Home / Romansa / Jangan Mencintaiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jangan Mencintaiku: Chapter 21 - Chapter 30

123 Chapters

21#Apa Kita Bisa Saling Percaya

Mexsi sampai di depan rumahnya. Menuruni motor, bergegas masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk. Ibunya menyapa tapi putranya hanya menengok sebentar, lari ke atas kamarnya. Ibu Mexsi hanya ingin memberi tahu bahwa salah satu temannya sedang menunggunya di sana. Tapi yasudahlah! Mungkin putranya sudah mengetahui hal itu. Ibunya melanjutkan menonton kartun kesukaannya Spongebop, maklum masih jadi film terfavorit sampai sekarang. Cklek! Membuka pintu. Menurunkan tasnya. Membuka tasnya, mengambil sebuah buku yang Mexsi beli tadi di toko. Membuang tasnya ke arah sofa yang berada di ujung kamarnya, terdengar suara dari sana. "AAAWS!" Mexsi terkejut bukan main saat mengetahui Tino berada di kamarnya. Tas yang ia lempar tak sengaja mengenai kepala Tino, ia menepuk jidatnya sendiri. "Ngapain si lo di sini? Lagian ko bisa nyokap gue izinin lo masuk ke kamar gue. Tanpa se-izin pemiliknya lagi?" Me
Read more

22#Kenyataan Yang Pahit

Duduk santai dimeja makan, Kayla sarapan hanya memakan sebagian roti selai kacangnya. Bukan, mungkin makan sedikit sekali. Ibu Kayla tidak bisa tinggal diam melihat keadaan putrinya terus seperti ini, takut jika terbaring sakit lagi.Ibu Kayla memberikan kantung plastik berwarna putih. Dihadapannya.Kayla tergelak, mengulurkan sebelah tangan dan menyentuh kepala. Menggaruk-garuk kepalanya heran, tak harus menunggu lama. Ia membuka dan melihat apa isi di dalam kantung plastik yang berada dihadapannya."Kayla harus meminum vitamin ini, setiap hari mulai sekarang," ucap ibunya."Apa Mama bilang, vitamin?" mulutnya membulat menatap ibunya kosong. "Buat apa Mah? Aku baik-baik aja. Aku sehat ko, gak ah, apa kata teman aku nanti."Kayla langsung menolak. Ia menyingkirkan kantung plastik itu dari hadapannya.Ibunya cemberut. "Yaudah malu aja sama teman kamu, berarti kamu lebih pil
Read more

23#Terungkapnya Sebuah Rahasia

Kayla tercengang. Jantungnya terasa berhenti berdebar. Napasnya tercekat. Ia tidak percaya pada pendengarannya. Apa yang dikatakan Dokter Mala tadi? "Apa katamu?" tanya ibunya juga ikut terperanjat. "Tapi, aku juga tidak menginginkan putrimu menderita karena sakitnya. Aku minta maaf... " Dokter Mala menjelaskan dengan nada pasrah. Ibu Kayla sudah tidak mampu berkata-kata. Dokter Mala hanya bisa memeluk dan mencoba menenangkan pikirannya. Kaki Kayla mendadak lemas. Ia memutar tubuh dan harus bersandar di tembok supaya tidak jatuh. Apa yang dikatakan Dokter mala tadi... ? Penyakit... ? Kanker darah? Merasa pusing seakan-akan seluruh darah di tubuhnya terserap keluar. Tangannya dingin dan selain itu Kayla tidak merasakan apa pun. Bahunya tegang, dadanya berat sekali. Paru-parunya tidak mau berfungsi. Ia tidak bisa bernapas. Kepalanya terasa berat. Tida
Read more

24#Happy Birthday

Kelas begitu sepi. Pada hal sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi, tidak ada siapa pun di sana. Kayla tahu betul hari ini bukan tanggal merah, tidak libur. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kah telah terjadi sesuatu? Aneh sekali benar-benar aneh... Kayla menarik gagang pintu kelas. Membuka pintu perlahan. Pertama yang masuk menjulurkan kepala terlebih dahulu, menengok ke berbagai arah. Kedua bola mata memutar ke sana kemari. Aman... gadis itu melangkahkan kaki kanannya. "Happy birthday, Kayla." teriak semua orang yang berada di kelas. Tina membawakan kue. Kayla hampir saja meniup lilinnya yang lain tersenyum, sampai membuatnya tersenyum bahagia dan terharu. Tina menjauhkan kue darinya. "Buat permintaan dulu dong." Kayla sedikit cemberut, sebelum membuat permintaan ia mencari sesuatu. Ke mana perginya lelaki itu? Sudahlah, jika dia hadir pasti akan memb
Read more

25#Biarkan Aku Tetap Disampingnya

Sudah berapa lama ia berdiri di sini? Menikmati kesunyian dan kesendiriannya. "Sudah gue duga lo akan datang, kemari." Suara itu memecahkan kabut hitam disekeliling Kayla. Ia mengangkat wajah dan menoleh dengan cepat. Napasnya tercekat ketika mendapati Mexsi berdiri di sampingnya. Kayla terpana. Apakah ia sedang bermimpi? Mungkin saja. Mexsi menatapnya dengan mata yang lembut, tersenyum kepadanya sama seperti senyuman Morgan... sangat disukainya. Lalu Mexsi mengulurkan tangan kanannya dan membelai lembut kepala Kayla. Gadis itu bisa merasakan sentuhan tulusnya. Ternyata ini bukan mimpi. Mexsi sungguh ada di sampingnya, tersenyum kepadanya, berbicara kepadanya. "Lo tahu... gue hampir mati, jika gue gak segera menemukan lo?" ungkap Mexsi sambil menghembuskan napas. "Gue hampir kehabisan napas, karena lelah mencari." Begitu mendengar lelaki itu dan mendengar suaranya, mendadak saraf Kayla kembali bekerja. Berbagai sentuhan perasaan memban
Read more

26#Jangan Sakit, Kau Melukaiku!

Malam dipenuhi bintang. Terdapat bulan sabit di atas sana, indah sekali. Sungguh malam yang sangat sempurna, akan menyesal jika Kayla harus menolak ajakan Mexsi. Namun, dia yakin. Semakin dekat dengan Mexsi semakin merasakan perasaannya, perasaan yang dipendam terlalu dalam, hampir meluap keluar. Jam 19.00. Terdengar suara derem knalpot motor Mexsi yang berderu-deru. Seketika menghancurkan lamunan Kayla, menengok ke jendela. Mexsi sudah berada di depan pintu, sebelum mengetuk pintu. Pintu terbuka, terlihat gadis cantik memakai dres berwarna merah muda. Rambutnya terurai. Warna bibirnya sungguh menggoda, merah muda alami. "Ehem... " ibu Kayla mendehem. Keduanya terkejut menatap ibu Kayla. "Jadi, kamu berlama-lama di dalam kamar... ini alasannya. Merias diri karena akan pergi deng- "Sebelum ibunya membongkar dirinya yang berhias cukup lama, dan sebelum membuat kedu
Read more

27#Kematian Yang Membawa Luka

Mexsi menelpon ke sekolah. Ia menunggu di sana, membeli kacamata hitam dan memakai topi. Tino merasa kehausan, meminta pada Mexsi. Merasa kasihan lelaki itu pergi mencari minum untuk Tino.   Belum lama Mexsi pergi seorang gadis dari kejauhan berlari ke arah Tino.   Tino terkesiap kaget, gadis itu berada dihadapannya. Kini pertanyaannya berubah bukan tentang Mexsi. Tetapi gadis yang menghampirinya diparkiran. Wajahnya benar-benar mirip dengan Kayla, tapi dia tahu betul gadis itu terbaring lemah di rumah sakit, kepala Tino bagai dihantam beton.   "Where are you going?" tanya gadis itu.   "I'm stupid and speechless indonesia," jawab Tino apa adanya. Sangat menjelaskan bahwa ia tidak bisa berbahasa asing.   "Hahah... dari indonesia?" gadis itu sedikit tertawa.   Hanya satu anggukan pelan. "Lo gak bilang bisa bahasa Indonesia, tapi bahasa inggris gue bagus kan?"
Read more

28#Amarah Yang Meluap Keluar

Satu bulan berlalu... berlarut dalam kesedihan, Mexsi berubah menjadi seperti dulu lagi. Diam, dingin, cuek dan pemarah. Tino akhirnya bertobat sebagai raja jail, Ino dan Tina turut bahagia tentang perubahan Tino tapi tidak dengan Mexsi. Jika ada yang mengganggu, amarah Mexsi meledak. Sampai Tino takut menyapanya, meski duduk bersebelahan lelaki itu seperti duduk sendirian. Mexsi pergi ke tempat yang pernah didatanginya bersama Kayla. Begitu banyak kenangan meski sedikit waktu yang diberikan, kenangan gadis itu akan selalu tetap tinggal di dalam hatinya. Mengambil air minum melamun, makan melamun, bahkan sedang bicara dengan ibunya tetap melamun. Ibunya hanya bisa mencoba memberi pengertian, namun putranya tidak berubah sama sekali. *** Pelajaran akan segera dimulai, Padil akan menutup pintu kelas tiba-tiba seseorang menahan pintu. Ia masuk ke dalam, pak Selamet melotot melihatnya. Si
Read more

29#Perbedaan Sifat Mereka

Hari minggu. Bagi kebanyakan orang hari minggu adalah hari santai, istirahat dan bersenang-senang. Berbeda dengan Mexsi, jam empat sore. Ia sudah ada di sana, di Taman. Duduk di atas bangku taman. Tangan kanannya memegang foto. Foto tentang ia, kakanya dan juga Kayla. Lucu sekali, jika mereka berdua masih hidup pasti adik kaka itu akan saling merebutkan cinta gadis yang mereka sayangi. Takdir sudah menentukan jalannya sendiri, kini hanya mengikuti ke mana takdir itu akan membawanya. Jika Kayla datang ke sana setiap hari minggu. Berbeda dengan Mexsi. Setiap kali pulang sekolah, ia akan menyempatkan diri ke taman itu. Berharap dapat terus mengingat hari di mana kisah cintanya di mulai, sampai pergi tak pernah kembali. "Gue boleh duduk disamping lo?" tanya Will. Pertanyaan Will membuat Mexsi sedikit terkejut. Lelaki itu menoleh menatap Will sebentar mengangguk. "Gue gak pernah nyangka, g
Read more

30#Cobaan Si Pemalas

Diusir, ditolak, dicacih, tak dihargai. Mexsi hanya bisa terima, gadis itu terus saja mengganggu pikirannya. Datang dan pergi sesuka hatinya, masker dan topi hitam yang ia kenakan sedikit membantu komunikasinya. Mexsi menunggu Keyla keluar dari sana, banyak nyamuk yang menyerang kulitnya ia tetap tak bergeming hanya terdiam menunggu di sana. Lama menunggu akhirnya gadis itu keluar. Ada yang aneh saat Gadis itu keluar dari tempat les. Tak ada semangat rambutnya tetap berantakan seperti biasanya. Beberapa kali Mexsi perhatikan, Keyla tampak ngantuk, cowok itu khawatir saat berjalan nanti terjadi sesuatu padanya. "Apa gue anter aja," kata Mexsi akan mengambil motor. "Tapi... dia akan menolak dan bilang gue bukan anak kecil."  Bicara sendiri terpaksa Mexsi mengikutinya secara diam-diam. Gadis itu berjalan sempoyongan. Saat menyebrang matanya menyipit, mobil sedang melintas. Mexsi syok melihatnya, berlari menarik tubuh gadis itu ke pinggir jalan.
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status