Gelas itu hancur menjadi serpihan kecil, bagaikan hati Keyla saat ini. Melotot menatap orang tua itu, dia adalah pembunuh ayahnya. "Key," ucap Mexsi menegur Keyla. Namun Keyla tak bergeming beberapa saat, ia memegang dadanya yang semakin lama semakin sesak. Sakit rasanya, berlari keluar dari lestoran itu. Mexsi sempat memegang lengannya, namun ia mengernyitkan keningnya, bagaikan menahan sedih dan amarah. Tanpa Mexsi sadari, ia menurunkan lengan Keyla secara perlahan. Gadis itu pun melanjutkan pergi dari sana meninggalkan tempat itu. Berlari, pada hal saat ini ia sedang menggunakan sepatu hak tinggi. BRUGH! Keyla terjatuh. Tangan kirinya memegang dadanya yang terasa sangat sesak, sedangkan tangan kanannya memegang rumput. Hujan secara tiba-tiba turun, membasahi tubuhnya, lengkap sudah penderitaannya. "Apa ayah mengenalnya?" sontak Mexsi dengan pertanyaannya. Bertanya tanpa menatap wajah ayahnya. "Gak, ayah tidak mengenal wanita
Read more