baca selengkapnya

9

Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan,  bolehkah Tante Tina meminta tolong?  Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?” “Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.  Juan merasa malas  kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu  Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
Baca selengkapnya

10

“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.” “Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status