Semua Bab Sebentuk Hati untuk Jingga: Bab 41 - Bab 50

86 Bab

Chapter 41 - Lagi-Lagi Bertengkar

Jingga duduk termenung di kasur. Tidak biasanya Angkasa tak mengirim pesan seperti pagi itu. Hanya ucapan basa-basi “selamat pagi” yang dia terima.Selanjutnya, pria itu tidak lagi mengirim pesan.[Selamat pagi, Sayang] sapa Jingga lewat sebuah pesan.Tidak ada jawaban. Jingga masih tetap menunggu. Dia melakukan aktivitas seperti biasa. Sesekali, dia melihat layar ponselnya. Namun, tetap saja tidak ada balasan. Selama beberapa bulan berpacaran dengan Angkasa, pria itu seolah tak pernah membiarkannya sendirian. Jika Jingga tak sedang sif pagi, biasanya Angkasa akan datang menjemputnya sekadar untuk jalan-jalan pagi atau membeli bubur ayam.Pagi itu berbeda. Jingga mulai galau karena hingga pukul 08.00, dia tak mendapati pesan balasan dari Angkasa. Jingga menelepon Angkasa beberapa kali, tetapi tak mendapat jawaban. Perlakuan Angkasa membuat Jingga uring-uringan sepanjang hari. Hatinya tak tenang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 42 - Terbentang Jarak

Sejak kedatangan Miko ke rumah Jingga, semuanya berubah. Jingga dan angkasa memang masih saling berhubungan. Namun, mereka tak lagi pernah bertemu. Angkasa pulang ke rumahnya yang ada di Malang.Pria itu memutuskan untuk menenangkan diri sambil terus meyakinkan dirinya bahwa Jingga adalah sebuah pilihan yang tepat untuk menjadi calon istri.Sesekali dada Jingga sesak menahan rindu yang teramat sangat pada kekasihnya. Tak jauh berbeda dengan Angkasa. Lelaki itu juga sangat tersiksa karena sedikit pun tak melihat wajah Jingga.Jingga mengambil ponselnya. Dia ingin sekali mengirimkan pesan pada Angkasa. Namun, gengsi mengalahkan segalanya. Sejak mereka tak lagi bertemu, Jinggalah yang lebih sering mengirimkan pesan terlebih dahulu.Terkadang, dia harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkan balasan dari Angkasa.Kini, Jingga tidak ingin memulai. Dia hanya ingin tahu sampai di mana Angkasa memperju
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 43 - Melia Sang Mantan

Angkasa berdiri. Dia dan wanita yang tadi menyapanya kini saling berhadapan. Angkasa sempat kagum dengan kecantikan wanita yang pernah singgah di hatinya itu. Dia sangat gugup. Namun, akhirnya dia bisa menguasai diri karena mengingat Jingga.“Eh, h-hai, Melia.”“Hai, Angkasa. Aku kira kamu di Jombang.”“Enggak. Aku udah jarang ke sana.”“Katanya kamu punya pacar orang sana?”“Iya. Eh, duduk.”“Eh, oke.”Sejurus kemudian, mereka terlibat dalam obrolan. Melia dan Angkasa bernostalgia, mengingat zaman ketika mereka masih bersekolah, mengingat teman-teman mereka, hingga mengingat hubungan mereka di masa lampau.Mereka saling tertawa dan menyesali kenaifan mereka saat itu.“By the way, kamu sendirian aja? Mana suamimu?” tanya Angkasa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 44 - Distorsi Rasa

Jingga sudah sampai di Terminal Arjosari. Dia segera menepi dan mengambil ponselnya untuk memanggil taksi online. Siang itu tidak seperti biasanya. Cuaca cukup gelap dan hawanya sejuk cenderung dingin. Hujan mulai turun membasahi bumi.Setelah menunggu beberapa saat, taksi itu datang. Jingga segera menaiki taksi itu dan berbasa-basi dengan si sopir. Wajah Jingga semringah. Hatinya bahagia membayangkan pertemuannya dengan sang kekasih setelah berminggu-minggu mereka tak bertemu.Jingga memandangi ponselnya. Dia kemudian membuka WhatsApp dan membalas pesan teman-temannya, lalu membuka nama Angkasa. Sebenarnya, dia sudah tidak tahan untuk menghubungi Angkasa, tetapi Jingga masih mencoba untuk menahan diri.Jingga sejak awal berencana akan pergi ke Bakso Hits. Setelah itu, dia akan menelepon Angkasa dan mengatakan bahwa dia sudah berada di tempat itu. Gadis itu tak sabar membayangkan wajah Angkasa yang akan terkejut dengan ked
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 45 - Bimbang

Jingga terpaksa menuruti keinginan ibu Angkasa untuk menginap. Kebetulan, dia memang sangat lelah. Jingga bahkan berencana cuti bekerja keesokan harinya. Meski begitu, dia sedang tidak ingin menyapa Angkasa. Dia masih kesal mengingat perlakuan kekasihnya itu sejak kedatangan Miko. Rasa kesal itu makin menjadi-jadi ketika dia melihat Angkasa duduk berhadapan dengan Melia. Malam itu, Jingga duduk berdua dengan Angkasa di teras rumah. Untuk beberapa saat mereka saling terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.  “Jingga,” panggil Angkasa. “Boleh aku menjelaskan sesuatu?” Jingga tak menjawab. Dia bergeming dan tak sedikit pun menatap Angkasa. Hatinya masih sangat marah karena merasa bahwa kekasihnya itu mengkhianatinya. “Tentang perempuan yang kamu temui di warung itu ... kamu salah paham, Ngga. Aku nggak ada hubungan apa pun dengan dia.” Jingga menatap mata Angkasa dengan nyalang sehingga membuat pria itu salah tingkah. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 46 - Putus

Waktu menunjukkan pukul 03.00 ketika Jingga terbangun dari tidurnya. Dia tiba-tiba teringat tentang keinginannya untuk memutuskan hubungan dengan Angkasa. Jingga tidak tahu mengapa jantungnya berdebar-debar ketika memikirkan itu. Hatinya gundah gulana. Di satu sisi, dia masih sangat mencintai Angkasa. Namun, di sisi yang lain, dia tidak dapat memaafkan perbuatan Angkasa yang begitu menyakitkan untuknya. Jingga diliputi kebimbangan. Apakah memang harus berpisah ataukah tetap bertahan dengan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja? Jingga mengambil sajadah dan mukenanya. Dia memutuskan untuk salat tahajud demi meminta petunjuk. Dia tak bisa berkata apa pun, tetapi dia yakin bahwa Allah mendengar doa-doanya. Sampai matahari terbit, jawaban itu tak kunjung tiba. Jingga tetap saja galau memikirkan keputusannya. Dia tak benar-benar yakin bahwa keputusannya memutuskan Angkasa adalah keputusan yang tepat. Namun, lagi-lagi dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 47 - Panik

Kata putus itu akhirnya terucap juga. Bagi Jingga dan Angkasa, berat memang. Tapi, setidaknya itu memberi mereka sedikit jeda waktu untuk saling menata hati dan prasangka masing-masing.Bahwasaanya sebuah hubungan itu bila tak didasari oleh saling kepercayaan, maka tak ubahnya bagaikan menanam pohon di tanah tandus serta tak memiliki air untuk menyiraminya selalu. Padahal setiap hubungan pasti akan menemui fase di mana ujian kesetiaan serta ujian kepercayaan masing-masing.Bagi mereka yang berhasil melaluinya, tentulah hasilnya akan indah pada waktunya. Dan bagi yang terjerembab dan tersungkur sebab tak adanya rasa saling percaya, maka harusnya saling menginterospeksi diri.Barangkali kurangnya rasa saling percaya disebabkan oleh sikap mereka yang abu-abu dan tak jelas dalam mengungkapkan perasaan. Ataukah godaan dari pihak lain yang memang tak dapat dipungkiri adalah halangan terjal yang patut diwaspadai.Saat Jingga telah sampai di rumahnya, sikap diam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 48 - Lagi-Lagi Miko

Sementara itu, Jingga yang mencoba move on dan tak mau memikirkan masalah hubungannya dengan Angkasa pun menjalani kesehariannya, kembali dengan aktifitas dan rutinitasnya seperti biasa. Sore itu, saat tengah duduk-duduk santai di teras, menjawab beberapa pertanyaan sang ibu perihal hasilnya ke Malang dan tentang keluarga Angkasa, Jingga tiba-tiba saja menerima pesan dari Miko.Gadis itu membuka pesan dengan malas ketika tahu bahwa si pengirim pesan adalah sang mantan yang sangat dia benci. Sejak dulu, Miko memang tak pernah berubah. Selalu bersifat kekanak-kanakan dan akan melakukan apa pun untuk mencapai keinginannya meskipun itu menyakiti orang lain.[Maaf, aku sibuk], balas Jingga.[Aku tahu. Boleh ke rumah?][Nggak bisa baca? AKU SIBUK!!!!]Dada Jingga bergemuruh. Rasanya sangat menyebalkan berurusan dengan laki-laki seperti Miko. Tanpa berpikir panjang, Jingga memblokir kontak Miko di aplikasi hijaunya. Sungguh, dia sangat muak dengan laki-laki y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 49 - Aksi Nila

Malam sudah makin larut. Semua karyawan sift sore sudah keluar dari ruang produksi. Beberapa di antara mereka langsung pergi ke tempat parkiran dan bersiap untuk pulang. Tak terkecuali Jingga. Matanya nyalang mencari-cari motor matik yang selama beberapa tahun terakhir ini menemaninya.Gadis itu tersenyum ketika melihat motor berwarna biru putih yang terletak agak jauh dari pintu masuk tempat parkir. Setelah mengambil dan menyalakan motornya, Jingga keluar dari pabrik sepatu ekspor itu. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria dengan motor gede sedang merokok di depan pabrik.“Miko?”“Eh, Jingga. Udah pulang?”“Udah. Kamu ngapain malem-malem ke sini?”“Cuma mau memastikan bahwa kamu aman. Mau aku anter sampai rumah?”“Nggak perlu. Aku bisa pulang sendiri.”“Nggak apa, aku di belakangmu saja.”“Serah!” seru Jingga malas.Dia lalu kembali menyalakan motornya dan berlalu dari pandangan Miko. Sementara itu, Miko tak putus asa. Dia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Chapter 50 - Nindy Turun Tangan

Angkasa menyeruput es tehnya sedikit demi sedikit. Jantungnya berdetak lebih kencang, tetapi dia masih berusaha menguasai diri. Dia tidak mau terlihat gugup di depan Nindy, sepupunya. Sesekali, dia meremas-remas jari-jarinya yang mendingin, lalu kembali minum. Kudapan yang sudah sejak beberapa menit yang lalu dipesan, belum juga disentuhnya.“Mas gugup?” tanya Nindy, seolah-olah tahu apa yang dirasakan Angkasa.“Enggak,” jawab Angkasa berbohong.“Jangan bohong! Mukanya aja udah kelihatan kalau gugup.” Nindy tertawa, memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.“Nin.”“Ya?”“Semoga Jingga mau balikan sama Mas, ya.”“Amin.”Angkasa kembali menyeruput es tehnya ketika dua orang perempuan memasuki kafe. Wajah Angkasa seketika semringah. Matanya memancarkan kebahagiaan ketika melihat sosok gadis manis yang memakai pakaian kasual seperti biasa, yaitu celana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status