Home / Romansa / Sebentuk Hati untuk Jingga / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sebentuk Hati untuk Jingga: Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

Chapter 31 - Bertemu Calon Mertua

Angkasa memarkirkan mobilnya di luar pagar rumah Jingga. Setelah mobil itu terparkir rapi, laki-laki 27 tahun itu mengikuti Jingga berjalan ke arah rumahnya. Rumah Jingga bersebelahan dengan sebuah toko sembako. Kata Jingga, toko sembako itu milik ibunya.   “Asalamualaikum,” kata Jingga mengucapkan salam.   Tak ada sahutan. Namun, Jingga tak putus asa. Dia tetap mengucapkan salam itu untuk kedua kalinya sambil memasuki ruang tamu dan melongok ke dalam.   “Duduklah di sini dulu. Aku mau nyari ibuku dulu,” ucap Jingga mempersilakan Angkasa duduk. Angkasa tak banyak bicara, dia menurut saja dengan perintah Jingga.   Jingga lalu berjalan ke arah dapur mencari-cari ibunya, tetapi tak ada. Hingga dia mendengar suara air yang diguyur dari arah kamar mandi. Jingga tersenyum. Pantas saja sejak tadi salamnya tak mendapat balasan. Rupanya, ibunya sedang mandi.   Tahu bahwa sang ibu sedang m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 32 - Kencan

Makanan telah siap. Ibu Jingga memberikan isyarat pada anak gadisnya untuk memanggil Angkasa dan ayahnya. Jingga segera berlalu dan melaksanakan perintah ibunya. Dia mempersilakan ayahnya dan Angkasa untuk makan siang. Kedua lelaki itu bergegas ke dapur. Lalu memosisikan diri untuk makan. Selama itu, mereka saling bercengkerama, seolah Angkasa sudah lama mengenal keluarga kekasihnya itu. Jingga sangat bahagia ketika melihat Angkasa akrab dengan kedua orangtuanya. “Maaf, Nak Angkasa, boleh Bapak bertanya lagi?” tanya ayah Jingga. “Boleh, Pak,” jawab Angkasa ramah. Dia sudah tidak tegang lagi seperti beberapa waktu yang lalu. “Kamu beneran yakin, kan, sama anak saya?” “Insya Allah saya yakin, Pak.” “Jadi, kapan kalian menikah?” Pertanyaan dari ayah Jingga membuat Angkasa tersedak. Tak jauh berbeda dengan Jingga. Mereka baru saja menj
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 33 - Cemburu Buta

Seorang wanita bertubuh sintal dan berambut pendek datang menghampiri Angkasa dan Jingga ketika sepasang kekasih itu sedang menikmati makanan dan lagu-lagu yang dinyanyikan sebuah band di kafe itu. Perempuan itu terlihat cantik dengan kulitnya yang putih dan rambut pendek curly-nya. Mirip seperti perempuan Korea.“Kamu Angkasa, kan?” tanya perempuan itu.“Iya. Kamu ....”“Hei, masak lupa? Aku Firlia.”“Firlia? Oh, hai, apa kabar?” tanya Angkasa yang seketika berdiri lalu menjabat tangan Firlia.“Aku baik. Itu istrimu?” tanya Firlia sambil menunjuk Jingga.“Itu calon istriku.”“Hai,” sapa Firlia sambil mengulurkan tangannya pada Jingga.“Aku Firlia,” lanjutnya.Dengan senyum dipaksakan, Jingga menyambut uluran tangan Fir
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 34 - Perjalanan ke Malang

Pagi hari setelah pertengkaran semalam, Jingga bangun dengan mata sembab. Dia menangis karena merasa Angkasa tak sungguh-sungguh mencintainya. Hari itu, seharusnya Jingga libur dan mereka berencana akan pergi mengunjungi orangtua Angkasa di Malang. Akan tetapi, Jingga tidak yakin bahwa Angkasa akan tetap menjemputnya seperti rencana. Jingga melihat ponselnya. Yang ditunggu-tunggu tak juga mengirimkan pesan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Jingga menghela napas, lalu kembali berbaring dan memiringkan tubuhnya. Lagi-lagi dia menangis. Perasaannya campur aduk. Antara kesal, sedih, tetapi juga merasa bersalah.  Sejak menjadi kekasih Angkasa, baru kali ini kekasihnya itu tahan tidak mengirimkan pesan padanya. Jingga merasa tidak berarti lagi bagi Angkasa. Sesungguhnya, dia belum siap jika hubungannya harus berakhir. “Jingga ....” Suara ibunya membuatnya menghapus air mata.  Dia kembali bangun dan mengatur perasaannya agar tak terliha
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 35 - Mama Papa Angkasa

Hari sudah siang. Perut Jingga mulai lapar. Akan tetapi, dia masih merasa takut berbicara dengan Angkasa. Angkasa tersenyum melihat kekasihnya. Pria itu tahu bahwa Jingga sedang lapar. Namun, dia malas bertanya pada Jingga tentang selera kekasihnya itu. Angkasa takut semua akan berakhir menjengkelkan seperti malam sebelumnya. Akhirnya, dia membawa Jingga ke sebuah warung makan di Jalan Ciliwung. Angkasa memarkirkan mobilnya, lalu mempersilakan Jingga untuk masuk. Mereka memilih lesehan untuk menikmati makanan serba sambal yang telah mereka pesan. “Enak?” tanya Angkasa. “Enak,” jawab Jingga lalu mengunyah makanannya dengan lahap. Angkasa senang melihat kekasihnya makan dengan lahap. Dia bahkan menambahkan beberapa jumput cah kangkung ke piring Jingga. “Makan yang banyak, Sayang. Biar sehat.” “Ish, makanku udah banyak. Udah kenyang pula. Nanti kalau k
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 36 - Back to Work

Waktu baru menunjukkan pukul 05.00 ketika Jingga bersiap untuk pulang ke Jombang. Dia sudah berdandan dan memakai pakaian kasual seperti biasa. Setelahnya, dia mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa.  Tak lupa ibu Angkasa menitipkan beberapa oleh-oleh untuk orangtua Jingga. Wanita berusia setengah abad itu berharap dapat menjalin hubungan baik dengan orangtua Jingga. Bahkan, jika Tuhan kehendaki, mereka akan menjadi keluarga. “Nak Jingga, Ibu berharap kamu segera menikah sama Angkasa. Angkasa udah waktunya menikah. Nanti tunggu kabar selanjutnya, ya, Nak. Angkasa pasti akan melamar kamu.” “I-iya, Bu,” jawab Jingga gugup. Ada rasa bahagia dalam dirinya, tetapi di sisi lain dia masih merasa tidak siap.Jingga sendiri tidak tahu apa yang menjadi hambatan dalam dirinya. Usianya sudah seperempat abad. Seharusnya, dia siap. Nyatanya, tidak semudah itu memiliki keinginan menikah meskipun dia mencintai Angkasa. Ada banyak hal yang membeb
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 37 - Taktik Ulfa

"Sialan si Jingga! Makin songong aja dia. Seenaknya ambil cuti sementara yang lain kelabakan." Berkali-kali Ulfa menngomel sendiri.  Ia yang sedari awal iri kepada karier Jingga yang cepat sekali naik pangkat di sini padahal dia lah yang seharusnya lebih berhak sebab dirinya lebih berpengalaman dan lebih senior dari Jingga. Akan tetapi, sepertinya kemujuran Jingga memang lebih baik darinya, ia membatin kesal. Tidak mau tahu. Ia harus menggagalkan rencana pengangkatan Jingga menjadi mandor. Belum fix aja dia udah seenaknya main ambil cuti. Dua hari lagi. Yang lain mana ada dibolehin segampang itu. Akhirnya otak yang dipenuhi dengki itu berpikir cara apa yang dapat dipakai untuk menghambat kerja Jingga. Yang bisa membuatnya tampak buruk di mata sang Kabag--Bu Tutik--juga sang kepala Mandor--Mbak Intan. Padahal Jingga memang berprestasi. Dengan sendirinya ia disukai oleh atasannya bukan karena pandai cari muka tetapi murni hasil dari kerja keras dan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 38 - Terfitnah

"Loh? Kok ini pada banyak bahan rusak yang masuk ke Line, sih?" Seseorang di Line yang sedang menjahit bahan terkejut saat ia sudah mengeksekusi jahitannya lalu kemudian baruterlihat bahan itu ternyata cacat. Ada sedikit lubang yang tidak akan lolos dikontrol QC nantinya."Mbak Intan, lihat inj deh." Si penjahit mengadukannya kepada Mbak Intan. Mbak Intan segera meradang. Apalagi setelah memeriksa lagi beberapa yang sudah terjahit juga ada beberapa yang bahannya cacat."Ceroboh sekali sih, Nindy, nih!" Mbak Intan kembali meradang. Dihampirinya lagi meja Nindy dan Jingga. Namun, Nindy sedang tidak di tempat sehingga Mbak Intan mengadukannya pada Jingga."Nih, ini bahan cacat ada banyak yang masuk len, loh. Gimana bisa kelewatan gini, sih ngeceknya?"Jingga memeriksa setumpuk bahan yang sudah dijahit di beberapa bagian dan menemukan beberapa cacat bahan di sana. "Aneh, nggak biasanya Nindy kelewatan menyisihkan bahan cacat. Apalagi sampai segin
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 39 - Taktik Baru

Ulfa akhirnya dapat masalah besar atas perbuatannya. Ia mencoba menyabitase bahan dengan menyayatnya memakai gunting agar Jingga dipersalahkan atas masuknya bahan cacat ke dalam Line.Dan entah bagaimana caranya, Mbak Intan yang awalnya sudah mengamuk di cek bahan malah kini berbalik ke Line dan ganti mengamuk dirinya.Astaga! Ulahnya ketahuan. Meski tak tahu kalau pelakunya dirinya, tetapi Mbak Intan sudah memastikan kalau itu kesalahan dari pihak Line sendiri. Dan parahnya, penanggung jawab tukar rusak bahan di Line tak lain adalah Ulfa yang bagian penambahan.Ini sih senjata makan tuan, pikirnya menyesali perbuatannya itu. Niatnya memfitnah Jingga justru menyengsarakan dirinya sendiri kini. Hal mana membuatnya semakin dengki dan benci kepada Jingga. Bagaimana mungkin anak itu sampai tak ymtersentuh begitu, ya. Semua hal buruk yang dilakukannya untuk menjatuhkan Jingga sampai saat ini gagal total.Ia jad
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Chapter 40 - Miko feat Ulfa

Malam itu—untuk kedua kalinya—kencan Angkasa dan Jingga tidak berjalan lancar. Angkasa masih sangat marah atas kehadiran pria di masa lalu kekasihnya. Dadanya masih sesak ketika mengingat Miko memberikan nomor ponsel pada Jingga dan Jingga menerimanya tanpa sedikit pun menolak.Sementara itu, ada rasa tidak enak dalam hati Jingga. Dia merasa bersalah karena ingin menyimpan nomor Miko. Jingga tahu, Angkasa tak akan menerima alasannya dalam bentuk apa pun ketika dia memutuskan menyimpan nomor mantan pacarnya.“Kamu akan menyimpan nomor itu?” tanya Angkasa masih dengan wajah yang tak bersahabat.“Enggak. Aku enggak akan nyimpen itu.”“Jangan sampai perkataanmu berbeda dengan isi hatimu. Aku tahu kamu pengen nyimpen nomor Miko, kan?”“Kamu kenapa, sih?” Hati Jingga mulai panas. Angkasa selalu saja bisa membaca pikirannya. “Kamu nggak percaya sama aku hanya gara-gara Miko nga
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status