Kakek Rinto mengikuti Juan di teras depan. Kakek Rinto duduk di samping Juan. Kakek Rinto melemparkan senyum khasnya kepada Juan, sambil berbisik, “Kamu sudah baca bundelan koran bekas itu, bukan?”
Juan terdiam beberapa saat, keringat dingin tiba-tiba meluncur dari keningnya. “Rupanya Kakek tahu apa yang Juan baca tadi.” gumam Juan, “Padahal tadi Juan sampaikan bahwa Juan cari mainan yang tersimpan di gudang. Wah, kacau Kakek Rinto tahu bahwa Juan berbohong.”
“Iya, kek, maaf tadi Juan berbohong,” kata Juan, “Juan, janji tidak akan berbohong lagi.”
Kakek Rinto berkata, “Oh, tidak mengapa, tetapi lain kali jangan berbohong lagi.”
Juan menganggukan kepala tandah setuju. Juan dan Kakek Rinto berdiskusi banyak hal di teras depan, sebelum Juan pamit ke kamarnya untuk istirahat siang. Juan berkata, “Kekak, Juan sudah ngantuk, Juan pamit ke kamar untuk istirahat siang.” Kakek Rinto menyetujui perkataan Juan sambil berkata, “Kakek Juga suda ngantuk, Kakek ingin istirahat siang. Kita ke kamar untuk istirahat siang.”
Ranny yang sedang bersih-bersih rumah, melihat Juan masuk kamarnya tergesa-gesa. “Rupanya Juan sedang menyembunyikan sesuatu, sebab tidak seperti biasanya Juan bersikap seperti itu,” gumam Ranny, “Ranny harus mencari tahu apa yang Juan sembunyikan.”
Juan masuk kamar dan menutup pintuh. Dengan segera, Juan mengambil bundelan koran bekas untuk lanjut membaca.
10 April, 2020
Gubernur DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Pergub. No.33 Tahun 2020 yang mengatur tentang PSBB di Jakarta.
15 April, 2020
Kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di Bogor, Depok dan Bekasi diberlakukan. PSBB di Bogor, Depok dan Bekasi berkalu selama empat belas hari. Selama PSBB warga diperkenankan mengenakan masker di luar rumah.
Sedang asyik-asyik membaca tidak lama terdengar suara panggilan Kak Ranny “Juan....“
“Iya, Kak Ranny.“ Sahut Juan, sambil lari mendekati kakaknya. “Kakak sudah selesai bersih-berih rumah?” Tanya Juan.
“Kamu lagi membaca apa, Juan?“ Tanya Kak Ranny yang sedari tadi memperhatikan Juan dari balik jendela.
”Saya sedang membaca tentang virus corona, Kak Ranny.” Kata Juan, “Apakah Kak Ranny juga ingin membaca mengenai virus corona ini?“
“ Iya, boleh. mana bacaannya?“ Ujar Ranny.
“Tunggu sebentar, Juan ambil di kamar Juan.” Kata Juan sambil berlari ke dalam kamarnya untuk mengambil bundelan koran bekas. Setalah itu, Juan kembali ke Kak Ranny, membawa serta bundelan koran bekas.
“Ini kak Ranny, Bundelan Koran bekasnya.“ Kata Juan sambil menyodorkan bundelan koran bekas kepada kak Ranny.
“Terima kasih, Juan.“ Ujar Ranny.
Ranny menerima bundelan koran bekas dari Juan. Ranny ke kamarnya dengan bundelan koran bekas di tangannya. Sebelum membaca bundelan koran bekas pemberian Juan, Ranny terlebidahulu merapikan kamarnya. Sesudah Ranny merasa bahwa kamarnya benar-benar bersih. Ranny mulai membaca lembaran – lembaran koran bekas.
Banyak lembar yang sudah tidak layak untuk dibaca. Bundelan koran yang sudah tidak layak dibaca, terdapat banyak bekas rayap dan bekas obekan tikus. Ranny asyik membaca dan mencerna setiap kata yang terurai indah di koran bekas itu.
Tante Tina tiba dari pasar tradisional, memanggil Juan untuk mengangkat barang belanjaan dari pasar. Juan duluan datang di hadapan Tante Tina, Sedangkan Ranny datang terlambat. Tante Tina, melihat kehadiran Juan, meminta Juan untuk mengangkat barang belanjaan dari pasar. Tante Tina berkata, “Juan tolongin Tante Tina, tolong, angkat barang belanjaan ini ke dapur.“
“Oke, Tante Tina, Juan tolongin Tante Tina, angkat barang belanjaan,“ ujar Juan.
“Terima kasih, Juan. Juan sudah tolongin, Tante Tina,” ujar Tante Tina, “Juan, Kakek Rinto Ranny ke mana?
“Terima Kasih kembali Tante, Juan ucapkan,” kata Juan, “Kakek Rinto dan Ranny ada di kamar mereka masing – masing.”
“Oh, Tante juga mau ke kamar untuk istirahat siang,“ kata Tante Tina, “Kalau Ranny bangun, tolong sampaikan bahwa Tante Tina ingin bertemu dengan Ranny.“
“Juan juga mau ke kamar Juan. Juan ingin melanjutkan istirahat siang,“ kata Juan,“Oke, akan disampaikan, Tante.“
Tante Tina dan Juan keluar dari dapur dan pergi ke kamar mereka masing masing.
Ketika Juan melintasi lorong antara ruang tengah dan dapur untuk kembali ke kamarnya, Juan mengangkat wajahnya, Juan melihat Ranny melintas di ruang tengah menuju ruang makan. Juan memanggil Ranny,“Kak Ranny....“
“Iya, Juan,“ sahut Ranny, sambil mendekati Juan, Ranny bertanya,“Juan, tidak istirahat siang?“
“Juan sedang berbaring, tetapi Juan mendengar panggilan Tante Tina, Juan bangun dan membantu Tante Tina mengangkat barang belanjaan ke dapur,“ kata Juan, “Kak Ranny belum istirahat siang juga.“
“Tante Tina sudah kembali dari pasar tradisional?“ tata Ranny, sambil mengutak atik ponsel miliknya Ranny menjawab, “Iya, Kak Ranny belum istirahat, masih membaca bundelan koran bekas pemberian Juan. Kak Ranny haus sehingga Kak Ranny mau ke ruang makan untuk mengambil air minum.”
“Iya, Tante Tina sudah kembali dari pasar,” kata Juan, “Kak Ranny, Tante Tina ingin bertemu dengan Kak Ranny.”
“Terima kasih Juan Informasinya, nanti Kak Ranny akan menemui Tante Tina,” kata Ranny, “Kak Ranny ke dapur sebentar.”
“Baik Kak Ranny. Juan juga kembali ke kamar Juan sekarang ingin lanjut istirahat siang,” kata Juan sambil meninggalkan Kak Ranny.
Ranny pergi ke ruang makan mengambil air dan kembali ke kamarnya. Sebelum ke kamarnya, Ranny menemui Tante Tina sesuai penyampaian dari Juan. Sampai di kamar Tante Tina, Ranny memengetuk pintu. Sambil mengetuk pintu Ranny menyapa, “Tante, ini aku Ranny, tolong bukakan pintu kamarnya.”
“Ranny, silakan masuk, pintunya tidak terkunci,” kata Tante Tina, “Tante kira Ranny tidak datang, sehingga tadi, Tante Tina pesan di Juan agar tolong sampaikan Ranny bahwa Tante ingin bertemu dengan Ranny.”
Rany masuk ke dalam kamar dan berkata, “Iya, Juan menyampaikan pesan Tante Tina kepada Ranny, sehingga Ranny datang menemui, Tante Tina.”
“Ranny, lihat ini, apakah cocok untukmu?” tanya Tante Tante, sambil mengambil sebuah tas bermerek yang dibelinya di pasar tradisional.
“Terima kasih, Tante Tina.Tante sudah membeli tas bermerek untuk Ranny. Tas yang sangat cocok dan sesuai dengan keinginan Ranny,” ucap Ranny, sambil menerima tas pemberian tante Tina, “Karena tante baru saja pulang dari pasar tradisional, sebaiknya Tante Tina istirahat sebentar. Untuk itu, Ranny kembali ke kamar Ranny.”
“Iya, Ranny. Tante mau istirahat siang,” kata Tante Tina, “Kalau Ranny keluar dari kamar Tante Tina, Ranny tolong tutup pintunya.”
Ranny keluar dari kamar Tante Tina dan menutup pintu kamar Tante Tina. Ranny berjalan pulang ke kamarnya. Sampai di kamarnya, Ranny menyimpan tas pemberian Tante Tina di lemari. sebelum istirahat siang Ranny lanjut membaca bundelan koran bekas.
***
Sore hari Tante Tina, Juan dan Ranny duduk santai di ruang rekreasi, setelah mereka melaksanakan tugas sore seperti memberi makan ternak piaraan, menyapu dan menyiram taman serta memasak di dapur. Ranny, Juan dan Tante Tina mendiskusikan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Salah satu topik pembahasan yang hangat didiskusikan adalah mengenai virus Corona jenis baru yang diberi nama SARS CoV–2 yang menyebabkan penyakit Covid–19.
Juan berkata kepada Ranny, “ Kak Ranny, berita di televisi akhir-akhir ini menyiarkan tentang virus Corona yang menyebabkan penyakit Covid–19.” Ranny menjawab, “Iya, berita di televisi itu sama seperti apa yang tertulis di bundelan koran pemberian Juan tadi siang.”
Juan sangat semangat dalam diskusi yang membahas tentang virus Corona, karena Juan telah maembaca di bundelan koran bekas yang ia temukan di gudang saat hendak mencari mainan. “Tante, rupanya virus corona itu penyebarannya seperti cerita kartun disini ada sombie. Jadi kalau virus Corona ini jangkit ke orang karena sentuhan dengan pasien yang telah dinyatakan positif,” kata Juan kepada Tante Tina, “Untuk itu, kemana – mana harus gunakan masker. Tante harus ingat, keluar rumah pakai masker.”
“Iya, Tante Tina akan ingat selalu mengenakan masker kalau keluar rumah,” kata Tante tina kepada Juan, “ Tetapi Juan juga belajar dari rumah saja tidak boleh kemana – mana. Juan dengan Kak Ranny di rumah saja. Kalau Juan dan Ranny keluar rumah juga ingat jangan lupa pakai masker, menghindari kerumunan. Itu lihat, Kak Ranny sedang membaca, ridak seperti Juan yang hanya dapat berbicara tetapi susah untuk belajar.”
***
Hari mulai gelap. Gerimis mengiringi datangnya malam. Lampu di kamar Kakek mulai menyalah. Nyala lampu kamar Kakek Rinto redup, khas rumah tua. Sayup-sayup terdengar lagu Schoon Ver Van Jou yang mendayu – dayu. Suasana malam tanpa bintang, ditemani gerismis dan angin malam Ranny duduk di depan teras rumah. Ranny duduk menyendiri memikirkan Susan – Ibu mereka, yang terpapar Covid-19. “Ranny, masuk ke dalam rumah, di luar dingin,” ujar Tante Tina yang datang kemudian ke teras depan. “Ranny masih ingin duduk,Tante. Tante duluan saja masuk ke dalam rumah,” ujar Ranny. Ranny memikirkan nasib Ibu Susan, sambil memperhatikan kristal-kristal air yang jatuh membasahi bumi, Ranny duduk di teras depan, sampai pikiran dan hatinya tenang. Ranny kadang berdiri menatap langit tanpa bintang, Ranny hanya menemukan guntur dan kilat yang sahut-sahutan. Ranny masuk ke dalam rumah, langsung ke kamarnya. Di kamarnya Ranny mengambil tas pemberian Tante
“Setiap hari pembicaraan tidak terlepas dari covid-19,” kata Ranny yang sedang menuju ruang makan dengan membawa semangkuk sayur di tangannya, “Iya, setiap hari aktivitas hanya di dalam rumah. Setiap hari berita ditelevisi menyiarkan korban meninggal karena covid-19.” “Kehadiran virus corona ini akan merubah gaya hidup manusia, termasuk Juan, Ranny, Kakek Rinto, dan Tante Tina dan semua orang,” jelas tante Tina, “Anak-anak sekolah menjalani sekolah daring, kampus-kampus melaksanakan kuliah daring. Segala sesuatu dilaksanakan dari rumah dengan bantuan teknologi buatan yakni smartpon. Namun, sekolah daring atau kuliah daring memiliki banyak kekurangannya. Seperti, tidak semua peserta didik, memiliki smartpon, jika peserta didik memiliki smartpone itu pun mungkin saja dengan susah paya orangtua dari peserta didik memperolehnya. Belum lagi masalah jaringan internet, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang baik, mungkin saja di daerah tertentu ada jaringan inter
Sesudah sarapan Ranny masuk ke kamarnya. Ranny mengambil diarynya dan menulis, “pandemi corona virus ini mengubah gaya hidup semua orang. Sebelum kehadiran virus corona, orang-orang bergaul bebas, melakukan perjalanan sesuka hati. Ranny, Juan, Ayah dan Ibu selalu menikmati kebersamaan ini dengan bertamasya. Ketika Ranny, Juan dan semua anggota keluarga berkumpul, di sana ada kegembiraan. Namun, tidak untuk saat ini. Sekarang berbeda. Kini di masa pandemi virus corona ini masyarakat dihadapkan pada kegelisahaan dan ketakutan, kesepian dan kesendirian di saat orang hendak memenuhi kebutuhan hidup, mereka kehilangan pekerjan di saat hendak perpergian orang takut terserang virus corona.” Ranny menghentikan sebentar ketika pintu kamarnya diketuk. “Kak Ranny tolong bukakan pintunya, ini dengan Juan.” Kata Juan. “Juan, apa yang boleh Kak Ranny bantu?” kata Kak Juan sambil berdiri membukakan pintu untuk Juan. “Maaf, Kak Ranny jika Juan mengganggu, Juan minta bantuan
Malam ini, kegiatan di dapur agak terganggu. Tante Tina mengalaminya, karena ketika Tante hendak menyalakan kompor gas, rupanya kehabisan gas. Tante Tina menuju ke pondok di samping dapur. Pondok itu beratapkan rumbai daun lontar. Dinding pondok terbuat dari belahan bambu. Tante Tinna mengambil kayu bakar dan menyalakan api di tunggku perapian. Tante Tinna memasak semuanya di tungku api. dari balik pintu Rany memperhatikan Juan. Juan duduk di teras depan dengan raut wajah Juan dipenuhi rasa kesedihan. Untuk sekian kalinya Ranny melihat Juan duduk menyendiri. Kelopak matanya sembap. Tatapannya kosong layaknya seorang yang kehilangan separu nyawa. Hampir setiap saat Ranny melihat adiknya seperti itu. Duduk termangu jika tak ada teman diskusi. Oleh sebab itu, Ranny dan Kakek Rinto selaku mengajaknya diskusi atau berbicara berbagai hal agar Juan dapat terhindar dari kesedihannya. Seharian mereka bersenang – senang di lahan pertanian.Namun, rasa kesedihan Juan belum juga hi
Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue, beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran. Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu. Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah, Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue. Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan
Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?” “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Usai makan siang, Ranny dan Juan serta yang lainnya keluar dari ruang makan. ereka ke kamar mereka masing-masing untuk istirahat siang. Ranny masuk ke kamarnya dan mulai berbaring di tempat tidur sebelmum terlelap dia mengambil ponselnya dan jari-jemarinya mulai mengusap-usap layar ponsel miliknya. Saat sedang asyik mengusap-usap layar ponsel, ada panggilan masuk dari Ibu Relly. Ranny akhirnya menerima panggilan dari Ibu Relly. Ibu Relly menyampaikan bahwa esok akan diadakan kegiatan sosial penyerahan bantuan pasca pengungsian kepada para pengungsi erupsi gunung berapi. Menerima Informasi dari Ibu Relly, Ranny hanya menarik nafas panjang. Ranny bergumam “Ah, kegiatan sosial lagi.” Setelah menerima Informasi dari Ibu Relly, Ranny mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja belajar dan Ranny berbaring pulas siang itu.Sementara itu, Juan dan Heru temannya masih bermain game. mereka tidak istirahat siang sehingga akhirnya mereka ditegur oleh Resti
“Apa? Anre diterima jadi pengemudi di kampus?” tanya Kakek Rinto yang baru saja keluar dari kamarnya. Kakek Rinto datang dan menyalami Anre. Resti menyampaikan kepada Kakek Rinto bahwa mereka semua suda sepakat bahwa acara syukuran akan dikasanakan nanti malam. Namun, Kakek Rinto membatalkan rencana acara syukuran yang telah mereka sepakati bersama. “Kakek Rinto lebih terkesan jika syukuran atas pekerjaan yang dipercayakan kepada Anre ini diujudkan dalam doa kepada sang pencipta yang memberi rezeki kepada keluarga ini, sebab untuk Kakek Rinto, bersyukur tidak harus pesta dengan acara makan bersama,” ujar Kakek Rinto.“Kalau itu keinginan Kakek Rinto, kami yang lain mengikuti keinginan Kakek,” ujar Resti.“Ealah, padahal Juan dan Heru sudah menyiapkan kejutan untuk Ayah Anre, saat acara malam nanti” ujar Juan.“Setelah berpikir-pikir, Tante Tina juga sependapat dengan Kakek Rinto, bersyukur tidak selamanya den
04.15 AM Ranny terjaga dari tidurnya, tetapi belum berajak dari ranjang. Tubuhnya masih berada di bawa selimut. Dinginnya suhu pagi ini menjadikan Ranny enggan melepaskan selimut dari tubuhnya. Dia terjaga oleh panggilan masuk pada ponsel miliknya, dengan posisi berbaring dia berusaha mengambil ponselnya yang dia letakan di atas meja belajar. Setelah digapainya ponsel miliknya dia memperhatikan pada layar, ternyata panggilan masuk dari Ibu Relly. Ranny menerima panggilan masuk dari Ibu Relly dengan penu harapan akan memperoleh informasi mengenai jadwal ujian skripsi sesuai dengan informasi yang dia pernah terima dari temannya Lima kemarin siang meski akhirnya ketahuan bahwa Lina berbohong. Namun, apa yang diharapkan tidak diperbincangkan oleh Ibu Relly saat menelpon Ranny. Hal yang diutarakan Ibu Relly ketika menlpon Ranny adalah mengenai surat dari rektorat kepada Ayahnya. Dari balik layar ponsel Ibu bertanya kepada Ranny, “Apakah Ayahmu Anre sudah menerima surat pang
03.15 PM Ranny terjaga dari istirahat siang. Dia bangun dari ranjang, merapikan Ranjang setelah itu duduk di depan meja belajar. Dia mengaktifkan laptop miliknya dan membuka folder bantuan team relawan kampus, dia juga membuka file rekapan bantuan pengungsi. di dalam file itu, dia mulai mengisi data sesuai dengan jenis bantuan, nama donatur dan tanggal penerimaan. Ranny kelihatan sangat serius mengerjakan pekerjaan merekap data donatur dan jenis bantuannya. sedangkan Heru dan Juan sudah bermain bersama di kamarnya Heru. Mereka tidak bermain game online melainkan mereka bercerita tentang cita-cita mereka, Heru ingin menjadi guru, Juan ingin menjadi dokter. heru beranggapan bahwa guru merupakan pekerjaan mulia, sedangkan Juan berpikir bahwa dokter mrupakan pekerjaan mulia. Mereka berduakadang tertawa dan saling melempar bantal. kadang mereka melompat-lompat di atas ranjang. karena terlalu gaduh keduanya ditegur oleh Ibu Shinta, “Heru, dan Juan, kalau ber
04.15 AM Ranny sudah bangun, Cici juga sudah bangun, dia sedang belajar di kamarnya. Juan sudah bangun dari tadi, dia sudah mengenakan dengan sepatu kets miliknya, dia datang ke kamar Cici dan mengajak Cici untuk lari pagi bersama. Namun, Cici menolak dengan alasan dia ingin belajar sebab seminggu lagi sekolah Cici akan melangsungkan kegiatan ujian tengah semester. Juan akhirnya ke kamar Ranny, dengan maksud mengajak Ranny untuk jalan pagi bersamannya. Namun, Ranny juga menolaknya, Ranny beralasan dia ingin mempersiapkan diri jika suatu saat dia diinformasikan untuk melangsungkan ujian skripsi. Juan akhirnya pulang ke kamarnya dan melepaskan seluru pakaian yang dikenakan untuk aktivitas jalan pagi. Akhirnya Juan juga mengurungkan niatnya untuk melaksanakan aktivitas jalan pagi. Dia kembali dududk di depan meja belajar dan melaksanakan aktivitas belajar di kamarnya. Sementra itu di kamar Tante Tina, Tante Tina sudah bangun, dia sedang merapikan ranjangnya. Sesud
Hari sudah mulai gelap, Juan dan Cici sudah membersikan menyapu dan memberi pakan pada ternak piaraan. keduanya sudah bersih dan rapi sedang bermain dengan Ardi. Keduanya menjaga Ardi sebab Ibu Resti dan Siti ada keluar ke apotik sebentar. Resti dan Ibunya ke apotik sebab Nenek Siti mengalami nyeri sendih sehingga mereka ingin ke sana untuk konsultasi dengan dokter praktek dan sekaligus membeli obat. Untuk itu, Ardi dipercayakan kepada Cici dan Juan. Sekitar satu jam Resti dan Siti ke apotik. Ketika pulang Ardi langsung di serahkan kepada Resti sebab Cici dan Juan ingin belajar untuk persiapan sekolah daring esok pagi. Lima menit setelah kembalinya Resti dan Siti dari Apotik, salah satu mobil parkir di depan rumah Anre dan Resti. Keluarga Heru sudah tiba. kedatangan mereka disambut dengan ramah oleh Anre dan Resti. Juan yang belum sempat masuk kamar di minta Ayahnya untuk segera ke dapur untuk menginformasikan kedatangan keluarga Heru. Heru dan Ibunya Shinta yang d
Setelah memperhatikan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat ice cream telah dibelanjakan oleh Tante Tina, dan tersedia di dalam kulkas, “Bahan-bahan untuk membuat ice cream sudah dibelajakan, tetapi mengapa Tante tidak membuat ice cream? sebaiknya Ranny buat ice creamnya,” gumam Ranny.Ranny akhirnya memutuskan untuk membuat ice cream. Untuk menampilkan menu makan siang yang berbeda dari biasanya, Ranny mulai membuat ice cream.Ranny menyiapkan baham delapan puluh gram susu kental manis, empat puluh gram susu bubuk, lima ratus milliliter air putih yang telah matang, satu sendok te garam, dua sendok makan maizana, setengah gelas air hangat, satu sendok makan SP (zat pengembang makakanan), sepuluh sendok makan gula pasir. Setelah bahan telah siap, Ranny mulai beraktivitas membuat ice cream. Ranny mulai mencampurkan susu kental manis, gula pasir, susu bubuk, air putih dan garam ke dalam suatu wadah kemudian Ranny memasak
Sore hari, sesuai dengan perbicaraan Ranny bersama dengan Juan dan Cici saat jalan pagi, sehingga ketiganya bersiap untuk mengunjungi pemakaman Ibu Susan. Ranny mengingatkan Cici dan Juan agar segera menyelesaikan pekerjaan sore seperti menyapu halaman dan memberi pakan pada ternak piaraan sebelum mereka berangkat ke makam Ibu Susan. Sampai di makam Ibu Susan, Ranny, Juan dan Cici membersihkan makam Ibu Susan. Setelah membersihkan makam Ibu Susan mereka duduk mengitari makam Ibu Susan, ketiganya hening sesaat. Saaat hening itu, ketiganya meluangkan waktu sebentar untuk berdoa mohon keselamatan jiwa dari Ibu Susan. Selesai berdoa mereka bertiga pulang ke rumah. Saat berjalan pulang ke rumah mereka, Juan melihat Joe dan memanggilnya. Joe pun mendekati Juan, Ranny dan Cici. Juan, Joe, Ranny dan Cici bincang-bincang sebentar. Dari bincang-bincang dengan Joe, ketiganya akhirnya mengetahui bahwa Joe hendak pergi mengunjungi makam Kakeknya–Ayah dari Ibunya. Untuk tidak menghambat per
Setelah cukup lama berbaring, dan kepenatan sudah sedikit menghilang, Ranny akhirnya bangun juga untuk melaksanakan aktivitas sore hari. Setelah itu, Ranny bangun dan mendapati Juan dan Cici sedang belajar bersama. ketika di tanya, ternyata Cici sedang membantu Juan meneyelesaikan tugas yang diberikan gurunya saat pembelajaran jarak jauh pagi tadi. Tugas sekolah juan yang dipercayakan kepada Cici untuk mengerjakannya pun sudah selesai dikerjakan. Cici menyerahkan hasil pekerjaan dari tugas sekolah Juan kepada Juan untuk dikumpulkan kepada guru yang memberikan tugas tersebut. Setelah Cici menyelesaikan tugas sekolah Juan, Cici dan Juan melaksanakan aktivitas sorek hari. seperti biasanya Cici menyapu halaman dan menyiram bunga di taman sedangkan Juan memberi pakan pada ternak piaraan. Ranny juga melaksanakan aktivitasnya di dapur bersama Tante Tina dan Ibu Resti. Sedangkan Kakek Rinto dan Anre sedang duduk santai mendengarkan lagu ‘Nyalakan Api’ lagu yang dilantunkan oleh Nike