Home / Romansa / Sebentuk Hati untuk Jingga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sebentuk Hati untuk Jingga: Chapter 21 - Chapter 30

86 Chapters

Chapter 21 - Bakso Hitz

  "Hahaha, jadi gandrung ama tu bakso beneran, kan?" Nindy terbahak senang mendengar penutursn Jingga mengenai ia dan Nila yang berencana ke Bakso Hitz lagi bersama keluarga. Via juga membenarkan bahwa Bakso Hitz memang sudah jadi langganannya sejak pertama kali mencobanya.   "Gitu kalian nggak pernah cerita-cerita, deh, dari dulu," protes Jingga karena merasa ternyata cuma dirinya yang baru tahu mengenai viralnya Bakso Hitz.   "Kamu sih, terlalu sibuk kerja dan kerja sampai lupa bahagia, wkwkwk. Nemu makanan enak itu salah satu bentuk kebahagaiaan juga, tahu." Via menambahkan dengan komentarnya mengenai Jingga yang biasanya memang terlihat tampak terlalu serius bekerja.   "Line kita juga udah pernah bareng-bareng ke sana loh waktu itu, kamu aja yang nggak pernah ikut kita kegiatan luar."   "Eh, masa'? Yaaah, iya deh, kapan-kapan kalau kalian mau bareng-bareng makan atau piknik aku bakal
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 22 - Pria Misterius

Jingga sekeluarga terus mengobrol seru sembari menunggu pesanan mereka datang ketika sebuah suara asing menyapa, "Maaf mengganggu, ini ada titipan dari seseorang," Sontak mereka menoleh ke arah suara dan mendapati seorang cewek pramusaji berseragam sama dengan pramusaji yang cowok tadi menggenggam setangkai bunga mawar berwarna jingga dalam kemasan plastik hias di tangan kanannya. "Untuk yang bernama Mbak Jingga ...," ucapnya melanjutkan sebagai jawaban atas tatapan penuh tanya dari keempat anggota keluarga Jingga. Jingga terkejut dan melongo keheranan. Siapa gerangan yang mengirimkan bunga kepadanya di tempat umum begini? Mawar jingga lagi, nih. Jingga membatin dalam diam. Benaknya sibuk mengira-ngira segala kemungkinan sampai lupa menerima bunga yang tengah diulurkan si pramusaji dari tadi. Nila segera menyikutnya dan menarik kesadaran Jingga kembali dari lamunan. "Eh, dari sia
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 23 - Kartu Ucapan Kedua

"Iya, Ndy. Aneh nggak sih, menurut kamu?" "Ciyyeeee yang barusan dapet kembang, aiiiihh ...." Nindy bukannya menjawab pertanyaan Jingga malah sibuk menggoda temannya itu. Hal ini membuat Jingga gondok dan mencubit lengan Nindy dengan gemas. "Aww, Jingga ihh, sakit tahu!" Nindy mengomel sambil mengusap-usap bekas cubitan Jingga yang agak memerah.  Jingga melengos tak peduli. Ia bersedekap di dada sembari menatap Nindy tajam penuh selidik. "Buruan ngaku kamu! Udah cerita ke siapa aja soal bunga mawar jingga itu?" Nindy tidak segera menjawab. Ia seperti kebingungan entah karena tidak nyambung dengan tuduhan Jingga atau karena ada yang sedang ditutup-tutupi olehnya. Jingga benar-benar tidak dapat mengetahuinya dengan pasti. Karena itu dia jadi gusar sekali. "Apaan, sih, kok jadi aku yang dituduh bocor?" "Lha abisnya siapa lagi, dong. Yang tahu soal itu kan k
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 24 - Kemunculan Angkasa

~ Terima kasih untuk kesan yang kau tinggalkan. Semenjak melihatmu, hariku yang biasanya kelabu menjadi indah. Sewarna jingga di angkasa kala senja menyapa ~ A Jingga lagi-lagi menemukan kartu ucapan yang sama. Tetapi ini di rumahnya. Tergeletak di pintu gerbang saat pagi itu ia membuka pintu pagar untuk jogging bersama Nila seperti yang memang tiap hari Minggu pagi mereka lakukan. Nila merebutnya dari tangan Jingga dan auto bersorak kegirangan. "Ya ampun, Mbak Jingga! Keren banget sumpah, ini siapa sih, si A, aku ngefans bener deh romantisnyaaaaa, aiiih, so sweeet ...." Netranya berbinar penuh haru membayangkan betapa beruntung nasib kakaknya. Jingga yang hendak merebut kembali kartu ucapan itu, ditepis oleh Nila untuk mempertahankannya. Ia masih penasaran ingin tahu seperti apa orang yang ngirimin bunga dan kartu-kartu ucapan romantis itu untuk kakaknya. 
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 25 - Terungkap

"Jadi bener dugaan awalku kalau ini semua rekayasa Nindy?" Angkasa tampak tersentak,"Bukan rekayasa, Jingga. Ini serius." Terasa tatapan tajam matanya menusuk masuk ke netra Jingga. Menghanyutkannya selama beberapa detik sampai kesadaran menghempaskannya kembali. "Tapi dari awal aku udah ngira ini ada hubungannya sama Nindy. Tapi dia nggak ngaku, malah muter-muter cari alasan ini itu. Apaan maksudnya, coba?" Tanpa sadar Jingga mengomel. Ia tersulut emosinya karena sedikit merasa dikhianati kepercayaannya oleh sahabat satu-satunya itu. Padahal ia sudah sepenuhnya menaruh kepercayaan kepada Nindy. Tetapi tega-teganya dia membohongi untuk hal sepenting itu. Angkasa yang tidak menyangka reaksi Jingga akan semarah itu, bingung hendak menjawab bagaimana lagi untuk menjelaskan duduk perkaranya. Bahwa Nindy hanya dimintanya untuk membantu mendekatkan dirinya dengan Jingga.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 26 - Jinak-jinak Burung Merpati

"Maaf, ya, Ngga. Jangan diem gitu, dong. Kan aku jadi nggak enak, nih." Nindy mati-matian membujuk Jingga agar tak mendiamkannya. Mereka tengah bekerja kembali pada hari Senin paginya. Hari yang biasanya menyenangkan karena mereka bekerja bersama sambil bersenda gurau maupun mengobrol masalah banyak hal, kini terasa hampa karena Jingga mendiamkannya sejak pagi. "Duh, susah amat dibujuk, yaaa, ini anak," gerutu Nindy sedikit kesal saat Jingga pergi ke luar ruangan karena ada perlu. Ia kemudian menyadari satu hal. Sepertinya harus ada satu rencana lain untuk mengatasi ini. "Biar sekalian deh, udah kepalang juga ini," gumamnya saat terlintas sebuah ide yang lumayan gila di kepalanya. Semalam ia sudah chat panjang lebar dengan Nila mengenai perkiraan perasaan Jingga pada Angkasa. Ada rasa atau tidak biar bisa untuk pijakan bagi Angkasa akan melanjutkan niatnya atau urung saja. Meskipun dari Angkasa sendi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 27 - Rasa yang Tak Biasa

Desiran dalam hati Jingga tak terkatakan. Menderas bak air bah yang terjun dari ketinggian. Ia membaca sebaris kalimat itu dengan dada yang bergetar penuh gejolak perasaan. Haru bercampur bahagia dan bahkan penuh kebersyukuran muncul bersamaan dalam dadanya. Inikah yang dinamakan cinta? Saat bahkan tanpa bersua pun, sebaris kalimat darinya mampu menggetarkan kalbu. Saat bahkan tanpa suaranya pun, seuntai aksara sanggup menggoyahkan rasa. Sungguh betapa agung kuasa satu rasa bersebut cinta. Nila memperhatikan wajah kakaknya yang semburat memerah bersamaan dengan sudut bibirnya yang tertarik membentuk senyum tertahan. Ah, Mbak Jingga memang ada rasa dengan Mas Angkasa, batin Nila semakin yakin dengan dugaannya. Semua bahasa tubuhnya cukup membuktikan. Kadang memang tak perlu kata untuk sekedar memberi pengertian. "Uhuk, uhukkk, keselek cinta aku tuh," Nila mulai menggoda kakaknya. Itu adalah salah satu kegiatan yang sangat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 28 - Dilamar

"Iya, yuk, ah, Mbak." Nila sedikit menggeret kakaknya untuk segera masuk sambil bolak-balik cemas melihat jarum jam di arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.   "Aduuuh, buru-buru amat, sih. Nyantai dikit, napa?" Jingga memprotes adiknya yang terkesan terlalu tergesa entah kenapa.   "Keburu laper ini, Mbak," jawab Nila sekenanya.   Mereka baru saja sampai di depot Bakso Hitz. Nila sangat tergesa karena jam yang ia janjikan kepada Angkasa dan Nindy sudah lama terlewat. Ia terlambat gara-gara Jingga awalnya menolak untuk ikut dan Nila harus membujuk mati-matian dengan segala cara baru akhirnya sang kakak bersedia.   "Ish, perut cacingan, dasar. Dikit-dikit laper," gerutu Jingga terpaksa mengikuti langkah cepat adiknya karena lengannya yang digeret paksa.   Sampai di dalam, Jingga merasa sedikit aneh. Tempat yang biasanya ramai pengunjung entah kenapa tampak lengang dan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 29 - Resmi Jadian

Siang itu berlalu dengan penuh kebahagiaan. Nila dan Nindy yang asyik makan bakso sambip tak lupa terus mengerecoki Jingga dan Angkasa yang tengah saling mengenal lebih jauh. Lebih tepatnya, Angkasa harus menjawab interogasi panjang yang dilancarkan oleh Jingga mengenai banyak hal. "Jadi, yang Nila ceritakan itu benar?"tanya Jingga setelah Angkasa menceritakan kejadian buruknya dengan sang mantan."Memangnya Nila biasanya bohong?" tukas Angkasa malah melempar balik pertanyaan."Ya enggak, sih. Tapi kan siapa tahu aja kamu yang bohongin dia." Sambil meneliti mata Angkasa yang bola mata hitam kelamnya tampak memesona bila dipandang dari arah dekat begini."Enak aja. Aku bukan tukang bohong, asal tahu aja," pungkas Angkasa, untuk kesekian kalinya meyakinkan hati gadis itu. Jingga memang tak mendapati gurat kebohongan di matanya, yang ada hanya kesungguhan dan keseriusan serta keyakinan diri yang besar."Kalau kamu? Nila enggak cerita tenta
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 30 - Kunjungan ke Rumah

"Haah? Jadi cuma gara-gara dengerin becandaan kami?" Jingga terperangah.Angkasa mengangguk pasti di balik kemudi. Mereka tengah berada dalam mobil Angkasa yang melaju pelan menembus jalanan Jombang-Mojoagung nan lumayan lengang sore itu. Jingga merengut tanpa sebab yang jelas. Tadinya ia menanyakan alasan apa sebenarnya yang membuat Angkasa pertama kali suka sama dirinya.Dan saat pria itu jujur menjawabnya, malah begitu ekspresinya. Angkasa jadi heran sendiri. Apakah dia salah ucap atau apa, kira-kira. Ish, wanita memang makhluk absurd, putusnya dalam hati."Kenapa, sih? Kok malah cemberut?" tanyanya memberanikan diri."Ternyata nggak so sweet!" tukas Jingga, lebih memonyongkan lagi bibirnya ke depan."Apanya?" Angkasa yang tak tahu menahu arah pembicaraan Jingga, malah bertanya asal."Ya itu ..., mana ada orang mendadak suka cuma gara-gara denger dia lagi becanda ama temennya? Di mana spesialnya?" cerocos Jingga akhirnya.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status