Home / Romansa / Sebentuk Hati untuk Jingga / Chapter 27 - Rasa yang Tak Biasa

Share

Chapter 27 - Rasa yang Tak Biasa

Author: Dian Apriria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Desiran dalam hati Jingga tak terkatakan. Menderas bak air bah yang terjun dari ketinggian. Ia membaca sebaris kalimat itu dengan dada yang bergetar penuh gejolak perasaan. Haru bercampur bahagia dan bahkan penuh kebersyukuran muncul bersamaan dalam dadanya.

Inikah yang dinamakan cinta? Saat bahkan tanpa bersua pun, sebaris kalimat darinya mampu menggetarkan kalbu. Saat bahkan tanpa suaranya pun, seuntai aksara sanggup menggoyahkan rasa. Sungguh betapa agung kuasa satu rasa bersebut cinta.

Nila memperhatikan wajah kakaknya yang semburat memerah bersamaan dengan sudut bibirnya yang tertarik membentuk senyum tertahan. Ah, Mbak Jingga memang ada rasa dengan Mas Angkasa, batin Nila semakin yakin dengan dugaannya. Semua bahasa tubuhnya cukup membuktikan. Kadang memang tak perlu kata untuk sekedar memberi pengertian.

"Uhuk, uhukkk, keselek cinta aku tuh," Nila mulai menggoda kakaknya. Itu adalah salah satu kegiatan yang sangat

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 28 - Dilamar

    "Iya, yuk, ah, Mbak." Nila sedikit menggeret kakaknya untuk segera masuk sambil bolak-balik cemas melihat jarum jam di arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Aduuuh, buru-buru amat, sih. Nyantai dikit, napa?" Jingga memprotes adiknya yang terkesan terlalu tergesa entah kenapa. "Keburu laper ini, Mbak," jawab Nila sekenanya. Mereka baru saja sampai di depot Bakso Hitz. Nila sangat tergesa karena jam yang ia janjikan kepada Angkasa dan Nindy sudah lama terlewat. Ia terlambat gara-gara Jingga awalnya menolak untuk ikut dan Nila harus membujuk mati-matian dengan segala cara baru akhirnya sang kakak bersedia. "Ish, perut cacingan, dasar. Dikit-dikit laper," gerutu Jingga terpaksa mengikuti langkah cepat adiknya karena lengannya yang digeret paksa. Sampai di dalam, Jingga merasa sedikit aneh. Tempat yang biasanya ramai pengunjung entah kenapa tampak lengang dan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 29 - Resmi Jadian

    Siang itu berlalu dengan penuh kebahagiaan. Nila dan Nindy yang asyik makan bakso sambip tak lupa terus mengerecoki Jingga dan Angkasa yang tengah saling mengenal lebih jauh. Lebih tepatnya, Angkasa harus menjawab interogasi panjang yang dilancarkan oleh Jingga mengenai banyak hal."Jadi, yang Nila ceritakan itu benar?"tanya Jingga setelah Angkasa menceritakan kejadian buruknya dengan sang mantan."Memangnya Nila biasanya bohong?" tukas Angkasa malah melempar balik pertanyaan."Ya enggak, sih. Tapi kan siapa tahu aja kamu yang bohongin dia." Sambil meneliti mata Angkasa yang bola mata hitam kelamnya tampak memesona bila dipandang dari arah dekat begini."Enak aja. Aku bukan tukang bohong, asal tahu aja," pungkas Angkasa, untuk kesekian kalinya meyakinkan hati gadis itu. Jingga memang tak mendapati gurat kebohongan di matanya, yang ada hanya kesungguhan dan keseriusan serta keyakinan diri yang besar."Kalau kamu? Nila enggak cerita tenta

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 30 - Kunjungan ke Rumah

    "Haah? Jadi cuma gara-gara dengerin becandaan kami?" Jingga terperangah.Angkasa mengangguk pasti di balik kemudi. Mereka tengah berada dalam mobil Angkasa yang melaju pelan menembus jalanan Jombang-Mojoagung nan lumayan lengang sore itu.Jingga merengut tanpa sebab yang jelas. Tadinya ia menanyakan alasan apa sebenarnya yang membuat Angkasa pertama kali suka sama dirinya.Dan saat pria itu jujur menjawabnya, malah begitu ekspresinya. Angkasa jadi heran sendiri. Apakah dia salah ucap atau apa, kira-kira. Ish, wanita memang makhluk absurd, putusnya dalam hati."Kenapa, sih? Kok malah cemberut?" tanyanya memberanikan diri."Ternyata nggak so sweet!" tukas Jingga, lebih memonyongkan lagi bibirnya ke depan."Apanya?" Angkasa yang tak tahu menahu arah pembicaraan Jingga, malah bertanya asal."Ya itu ..., mana ada orang mendadak suka cuma gara-gara denger dia lagi becanda ama temennya? Di mana spesialnya?" cerocos Jingga akhirnya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 31 - Bertemu Calon Mertua

    Angkasa memarkirkan mobilnya di luar pagar rumah Jingga. Setelah mobil itu terparkir rapi, laki-laki 27 tahun itu mengikuti Jingga berjalan ke arah rumahnya. Rumah Jingga bersebelahan dengan sebuah toko sembako. Kata Jingga, toko sembako itu milik ibunya. “Asalamualaikum,” kata Jingga mengucapkan salam. Tak ada sahutan. Namun, Jingga tak putus asa. Dia tetap mengucapkan salam itu untuk kedua kalinya sambil memasuki ruang tamu dan melongok ke dalam. “Duduklah di sini dulu. Aku mau nyari ibuku dulu,” ucap Jingga mempersilakan Angkasa duduk. Angkasa tak banyak bicara, dia menurut saja dengan perintah Jingga. Jingga lalu berjalan ke arah dapur mencari-cari ibunya, tetapi tak ada. Hingga dia mendengar suara air yang diguyur dari arah kamar mandi. Jingga tersenyum. Pantas saja sejak tadi salamnya tak mendapat balasan. Rupanya, ibunya sedang mandi. Tahu bahwa sang ibu sedang m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 32 - Kencan

    Makanan telah siap. Ibu Jingga memberikan isyarat pada anak gadisnya untuk memanggil Angkasa dan ayahnya. Jingga segera berlalu dan melaksanakan perintah ibunya. Dia mempersilakan ayahnya dan Angkasa untuk makan siang. Kedua lelaki itu bergegas ke dapur. Lalu memosisikan diri untuk makan. Selama itu, mereka saling bercengkerama, seolah Angkasa sudah lama mengenal keluarga kekasihnya itu. Jingga sangat bahagia ketika melihat Angkasa akrab dengan kedua orangtuanya. “Maaf, Nak Angkasa, boleh Bapak bertanya lagi?” tanya ayah Jingga. “Boleh, Pak,” jawab Angkasa ramah. Dia sudah tidak tegang lagi seperti beberapa waktu yang lalu. “Kamu beneran yakin, kan, sama anak saya?” “Insya Allah saya yakin, Pak.” “Jadi, kapan kalian menikah?” Pertanyaan dari ayah Jingga membuat Angkasa tersedak. Tak jauh berbeda dengan Jingga. Mereka baru saja menj

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 33 - Cemburu Buta

    Seorang wanita bertubuh sintal dan berambut pendek datang menghampiri Angkasa dan Jingga ketika sepasang kekasih itu sedang menikmati makanan dan lagu-lagu yang dinyanyikan sebuah band di kafe itu. Perempuan itu terlihat cantik dengan kulitnya yang putih dan rambut pendek curly-nya. Mirip seperti perempuan Korea.“Kamu Angkasa, kan?” tanya perempuan itu.“Iya. Kamu ....”“Hei, masak lupa? Aku Firlia.”“Firlia? Oh, hai, apa kabar?” tanya Angkasa yang seketika berdiri lalu menjabat tangan Firlia.“Aku baik. Itu istrimu?” tanya Firlia sambil menunjuk Jingga.“Itu calon istriku.”“Hai,” sapa Firlia sambil mengulurkan tangannya pada Jingga.“Aku Firlia,” lanjutnya.Dengan senyum dipaksakan, Jingga menyambut uluran tangan Fir

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 34 - Perjalanan ke Malang

    Pagi hari setelah pertengkaran semalam, Jingga bangun dengan mata sembab. Dia menangis karena merasa Angkasa tak sungguh-sungguh mencintainya. Hari itu, seharusnya Jingga libur dan mereka berencana akan pergi mengunjungi orangtua Angkasa di Malang. Akan tetapi, Jingga tidak yakin bahwa Angkasa akan tetap menjemputnya seperti rencana. Jingga melihat ponselnya. Yang ditunggu-tunggu tak juga mengirimkan pesan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Jingga menghela napas, lalu kembali berbaring dan memiringkan tubuhnya. Lagi-lagi dia menangis. Perasaannya campur aduk. Antara kesal, sedih, tetapi juga merasa bersalah. Sejak menjadi kekasih Angkasa, baru kali ini kekasihnya itu tahan tidak mengirimkan pesan padanya. Jingga merasa tidak berarti lagi bagi Angkasa. Sesungguhnya, dia belum siap jika hubungannya harus berakhir. “Jingga ....” Suara ibunya membuatnya menghapus air mata. Dia kembali bangun dan mengatur perasaannya agar tak terliha

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 35 - Mama Papa Angkasa

    Hari sudah siang. Perut Jingga mulai lapar. Akan tetapi, dia masih merasa takut berbicara dengan Angkasa. Angkasa tersenyum melihat kekasihnya. Pria itu tahu bahwa Jingga sedang lapar. Namun, dia malas bertanya pada Jingga tentang selera kekasihnya itu. Angkasa takut semua akan berakhir menjengkelkan seperti malam sebelumnya. Akhirnya, dia membawa Jingga ke sebuah warung makan di Jalan Ciliwung. Angkasa memarkirkan mobilnya, lalu mempersilakan Jingga untuk masuk. Mereka memilih lesehan untuk menikmati makanan serba sambal yang telah mereka pesan. “Enak?” tanya Angkasa. “Enak,” jawab Jingga lalu mengunyah makanannya dengan lahap. Angkasa senang melihat kekasihnya makan dengan lahap. Dia bahkan menambahkan beberapa jumput cah kangkung ke piring Jingga. “Makan yang banyak, Sayang. Biar sehat.” “Ish, makanku udah banyak. Udah kenyang pula. Nanti kalau k

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chpater 86 - Happy Family

    "Jangan lari-larian, Sayang. Nanti jatuh."Jingga berusaha mengejar Senja yang asyik berlarian di tengah halaman, meski sedikit kesulitan karena perutnya yang kini tengah membuncit, tetapi Jingga tetap berusaha mengejar sang Putri. Angkasa yang melihat hal tersebut dari dalam rumah segera berjalan dan menghampiri keduanya dengan tergesa."Sayang, jangan buat Mama repot, dong," kata Angkasa sambil menangkap dan menggendong Senja dalam pelukannya."Papa, kok yang lainnya belum datang, sih? Lama banget," ucap Senja dengan lucunya.Di umur yang baru menginjak lima tahun ini, Senja memang sudah sangat pandai. Sungguh baik Jingga ataupun Angkasa tak menyangka bahwa putri pertama mereka akan cerewet seperti sang Ibu, tetapi lumayan bijak seperti sang Ayah."Nanti, sebentar lagi pasti yang lainnya akan segera datang. Makanya Senja harus jadi anak baik, ya. Jangan nakal, dan jangan lari-lari, kasihan Mama," lanjut Angkasa sambil menunjuk ke arah Jingga.Jingga balas ter

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 85 - Kunjungan Nindy

    Jingga mulai merasa bosan hanya berdiam diri di rumah saja. Semua karena dia sedang berada dalam masa pemulihan pasca operasi. Sungguh meskipun Jingga bersyukur dia bisa melewati semua ini hingga dapat bertemu dengan bayi cantiknya ini. Namun, terkadang jika sedang sendiri, Jingga kembali merutuki nasibnya.Dia merasa sangat tidak berguna sebagai seorang wanita. Selama ini dia hanya bisa menyusahkan Angkasa saja. Sesekali Jingga terkenang akan masa lalunya. Bagaimana keegoisannya mengalahkan apa pun. Terutama jika sedang ada masalah bersama dengan Angkasa. Jingga tak pernah mau mendengar alasan apa pun. Dia merasa semua perbuatan yang dia lakukan adalah benar.Jingga juga teringat bagaimana dulu dia kabur ke Banyuwangi, ke rumah sang Nenek hanya untuk menghindari Angkasa. Namun, tak dinyana lelaki tersebut justru mengejar dan mencarinya sampai ke sana. Sesampainya di sana pun, Angkasa harus menerima kenyataan pahit. Jingga mengusirnya pulang, dengan kekecewaan yang

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 84 - Senja Nurinda

    Angkasa menggendong dan menciumi bayi perempuan yang cantik serta lucu itu. Setelah mengazaninya, dia kemudian menimang-niman buah cintanya bersama Jingga tersebut. Jingga yang masih belum sadar betul dari proses pembiusan, hanya bisa menggerakkan kepalanya dan tersenyum lega."Anak kita cantik, sama kaya ibunya," kata Angkasa sambil tersenyum hangat."Iya," jawab Jingga singkat."Kalau gitu, karena anaknya perempuan, kita sudah sepakat, kan, memberi nama siapa?" tanya Angkasa kemudian."Senja," sahut Jingga lirih."Ya, Senja, karena dia memang lahir di sore hari. Senja Nurinda, bagaimana, Sayang? Kamu setuju kalau namanya Senja Nurinda?" Angkasa bertanya lagi."Nama yang bagus, Sayang," jawab Jingga sambil berusaha tersenyum."Hey, kamu nggak apa-apa, kan, Sayang?" Angkasa bertanya dengan nada suara panik."Maaf, Pak, nggak apa-apa, ini adalah hal yang wajar terjadi pasca operasi sesar. Bapak tenang dulu, ya. Kami akan segera pindahkan Ibu dan a

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 83 - Opsi Kelahiran

    Akhirnya setelah melalui beberapa kali diskusi, bukan hanya antara Jingga dan juga Angkasa. Sepasang suami istri tersebut akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran dari dokter kandungan yang selama ini memeriksa kandungan Jingga. Opsi operasi dipilih demi kebaikan sang ibu dan juga bayinya.Sebelum hari dan tanggal operasi ditentukan, sang dokter juga berbicara beberapa hal pribadi khususnya kepada Angkasa. Bu Dokter itu menjelaskan banyak hal kepada suami Jingga tersebut. Hal yang paling penting ketika seorang istri menjalani operasi sesar adalah dukungan dari orang-orang terdekatnya, terutama dari suami."Melahirkan secara sesar jangan dikira mudah, Pak. Akan ada begitu banyak tekanan dan juga perawatan pasca operasi, hal tersebut yang harus Bapak Angkasa perhatikan," ucap Bu Dokter sambil menatap Angkasa lekat."Maksudnya bagaimana, Bu? Bukankah jika melahirkan secara operasi, banyak yang bilang akan lebih mudah karena tidak memerlukan banyak tenag

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 82 - Pra Persalinan

    Menatap Jingga yang sedang tertidur dengan pulasnya, membuat hati Angkasa terenyuh. Bagaimana tidak? Kali ini penyesalan datang kepada Angkasa berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dia merasa apa yang terjadi kepada sang istri sekarang karena larangannya terhadap Jingga untuk keluar rumah dan membantu persiapan acara pernikahan Nindy dan juga Nila.Jingga kemungkinan merasa stress dan tertekan karena tidak bisa membantu melakukan apa pun bagi kedua orang tercinta dan terdekatnya tersebut. Jika saja waktu bisa diputar kembali, Angkasa pasti tidak akan membiarkan sang istri sampai mengalami hal buruk seperti ini.Angkasa benar-benar menyesal, dia sungguh tak menyangka kekerasan hati dan keegoisannya kepada Jingga justru berakhir menyedihkan. Untunglah keselamatan sang istri masih dalam perlindungan Tuhan, sehingga baik Jingga maupun calon bayi yang ada dalam kandungannya masih bisa bertahan sampai kini.Saat sedang merenung, Angkasa tiba-tiba mendengar sedikit

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 81 - Bumil Memburuk

    Beberapa hari ini Angkasa terlihat sangat lelah. Dia memang menggantikan sang istri untuk mondar mandir ke acara persiapan pernikahan Nindy dan Nila. Angkasa menggantikan posisi sang istri untuk membantu persiapan acara akad di rumah sang mertua. Setelahnya dia berpindah tempat menuju rumah sang sepupu, Nindy, untuk membantunya menyiapkan segala urusan katering dan lain-lain.Bukan tanpa alasan Angkasa berbuat seperti itu. Dia tentu saja tidak ingin membuat Jingga khawatir karena tidak bisa membantu persiapan kedua orang terdekatnya itu. Angkasa bukan juga tidak tahu bagaimana perasaan Jingga. Namun, semua harus tegas dia lakukan demi menjaga kondisi kehamilan istrinya tersebut. Angkasa tentu tidak mau kejadian buruk yang hampir merenggut nyawa sang istri dan bayinya terulang kembali. Akan tetapi, hasilnya tubuh Angkasa terasa sangat lelah. Tak dimungkiri oleh Angkasa jika dia memang terlalu menguras tenaganya selama beberapa hari ini. Namun, dia tak ingin membuat

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 80 - Keinginan Bumil Aneh

    Hanya setetes air mata yang terjatuh dari sudut mata Jingga, tetapi dapat meluluh lantakkan semua perasaan yang ada pada diri Angkasa. Sebabnya tentu saja, dia tak sanggup jika melihat Jingga menangis. Angkasa kemudian segera menghampiri Jingga, mengusap air mata yang menetes di pipinya, kemudian mengecup kening sang istri mesra."Kita berangkat sekarang," kata Angkasa tanpa pikir panjang.Biarlah dia yang mengalah lagi demi kebahagiaan sang istri. Memeriksa keadaan mobil, bisa sambil berjalan nanti. Untuk urusan kedai dan izin kepada keluarga, bukankah bisa didapat dalam perjalanan dan diurus melalui sambungan telepon?Angkasa lagi-lagi harus kuat, tabah, dan juga mengalah. Dia tak mampu jika melihat air mata Jingga menetes karena dirinya. Dalam hal yang terjadi barusan, Angkasa mengira dialah yang telah membuat Jingga menangis. Padahal yang sesungguhnya, Jingga menangis karena pemikirannya sendiri. Namun, Jingga juga tak menolak ajakan suaminya. Wanita y

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 79 - Ngidam Ajaib

    Setelah sampai di rumah, Jingga langsung disuruh beristirahat oleh suaminya. Jingga tentu saja tidak bisa menolak. Terlebih Angkasa juga selalu mengingatkan akan kejadian yang barusan dia alami. Dan Jingga tidak mau hal tersebut sampai terulang kembali. Jingga sedang berusaha memejamkan mata ketika Angkasa berpamitan dengannya. Suaminya tersebut akan segera mencarikan ayam bakar madu yang Jingga inginkan. Jingga merasa sangat beruntung, ternyata dalam diamnya Angkasa, dia terus saja memperhatikan kondisi dan kemauan Jingga."Hati-hati, ya, Sayang. Aku juga pesan teh hangatnya dari sana, ya. Kalau bisa jangan terlalu manis tehnya," kata Jingga sambil tersenyum."Beres, Sayang. Aku pergi sekarang. Kamu jangan terlalu banyak bergerak, ya. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu lagi," sahut Angkasa.Jingga hanya mengangguk tanda dia sudah memahami apa yang disampaikan oleh suaminya. Angkasa segera mengecup kening Jingga dan beranjak pergi.

  • Sebentuk Hati untuk Jingga   Chapter 78 - Bed Rest

    "Kita pulang sekarang, ya, Sayang," bujuk Angkasa ketika melihat Jingga yang kelelahan.Wajah Jingga terlihat pucat pasi, dan keringat dingin juga mengalir di pelipisnya. Angkasa begitu mengkhawatirkan keadaan sang istri. Maklum saja, dokter sudah memperingatkan kepada Jingga agar tidak terlalu lelah dalam usia kandungannya sekarang. Namun, apa boleh buat, Jingga memang keras kepala.Saat dia mendengar tentang rencana pertunangan sang Adik, dia bersikeras ingin membantu Nila untuk mempersiapkan semuanya. Meskipun baik Nila maupun keluarganya yang lain telah memberikan peringatan kepada Jingga, tetapi bukan Jingga namanya jika tidak keras kepala."Nanti dulu, Sayang. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan," tolak Jingga lembut."Sayang, kondisi kamu tidak memungkinkan. Coba lihat wajahmu sudah pucat bagaikan mayat," balas Angkasa sedikit kesal.Terkadang Angkasa benar-benar merasa Jingga terlalu keras kepala. Dia bahkan mengingat m

DMCA.com Protection Status