Home / Romansa / Jangan Mencintaiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jangan Mencintaiku: Chapter 11 - Chapter 20

123 Chapters

11#Yang Marah Siapa? Yang Kena Marah Siapa?

Sarah mendatangi kantin ibu Ino pada saat jam pulang sekolah, pada hal sudah mau tutup tapi Sarah dengan sangat tidak sopan menaikan kedua kakinya ke atas meja. Kawal, Kiwil dan Kawul menemaninya.  Ino dan ibunya yang sedang bebenah, saling pandang. Ibunya mengerjapkan mata, Ino mengangguk tidak jadi tutup, mereka menuruti kemauan Sarah dengan sopan. Memesan bakso, tak lama kemudian putri kepala sekolah itu berteriak. Ino dan ibunya panik, secepatnya memastikan keadaan putri kepala sekolah. "Aaaa!" teriaknya. "Ada apa Non?" tanya ibu Ino. "Lo gak punya mata!" bentaknya pada ibu Ino. "Coba liat, di dalam bakso gue ada kecoanya." Sarah menunjuk ke arah mangkuk yang ada di depannya. Kawul memotretnya dan memposting di instagram. "Pokoknya gue gak mau tahu, kalian harus keluar dari kantin ini, gue gak mau tahu. Besok harus gak ada muka k
Read more

12#Mulai Melupakan Masa Lalu

Kayla berdiri memegang bahu atap lantai tiga, menangis tidak memedulikan luka di tangannya. Darah terus mengalir dari telapak tangannya.   Mexsi melihatnya di sana. Ia mendekat, kakinya kaku, apa yang sebenarnya ia lakukan? Apa pedulinya pada gadis itu, akhir-akhir ini ia begitu peduli terhadapnya. Peraturan di dalam dokumen kebencian yang telah Mexsi buat, kini satu demi satu dilanggarnya sendiri, mulutnya berkata untuk apa memedulikan Toa, bukannya bagus! Jika dia menderita? Namun, hatinya berkata sebaliknya.   Saat teringat permintaan Toa yang meminta agar memaafkan dirinya, dan menjadi teman bukan musuh. Perlahan langkah kakinya yang panjang, mendekat memegang tangan gadis itu secara tiba-tiba.   Seketika membuat Kayla menengok ke sebelah kanan, matanya membulat, mulutnya terbuka lebar, jantungnya seketika berhenti dalam sedetik m
Read more

13#Ternyata Ulah Dia

Pukul 20.00 WIB.Seseorang memakai tudung jaket berwarna biru gelap, menutup wajah menerobos masuk ke dalam sekolah. Mexsi berada di sana menyempatkan diri membaca di ruang perpustakaan. Salah satu hobinya membaca tanpa ada orang lain yang mengganggu di sekelilingnya, apalagi para gadis yang mengejarnya. Anggap saja angin puting beliung yang lagi lewat.Seseorang yang bertudung itu melewati perpustakaan menuju ruang guru, Mexsi melihat ada orang yang terlihat mencurigakan. Mengikuti dari belakang secara perlahan-lahan, orang yang bertudung itu mendekati meja salah satu guru yang mengajar di sekolah.Membungkuk, perlahan membuka laci mengambil ponsel yang ada di dalam sana. Saat orang itu berdiri lampu tiba-tiba menyala, matanya membulat, wajahnya berubah ambigu tidak berani menengok ke belakang. Terpaku diam sembari memegang ponsel, keringat mulai menetes turun dari dahinya.Mexsi mendekat ke arahnya, meme
Read more

14#Kali Ini Dia Jadi Penolongku

Tiba di depan ruang guru, Kayla menarik napas berat, melangkah masuk menemui pak Selamet. Membawa bukti, ketika berhadapan dengan guru yang ditujunya ia terdiam cukup lama. Sampai pak Selamet menggebrak meja, tentu saja Kayla terkejut, mengelus dada. "Sa-saya... ingin membuktikan kantin ibu Ino itu bersih Pak, gak ada kecoanya." gumamnya mengerutkan kening. "Kamu punya bukti? Jika tidak ada, jangan ganggu Bapak!" pak Selamet berteriak. "Ada ko Pak, ini." Kayla menyodorkan ponselnya. Pak Selamet meraih ponselnya, mulai mendengar suara dari dalam sana. "Kawul, lo jaga di depan pintu. Jangan ada yang sampai masuk, gue mau konsentrasi," kata Kawal menyuruhnya berjaga di depan pintu. "Lo tenang aja Kawal," jawab Kawul bersemangat. "Dan lo, Kiwil. Karena air kerannya sering macet, lo harus ikut gue ke dalam." perintah Kawal. "Kawal, gak
Read more

15#Tidak Mungkin

Matahari sore menggantung rendah dilangit, angin bertiup pelan, duduk di atas bangku taman, kedua tangan tanpa memakai perban perlahan mulai sembuh. Kayla menggenggam sebuah foto, terdapat dua anak kecil yang sedang tersenyum bersama di sana. Dirinya dan juga seseorang yang sedang ia tunggu, anak lelaki yang berjanji mengatakan sesuatu padanya. Gadis itu menunggu di taman, namun... seseorang yang ia tunggu, tak kunjung datang. Saat itu usianya menginjak sebelas tahun, entah mengapa, Kayla sangat membenci saat-saat itu. Ditinggalkan oleh seseorang yang berarti dihidupnya satu demi satu mereka pergi, dan belum kembali. Terpuruk dalam kesedihan, anak lelaki yang di foto menghampirinya. Memberikan Kayla semangat dalam menjalani hidup, yang bernama Mexsi perlahan membuatnya tersenyum kembali. Membawa kehangatan di dalam hatinya. Namun sayang, tidak kunjung datang, seperti menghilang ditelan bumi. Sampai matahari tenggelam, ditelan malam. Seti
Read more

16#Surat Wasiat

Mexsi duduk santai, kedua tangannya memegang pistol dengan posisi kepala di miringkan ke kiri sedikit. Membidik secara fokus dan langsung mengenai sasaran. Memasukan umpan, ceklek, mengetes. Kedua bola matanya serius menatap sasaran, tatapannya menajam setajam silet, keringat mulai menetes turun dari dahinya. DOR! Satu tembakan mengenai sasaran... Mexsi tersenyum licik, menurunkan kedua lengannya perlahan. 'Aaaa!' suara teriakan gadis itu langsung terdengar, Mexsi berhasil membidik hidung Toa. Dengan pistol mainan, pada ujung umpannya terdapat bulatan karet, jika di arahkan menempel pada sasaran. Suara teriakan berasal dari leptopnya, yang sengaja memutar suara teriakan seorang gadis. Sedangkan sasarannya hanyalah sebuah foto, hasil karyanya sendiri. Beginilah Mexsi saat sedang di dalam kamarnya, apalagi saat sedang marah. Melampiaskan amarahnya pada foto gadis kecil yang sangat ia benci, siap
Read more

17#Bersembunyi Di Bawah Hospital Bed

Mexsi melewati lorong sekolah. Biasanya terdengar suara atau gosip tapi tumben sekali sepi sampai berada di dalam kelas. Belum ada perbincangan apapun dari mereka, berarti mereka belum mengetahui kalau Kayla berada di rumah sakit. Pak Selamet mulai mengabsen satu persatu, Mexsi sudah siap jika mendengar nama asli Toa. Ia melepaskan headsetnya, tiba-tiba Padil bangkit. Padil mendekati Pak Selamet. "Ada apa Padil? tanya Pak Selamet menatapnya. "Tadi saya baru saja mendapatkan kabar, bahwa saya disuruh memberi tahu Bapak. Bahwa salah satu siswi yang bernama Kayla Prawijaya sedang di rawat di rumah sakit." ia berbisik pada gurunya. "Baiklah, kenapa kamu bisik-bisik?" tanya kembali pak Selamet. "Gimana jawabnya ya Pak. Soalnya ada tukang kepo, nanti saya ditanyain habis-habisan. Apalagi kalau pas Bapak lagi mengajar, kan mengganggu yang lain." "
Read more

18#Terungkapnya Rahasia

Hari yang cukup indah, matahari pagi yang cerah, langit-langit begitu biru, angin berhembus pelan.Tapi tidak dengan suasana hati Kayla, perasaannya dipenuhi secercah kebencian. Tak biasanya bersikap begini, mungkin ia merasa sedang menjadi mainan di dalam lingkup kehidupan Mexsi.Apa salahnya? Apa yang sebenarnya dia inginkan darinya? Apa? Apa? Berikan dia kesabaran.Bu Riska mulai mengabsen. Kali ini Mexsi tidak membawa headset, kapas. Tak berlari ke belakang ngumpet dipojokan, hanya menatap ke tempat duduk gadis itu sambil memasang kedua telinganya lebar-lebar."Kayla Prawijaya," sebut bu Riska."Hadir Bu," ucap Kayla.Kayla, nama yang cukup indah. Jadi namanya Kayla Prawijaya...Salah satu siswa berada pada tengah lapangan, dia digosipkan merokok di dalam kamar mandi. Bekas rokoknya dia lempar ke kamar mandi sebelah, orang yang berada
Read more

19#Kenyataan Yang Pahit

Bel istirahat berbunyi, Kayla berlarian. Di tengah lapangan ia melihat seseorang, langsung memeluknya di hadapan semua siswa yang sedang berhamburan keluar dari kelas.Tentu saja seseorang itu terkejut. Dia membalas pelukan Kayla sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. Mexsi mengejar Kayla, tapi saat tahu gadis itu jatuh dipelukan orang lain. Mexsi terdiam memperhatikan mereka.Seseorang telah datang, lelaki yang suka menyimpan rahasia. Perkenalkan Will William, yang datang dari Australia. Sahabat kecil Kayla, yang sangat dirindukan.Will menatap Mexsi yang sedang memperhatikan mereka, lelaki itu membalas menatapnya.Mereka saling bertatapan, dengan tatapan yang tak biasa sebuah tatapan tajam terpancar dari kedua bola mata mereka."Gue, kehilangan dia Will... semuanya telah berakhir. Gue gak bisa hidup lagi, semua impian gue hancur." Kayla terus saja menangis.Will menatap
Read more

20#Perasaan Yang Mengganggu

Semua siswi berkumpul ke tengah lapangan. Mereka sedang menunggu seseorang, Kayla mendekati Tina. "Tin ada apa? Ko pada kumpul gini?" tanya Kayla sedikit penasaran. "Gue juga gak tahu, tapi katanya bakal ada anak baru," jawab Tina santai menatap lekat-lekat ke arah pintu gerbang. "Kebanyakan yang nunggu cewek, gue yakin pasti anak barunya cowok yang tampan." "Iya lo benar Kayla, gue makin penasaran," kata Tina teringat kejadian kemarin saat Kayla lari-lari gak jelas. "Kemarin, lo kenapa? Lari-larian gitu."  Rasa penasaran Tina semakin menjadi saat melihat wajah sahabatnya berubah ambigu. "Oh itu... gue, gu- " Tidak lama kemudian lelaki yang ditunggu-tunggu pun datang. Semua siswi berteriak histeris bahkan ada yang bersiul. Mexsi dan Will datang secara bersamaan. Kayla menghindar dari pertanyaan Tina, memilih memanggil Will. "Will!" teriak Kayla memanggil dari kejauhan. Will mencari sumber suara itu.
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status