Hari mulai gelap. Gerimis mengiringi datangnya malam. Lampu di kamar Kakek mulai menyalah. Nyala lampu kamar Kakek Rinto redup, khas rumah tua. Sayup-sayup terdengar lagu Schoon Ver Van Jou yang mendayu – dayu.
Suasana malam tanpa bintang, ditemani gerismis dan angin malam Ranny duduk di depan teras rumah. Ranny duduk menyendiri memikirkan Susan – Ibu mereka, yang terpapar Covid-19.
“Ranny, masuk ke dalam rumah, di luar dingin,” ujar Tante Tina yang datang kemudian ke teras depan.
“Ranny masih ingin duduk,Tante. Tante duluan saja masuk ke dalam rumah,” ujar Ranny.
Ranny memikirkan nasib Ibu Susan, sambil memperhatikan kristal-kristal air yang jatuh membasahi bumi, Ranny duduk di teras depan, sampai pikiran dan hatinya tenang. Ranny kadang berdiri menatap langit tanpa bintang, Ranny hanya menemukan guntur dan kilat yang sahut-sahutan. Ranny masuk ke dalam rumah, langsung ke kamarnya. Di kamarnya Ranny mengambil tas pemberian Tante Tina, Ranny mengenakan tas tersebut dan berjalan ke sana ke mari di dalam kamarnya.
Setelah itu, Ranny menyimpan tas pemberian Tante Tina pada tempat semula. Ranny juga membersikan mejah belajar sebelum dia menggunakannya. Malam ini, Ranny sangat gelisa, Ranny selalu memikirkan Susan – Ibu mereka. Pikiran Ranny tergangggu setelah tadi siang Juan memberinya bundelan koran bekas, yang memberitakan tentang virus Corona.Bundelan koran bekas masih ada di atas meja belajar Ranny. Ranny kembali membuka lembaran bundelan koran bekas untuk membacanya.
Setelah membaca bundelan koran bekas, Ranny menjadi risau. Ranny mengambil diary milikya dan menulis, “... Bohong kalau Ranny tidak risau. Bohong jika Ranny tidak gelisa. Ranny takut? Pasti! Terlalu banyak yang Ranny khawatirkan. Termasuk mengewatirkan diri Ranny sendiri. Ranny kerap keluar rumah. Jalan ke sana, jalan ke sini. Ranny bertemu teman.
Ranny bertemu dan berkumpul dengan banyak orang.Ranny dan Juan rindu masakan Ibu Susan. Masakan Ibu lesat. Covid-19, sejak pandemi semiggu lalu aktivitas Ranny di luar rumah mulai berkurang, justru bikin Ranny tambah parno. Terlebih setiap kali badan terasa tak fit. Kadang pening kepala, kadang terasa demam, padahal Ranny tahu, itu sudah biasa terjadi. Sejak hadirnya Covid-19, Ranny jadi takut batuk, takut bersin, takut demam, dan takut flu.”
Setelah selesai menulis Ranny menutup diary dan menyimpannya. Karena rasa kantuk mengintip dan menggoda Ranny, Ranny meninggalkan meja belajar menuju ranjang, Ranny berbaring dan tidur begitu pulas. Tengah malam, Ranny terjaga, Ranny bangun dan langsung duduk di samping tempat tidur. Ranny memperhatikan Jam weker di atas meja belajar menunjukkan pukul 12.00 malam.
Ranny mimpi buruk. Ranny bermimpi bahwa Ranny kejutkan oleh suara kakek yang memanggil Juan. Ranny bagun dan menujuh kamar Kakek untuk melihat-lihat apakah Kakek sedang tidur, namun rupanya kakek sedang berjaga. Kakek tidak bisa tidur malam ini. Ranny juga menujuh ke kamar Tante Tina dan kamar Juan. Sementara itu, Juan dan tante Tina pulas tidur. Ternaya Ranny hanya mimpi.”
Ranny kembali ke kamarnya dan berbaring. Ranny tidak mampu menutup mata, Ranny kembali bangun dari tidurnya dan mengambil diary miliknya dam menulis tentang mimpinya itu. Ranny menulis, “Ada mimpi yang saya percaya sebagai firasat atau tanda, ada juga mimpi yang saya anggap hanya bunga tidur.” Ranny menutup diary dan menyimpannya.
Sebelum melanjutkan tidur malam Ranny sempat membaca lembaran artikel pada bundelan koran bekas. ketika Rasa kantuknya kembali mengintip dan menggoda Ranny, Ranny menutup bundelan Koran bekas dan kembali tidur. Semuanya pada tidur menanti fajar kembali hadir di pagi hari membawa harapan baru dan cerita baru.
***
Sambil memasak di dapur, Ranny membanyangkan suatu masa nanti, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat tidak lagi di dalam ruangan. Namun, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat terjadi di ruang publik. Jika hal itu terjadi, Ranny membayangkan terjadi peristiwa sikut – menyikut, sindir – menyindir di media sosial. Semacam perang penah begitu.
Adu argumen, pendapat, menuangkan pikiran melalui tulisan. Sebab sebenarnya kata itu netral. Tidak berpihak. Hanya tafsiran manusia yang membuatnya berpihak. Bahkan, imajinasi manusia yang membuatnya liar.
Pembaca biasanya sangat suka mengikuti perang penah. Kalau menarik, keseruannya sering menyeruak keluar dari satu halaman majala atau koran menjadi seluas satu kampung, satu kota, tidak terukur menjangkau dunia pembaca. Dalam perang penah ini, isi otak anggota dewan terhormat dapat diukur dengan jelas. Kecerdasan emosional setiap orang pun dihitung dengan pasti.
Bahasa merupakan jalan untuk manusia berkembang dalam pikiran dan karakter. Melalui bahasa, manusia menghargai kehidupan. Melalui jalan bahasa, kita membangun manusia masa depan yang baik. bukankah bahasa tulisan juga punya nilai rasa, seperti menu masakan, kata, kalimat atau setiap tulisan memiliki rasa gurih, renyah, pedis, asam dan manis. Menjadi anggota dewan itu tugasnya berbicara. Ingat berbicara! Anggota dewan lebih hebat jika dapat menulis. Pintar berbicara, menulis baik dan piawai sehingga menghasilkan sesuatu untuk kepentingan rakyat yang diwakilkan.
Apakah kepentingan rakyat banyak dipikirkan dan diakomodir atau tidak. Menjadi anggota dewan terhormat harus berani berkata dan berjuang demi kepentingan rakyat. Anggota dewan terhomat itu seperti, Ibu rumah tangga yang meracik masakan yang disukai dan dinikmati seluruh anggota keluarga. Ranny menghayal. Aroma gosong ikan goreng mengundang Tante Tina pergi ke dapur. “Ranny kalau memasak jangan melamun,” kata Tanta Tina menyadarkan Ranny yang sedang menghayal.
“Rany meminta maaf,Tante Tina, karena kelalaian Ranny dalam bekerja,” ujar Ranny.
“Oh, tidak mengapa, lain kali kalau bekerja jangan mengulanginya lagi,” kata Tante Tina kepada Ranny, “Ranny istirahat sebentar, nanti Tante Tina yang melanjutkan untuk menyiapkan menu sarapan pagi,”
Juan dan Kakek Rinto sedang asyik mendengar berita tentang virus Corona. Virus yang sampai saat ini belum ada obat penawarnya. Dalam keseriusan mendengar berita Juan bertanya kepada kakeknya, “Kakek,mengapa baru saat ini virus corona itu berbahaya, padahal virus itu katanya berasal dari kelelawar sesuai berita di televisi. Juan dan Kakek tahu bahwa banyak dari masyarakat desa ini suka mengonsumsi daging kelelawar tapi masyarakat desa ini tidak apa-apa? Juan curiga jangan-jangan bukan virus tetapi bakteri sebagai penyebab dari penyakit ini.”
Kakek Rinto tersenyum dan berbicara kepada Juan, “Juan, penyebab penyakit Covid-19, entah itu virus atau bakteri, masih membutuhkan pembuktian. Obat penawar penyakit Covid-19 belum ada. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari semua orang untuk menekan laju penyebaran penyakit ini. Saat ini, setiap orang harus dapat bersahabat dengan virus Corona, semua orang harus hidup ditengah virus Corona. Awal rasanya berat tetapi nanti juga terbiasa dan orang tidak lagi takut dan terbiasa dengan penyakit virus Corona.”
“Setiap hari pembicaraan tidak terlepas dari covid-19,” kata Ranny yang sedang menuju ruang makan dengan membawa semangkuk sayur di tangannya, “Iya, setiap hari aktivitas hanya di dalam rumah. Setiap hari berita ditelevisi menyiarkan korban meninggal karena covid-19.” “Kehadiran virus corona ini akan merubah gaya hidup manusia, termasuk Juan, Ranny, Kakek Rinto, dan Tante Tina dan semua orang,” jelas tante Tina, “Anak-anak sekolah menjalani sekolah daring, kampus-kampus melaksanakan kuliah daring. Segala sesuatu dilaksanakan dari rumah dengan bantuan teknologi buatan yakni smartpon. Namun, sekolah daring atau kuliah daring memiliki banyak kekurangannya. Seperti, tidak semua peserta didik, memiliki smartpon, jika peserta didik memiliki smartpone itu pun mungkin saja dengan susah paya orangtua dari peserta didik memperolehnya. Belum lagi masalah jaringan internet, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang baik, mungkin saja di daerah tertentu ada jaringan inter
Sesudah sarapan Ranny masuk ke kamarnya. Ranny mengambil diarynya dan menulis, “pandemi corona virus ini mengubah gaya hidup semua orang. Sebelum kehadiran virus corona, orang-orang bergaul bebas, melakukan perjalanan sesuka hati. Ranny, Juan, Ayah dan Ibu selalu menikmati kebersamaan ini dengan bertamasya. Ketika Ranny, Juan dan semua anggota keluarga berkumpul, di sana ada kegembiraan. Namun, tidak untuk saat ini. Sekarang berbeda. Kini di masa pandemi virus corona ini masyarakat dihadapkan pada kegelisahaan dan ketakutan, kesepian dan kesendirian di saat orang hendak memenuhi kebutuhan hidup, mereka kehilangan pekerjan di saat hendak perpergian orang takut terserang virus corona.” Ranny menghentikan sebentar ketika pintu kamarnya diketuk. “Kak Ranny tolong bukakan pintunya, ini dengan Juan.” Kata Juan. “Juan, apa yang boleh Kak Ranny bantu?” kata Kak Juan sambil berdiri membukakan pintu untuk Juan. “Maaf, Kak Ranny jika Juan mengganggu, Juan minta bantuan
Malam ini, kegiatan di dapur agak terganggu. Tante Tina mengalaminya, karena ketika Tante hendak menyalakan kompor gas, rupanya kehabisan gas. Tante Tina menuju ke pondok di samping dapur. Pondok itu beratapkan rumbai daun lontar. Dinding pondok terbuat dari belahan bambu. Tante Tinna mengambil kayu bakar dan menyalakan api di tunggku perapian. Tante Tinna memasak semuanya di tungku api. dari balik pintu Rany memperhatikan Juan. Juan duduk di teras depan dengan raut wajah Juan dipenuhi rasa kesedihan. Untuk sekian kalinya Ranny melihat Juan duduk menyendiri. Kelopak matanya sembap. Tatapannya kosong layaknya seorang yang kehilangan separu nyawa. Hampir setiap saat Ranny melihat adiknya seperti itu. Duduk termangu jika tak ada teman diskusi. Oleh sebab itu, Ranny dan Kakek Rinto selaku mengajaknya diskusi atau berbicara berbagai hal agar Juan dapat terhindar dari kesedihannya. Seharian mereka bersenang – senang di lahan pertanian.Namun, rasa kesedihan Juan belum juga hi
Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue, beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran. Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu. Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah, Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue. Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan
Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?” “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Kakek Rinto, dan Juan, sibuk membaca di ruang rekreasi, sedangkan Tante Tina dan Ranny asyik menonton menonton film kesukaan di televisi. Mereka sampi lupa waktunya makan siang. mereka disadarkan oleh bunyi lonceng gereja yang berdentangan tepat pukul 12.00 siang. Kakek yang sedang serius membaca koran berkata kepada Kakek Tina dan Ranny, “Tina, Ranny sudah waktunya makan siang, tutup televisinya. Mari, kita ke ruang makan.” “Aduh, nanggung Kakek, Film nya kren, tetapi Kakek menyuru unuk menutup tetevisi, ya, terpaksa,” ujar Ranny yang sedang penasaran dengan alur cerita dari film tersebut. “Selesai makan siang, bisa lanjut menonton,” kata Kakek Rinto, “Kakek sudah keroncong. Ayo, ke ruang makan.” Kakek Rinto, Juan, Tante Tina, Ranny bersama-sama ke ruang makan untuk makan bersama. di dalam keluarga Anre selalu diajarkan untuk makan bersama, jika semua anggota berada di rumah. Anggota keluarga dapat tidak hadir dalam makan bersama jika sakit
Usai makan siang, Ranny dan Juan serta yang lainnya keluar dari ruang makan. ereka ke kamar mereka masing-masing untuk istirahat siang. Ranny masuk ke kamarnya dan mulai berbaring di tempat tidur sebelmum terlelap dia mengambil ponselnya dan jari-jemarinya mulai mengusap-usap layar ponsel miliknya. Saat sedang asyik mengusap-usap layar ponsel, ada panggilan masuk dari Ibu Relly. Ranny akhirnya menerima panggilan dari Ibu Relly. Ibu Relly menyampaikan bahwa esok akan diadakan kegiatan sosial penyerahan bantuan pasca pengungsian kepada para pengungsi erupsi gunung berapi. Menerima Informasi dari Ibu Relly, Ranny hanya menarik nafas panjang. Ranny bergumam “Ah, kegiatan sosial lagi.” Setelah menerima Informasi dari Ibu Relly, Ranny mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja belajar dan Ranny berbaring pulas siang itu.Sementara itu, Juan dan Heru temannya masih bermain game. mereka tidak istirahat siang sehingga akhirnya mereka ditegur oleh Resti
“Apa? Anre diterima jadi pengemudi di kampus?” tanya Kakek Rinto yang baru saja keluar dari kamarnya. Kakek Rinto datang dan menyalami Anre. Resti menyampaikan kepada Kakek Rinto bahwa mereka semua suda sepakat bahwa acara syukuran akan dikasanakan nanti malam. Namun, Kakek Rinto membatalkan rencana acara syukuran yang telah mereka sepakati bersama. “Kakek Rinto lebih terkesan jika syukuran atas pekerjaan yang dipercayakan kepada Anre ini diujudkan dalam doa kepada sang pencipta yang memberi rezeki kepada keluarga ini, sebab untuk Kakek Rinto, bersyukur tidak harus pesta dengan acara makan bersama,” ujar Kakek Rinto.“Kalau itu keinginan Kakek Rinto, kami yang lain mengikuti keinginan Kakek,” ujar Resti.“Ealah, padahal Juan dan Heru sudah menyiapkan kejutan untuk Ayah Anre, saat acara malam nanti” ujar Juan.“Setelah berpikir-pikir, Tante Tina juga sependapat dengan Kakek Rinto, bersyukur tidak selamanya den
04.15 AM Ranny terjaga dari tidurnya, tetapi belum berajak dari ranjang. Tubuhnya masih berada di bawa selimut. Dinginnya suhu pagi ini menjadikan Ranny enggan melepaskan selimut dari tubuhnya. Dia terjaga oleh panggilan masuk pada ponsel miliknya, dengan posisi berbaring dia berusaha mengambil ponselnya yang dia letakan di atas meja belajar. Setelah digapainya ponsel miliknya dia memperhatikan pada layar, ternyata panggilan masuk dari Ibu Relly. Ranny menerima panggilan masuk dari Ibu Relly dengan penu harapan akan memperoleh informasi mengenai jadwal ujian skripsi sesuai dengan informasi yang dia pernah terima dari temannya Lima kemarin siang meski akhirnya ketahuan bahwa Lina berbohong. Namun, apa yang diharapkan tidak diperbincangkan oleh Ibu Relly saat menelpon Ranny. Hal yang diutarakan Ibu Relly ketika menlpon Ranny adalah mengenai surat dari rektorat kepada Ayahnya. Dari balik layar ponsel Ibu bertanya kepada Ranny, “Apakah Ayahmu Anre sudah menerima surat pang
03.15 PM Ranny terjaga dari istirahat siang. Dia bangun dari ranjang, merapikan Ranjang setelah itu duduk di depan meja belajar. Dia mengaktifkan laptop miliknya dan membuka folder bantuan team relawan kampus, dia juga membuka file rekapan bantuan pengungsi. di dalam file itu, dia mulai mengisi data sesuai dengan jenis bantuan, nama donatur dan tanggal penerimaan. Ranny kelihatan sangat serius mengerjakan pekerjaan merekap data donatur dan jenis bantuannya. sedangkan Heru dan Juan sudah bermain bersama di kamarnya Heru. Mereka tidak bermain game online melainkan mereka bercerita tentang cita-cita mereka, Heru ingin menjadi guru, Juan ingin menjadi dokter. heru beranggapan bahwa guru merupakan pekerjaan mulia, sedangkan Juan berpikir bahwa dokter mrupakan pekerjaan mulia. Mereka berduakadang tertawa dan saling melempar bantal. kadang mereka melompat-lompat di atas ranjang. karena terlalu gaduh keduanya ditegur oleh Ibu Shinta, “Heru, dan Juan, kalau ber
04.15 AM Ranny sudah bangun, Cici juga sudah bangun, dia sedang belajar di kamarnya. Juan sudah bangun dari tadi, dia sudah mengenakan dengan sepatu kets miliknya, dia datang ke kamar Cici dan mengajak Cici untuk lari pagi bersama. Namun, Cici menolak dengan alasan dia ingin belajar sebab seminggu lagi sekolah Cici akan melangsungkan kegiatan ujian tengah semester. Juan akhirnya ke kamar Ranny, dengan maksud mengajak Ranny untuk jalan pagi bersamannya. Namun, Ranny juga menolaknya, Ranny beralasan dia ingin mempersiapkan diri jika suatu saat dia diinformasikan untuk melangsungkan ujian skripsi. Juan akhirnya pulang ke kamarnya dan melepaskan seluru pakaian yang dikenakan untuk aktivitas jalan pagi. Akhirnya Juan juga mengurungkan niatnya untuk melaksanakan aktivitas jalan pagi. Dia kembali dududk di depan meja belajar dan melaksanakan aktivitas belajar di kamarnya. Sementra itu di kamar Tante Tina, Tante Tina sudah bangun, dia sedang merapikan ranjangnya. Sesud
Hari sudah mulai gelap, Juan dan Cici sudah membersikan menyapu dan memberi pakan pada ternak piaraan. keduanya sudah bersih dan rapi sedang bermain dengan Ardi. Keduanya menjaga Ardi sebab Ibu Resti dan Siti ada keluar ke apotik sebentar. Resti dan Ibunya ke apotik sebab Nenek Siti mengalami nyeri sendih sehingga mereka ingin ke sana untuk konsultasi dengan dokter praktek dan sekaligus membeli obat. Untuk itu, Ardi dipercayakan kepada Cici dan Juan. Sekitar satu jam Resti dan Siti ke apotik. Ketika pulang Ardi langsung di serahkan kepada Resti sebab Cici dan Juan ingin belajar untuk persiapan sekolah daring esok pagi. Lima menit setelah kembalinya Resti dan Siti dari Apotik, salah satu mobil parkir di depan rumah Anre dan Resti. Keluarga Heru sudah tiba. kedatangan mereka disambut dengan ramah oleh Anre dan Resti. Juan yang belum sempat masuk kamar di minta Ayahnya untuk segera ke dapur untuk menginformasikan kedatangan keluarga Heru. Heru dan Ibunya Shinta yang d
Setelah memperhatikan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat ice cream telah dibelanjakan oleh Tante Tina, dan tersedia di dalam kulkas, “Bahan-bahan untuk membuat ice cream sudah dibelajakan, tetapi mengapa Tante tidak membuat ice cream? sebaiknya Ranny buat ice creamnya,” gumam Ranny.Ranny akhirnya memutuskan untuk membuat ice cream. Untuk menampilkan menu makan siang yang berbeda dari biasanya, Ranny mulai membuat ice cream.Ranny menyiapkan baham delapan puluh gram susu kental manis, empat puluh gram susu bubuk, lima ratus milliliter air putih yang telah matang, satu sendok te garam, dua sendok makan maizana, setengah gelas air hangat, satu sendok makan SP (zat pengembang makakanan), sepuluh sendok makan gula pasir. Setelah bahan telah siap, Ranny mulai beraktivitas membuat ice cream. Ranny mulai mencampurkan susu kental manis, gula pasir, susu bubuk, air putih dan garam ke dalam suatu wadah kemudian Ranny memasak
Sore hari, sesuai dengan perbicaraan Ranny bersama dengan Juan dan Cici saat jalan pagi, sehingga ketiganya bersiap untuk mengunjungi pemakaman Ibu Susan. Ranny mengingatkan Cici dan Juan agar segera menyelesaikan pekerjaan sore seperti menyapu halaman dan memberi pakan pada ternak piaraan sebelum mereka berangkat ke makam Ibu Susan. Sampai di makam Ibu Susan, Ranny, Juan dan Cici membersihkan makam Ibu Susan. Setelah membersihkan makam Ibu Susan mereka duduk mengitari makam Ibu Susan, ketiganya hening sesaat. Saaat hening itu, ketiganya meluangkan waktu sebentar untuk berdoa mohon keselamatan jiwa dari Ibu Susan. Selesai berdoa mereka bertiga pulang ke rumah. Saat berjalan pulang ke rumah mereka, Juan melihat Joe dan memanggilnya. Joe pun mendekati Juan, Ranny dan Cici. Juan, Joe, Ranny dan Cici bincang-bincang sebentar. Dari bincang-bincang dengan Joe, ketiganya akhirnya mengetahui bahwa Joe hendak pergi mengunjungi makam Kakeknya–Ayah dari Ibunya. Untuk tidak menghambat per
Setelah cukup lama berbaring, dan kepenatan sudah sedikit menghilang, Ranny akhirnya bangun juga untuk melaksanakan aktivitas sore hari. Setelah itu, Ranny bangun dan mendapati Juan dan Cici sedang belajar bersama. ketika di tanya, ternyata Cici sedang membantu Juan meneyelesaikan tugas yang diberikan gurunya saat pembelajaran jarak jauh pagi tadi. Tugas sekolah juan yang dipercayakan kepada Cici untuk mengerjakannya pun sudah selesai dikerjakan. Cici menyerahkan hasil pekerjaan dari tugas sekolah Juan kepada Juan untuk dikumpulkan kepada guru yang memberikan tugas tersebut. Setelah Cici menyelesaikan tugas sekolah Juan, Cici dan Juan melaksanakan aktivitas sorek hari. seperti biasanya Cici menyapu halaman dan menyiram bunga di taman sedangkan Juan memberi pakan pada ternak piaraan. Ranny juga melaksanakan aktivitasnya di dapur bersama Tante Tina dan Ibu Resti. Sedangkan Kakek Rinto dan Anre sedang duduk santai mendengarkan lagu ‘Nyalakan Api’ lagu yang dilantunkan oleh Nike