Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1821 - Bab 1830

2578 Bab

179. Tujuh Dewa Dari Barat

Suasana meriah menyambut dimulainya perayaan hari lahirnya Padepokan Dharma Semesta, semuanya berkumpul disebuah aula besar yang berbentuk elips. Tempat ini mengingatkan kita pada sebuah tempat dimasa romawi, tempat bertarungnya para gladiator. Coloseoum.Aula ini dirancang untuk menampung 50.000 orang, sehingga tak heran, tempat itu terlihat sangat penuh dan yang paling menjadi perhatian saat ini adalah murid-murid Padepokan Dharma Semesta yang saat ini berseliweran kesana kemari untuk menyiapkan berbagai macam hidangan dan keperluan para tamu. Semuanya terlihat begitu cantik dan anggun karena pada hari itu, semua murid Padepokan Dharma Semesta tidak ada yang mengenakan cadar seorangpun.Ribuan orang telah memadati tempat itu, baik dari kalangan pendekar, bangsawan ataupun masyarakat awam bercampur menjadi satu tanpa ada pembedaan. Di tengah-tengah aula besar itu terlihat sebuah arena besar yang dikelilingi oleh pagar-pagar tinggi disekeliling arena tersebut, dan diar
Baca selengkapnya

179. Bagian 2

“Selamat datang di Padepokan Dharma Semesta semua! semoga layanan kami sebagai Tuan rumah tidak mengecawakan, kalaupun mengecewakan, ya dimaklumin saja” sambung si pembawa acara lagi.“Kami ucapkan selamat datang kepada ketua-ketua perguruan yang telah berkenan hadir dalam acara kami ini, juga untuk tamu kehormatan kami, Tuan ketua dunia persilatan, Ksatria Pengembara” ucap si pembawa acara lagi.Bintang yang tengah duduk tenang ditempatnya, cukup terkejut mendengar namanya disebut seperti itu, sehingga kali ini suasana ditempat itu langsung berubah hening, semua perhatian langsung tertuju kearah Bintang yang berada diantara barisan kehormatan para ketua perguruan yang hadir ditempat itu. Bintang dengan cepat bangkit berdiri dan langsung mengatupkan kedua tangannya menjura hormat pada semua orang yang ada ditempat itu.Dalam sekejap saja, tempat itu langsung berubah riuh menggagap gempita nama besar Ksatria Pengembara sebagai ketua dunia
Baca selengkapnya

179. Bagian 3

Sore akhirnya datang menutup ajang unjuk kebolehan itu, tepuk tangan meriah menutup pertunjukan hari itu, mengiringi senja yang datang bersama mega-mega merahnya. Ribuan orang yang tadinya memenuhi aula Padepokan Dharma Semesta mulai pergi meninggalkan tempat itu.Malam itu…Gllarrrrr!Sebuah halilintar menggelegar dengan kerasnya dilangit, disusul dengan bergerombolnya awan hitam yang datang secara berbondong-bondong mulai menutupi langit, menandakan kalau tak lama lagi hujan akan segera datang.Tok… tok… Tok…!Diantara kerasnya suara halilintar yang menggelegar diangkasa, terdengar suara ketukan yang sangat pelan disebuah daun pintu. Tak lama terdengar langkah halus dari dalam kamar.Kreak…!Daun pintu itu terbuka, dari baliknya muncul sesosok lelaki muda tampan yang tak lain adalah Bintang. Bintang sendiri kini tampak menatap sesosok wanita yang mengenakan pakaian serba merah disekujur tubuhnya, j
Baca selengkapnya

179. Bagian 4

Hari ke-2 perayaan hari lahirnya Padepokan Dharma Semesta, aula besar yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang sudah dipenuhi oleh para tamu, baik itu tamu yang diundang maupun yang tak diundang. Semua sudah terlihat tak sabar untuk melihat adu kanuragan antar para pendekar. Tontonan gratis yang sangat jarang mereka saksikan. Di panggung kehormatan, Mahaguru Ummi Ayu dan kelima murid utamanya tampak baru saja hadir ditempat itu.Suasana yang biasanya riuh, kali ini tak terdengar terjadi, semua perhatian tampak tertuju kearah arena pertarungan dimana diarena pertarungan tengah berdiri tujuh sosok yang tentu saja sangat mereka kenali, karena ketujuhnya adalah Tujuh Dewa Dari Barat.Ke-7 Dewa Dari Barat tampak berdiri berkeliling membentuk lingkaran, lalu menjura hormat dihadapan semua orang yang ada ditempat itu. Kehadiran ke Tujuh Dewa Dari Barat dari arena pertarungan tentu saja menarik perhatian Mahaguru Ummi Ayu dan yang lainnya.“Saudara-saudaraku s
Baca selengkapnya

179. Bagian 5

Wuutt... Wuutt... Wuuttt....!Dewa rantai melesatkan rantai berujung besi kuncup ditangannya hingga melesat cepat kearah Jaya Sampoerna.Huupp...!Jaya Sampoerna bergerak cepat menghindar kesamping kanan, hingga rantai berujung besi kuncup itu lewat disebelah kirinya, tapi Dewa Rantai dengan cepat menarik rantai berujung besi kuncupnya kembali kearahnya begitu serangannya mengenai tempat kosong.Wuutt... Wuutt... Wuuttt....!Kembali Dewa Rantai melayangkan serangan rantai berujung besi kuncupnya kearah lawannya. Selanjutnya pertarungan keduanya berlangsung dengan sengit dan seru, baik Jaya Sampoerna maupun Dewa Rantai sama-sama memperlihatkan jurus-jurus yang memukau dan mengagumkan.Gerakan Dewa Rantai begitu cepat dan bertenaga, sementara gerakan Jaya Sampoerna sangat ringan dan cepat. Hal ini membuat pemandangan pertarungan keduanya jadi semakin menarik dan memukau pandangan bagi yang melihatnya, sampai-sampai semua yang ada ditempat itu
Baca selengkapnya

179. Bagian 6

Dhuar..!Kembali terjadi ledakan, saat jari tangan Jaya Sampoerna yang mengandung kekuatan ‘Jari Malaikat’ menghantam rantai yang digunakan oleh Dewa Rantai untuk memapaki serangannya tersebut.Sosok Dewa Rantai terhuyung kebelakang beberapa tindak, sementara Jaya Sampoerna masih berjumplitan diudara karena ledakan keras tadi.Wutttt...!Dengan pengalaman bertarungnya yang sudah tak diragukan lagi, selagi tubuhnya terhuyung kebelakang, Dewa Rantai langsung menarik rantai berujung besi kuncupnya dengan cepat hingga kini rantai berujung besi kuncup itu kembali mengincar sosok Jaya Sampoerna yang masih berada diudara. Jaya Sampoerna tentu saja terkejut melihat hal itu, tak ada waktu baginya untuk menghindar, kecuali ;“Hiiaatttt...!”Zuuttt...! Zuuttt...!Dua larik sinar hijau sebesar batang lidi melesat memanjang kearah rantai berujung besi kuncup milik Dewa Rantai.Dhuar...! Dhuar...!Dua
Baca selengkapnya

179. Bagian 7

Kedua tokoh sakti ini bertarung dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Gerakan-gerakannya sangat cepat, sulit diikuti mata biasa, sehingga yang terlihat hanya bayangan saja berkelebatan saling sambar. Tempat di sekitar pertarungan sudah porak-poranda. Debu mengepul ke angkasa menghalangi pandangan mata.Tak ada lagi terdengar suara ledakan di arena pertarungan, karena tebalnya debu yang mengepul ditempat itu. Semua menantikan apa yang telah terjadi di arena pertarungan antara Jaya Sampoerna dan Dewa Cambuk. Perlahan tapi pasti, angin yang berhembus kencang ditempat itu mulai mengusir debu tebal yang menutupi tempat itu, samar-samar terlihat dua sosok tubuh yang masih berdiri saling berhadapan, tapi ada yang aneh dengan sosok keduanya, karena kedua kaki mereka terlihat sama-sama terpendam kedalam tanah hingga sebatas lutut, sementara itu cambuk milik Dewa Cambuk terlihat membentang keras diantara keduanya, dipegang oleh masing-masing mereka, Dewa Cambuk memegang pangkal cambuk, se
Baca selengkapnya

179. Bagian 8

Jaya Sampoerna lalu kembali ketempat duduk rombongannya, sementara itu Sabdo Siji kini sudah berhadapan dengan si Tangan Dewa, kedua sosok ini hampir sama-sama mirip, baik dari bentuk tubuh maupun penampilan. Sungguh sangat kontras sekali diantara keduanya.“Aku si Tangan Dewa”“Aku Sabdo Siji...”Keduanya saling memperkenalkan diri satu sama lain dengan saling menjura hormat.Werrrr...!Si Tangan Dewa lebih dulu membuka kuda-kuda jurusnya dengan kedua tangan mengembang.Buugghh...! Buugghh...!Sabdo Siji menjejakkan kedua kakinya dengan keras ketanah, tapak kakinya yang besar menimbulkan suara keras hingga membuat getaran yang cukup kuat di arena pertarungan. Si Tangan Dewa hanya tersenyum sinis melihat hal itu, dan ;Wuutt.... Wuutt....! Wuutt....!Si Tangan Dewa lebih dulu berkelebat kedepan dengan jurus Tangan Dewa Menghantam Batu Karangnya.Buugghh... Buugghh... Buugghh...!Sabd
Baca selengkapnya

179. Bagian 9

Si Tangan Dewa sendiri juga tak lebih terkejutnya karena saat si Tangan Dewa bergerak untuk menghindari serangan lawannya, justru serangan lawannya ikut bergerak lebih dulu kemana tubuhnya bergerak, sehingga dengan telak serangan Sabdo Siji menghantam dadanya. Hal ini tentu saja mengherankan dan mengejutkan bagi si Tangan Dewa.“Awas serangan!” kembali terdengar Sabdo Siji memperingatkan.Deebb... Deebb... Deebb...!Sabdo Siji kembali melancarkan serangan Tapak Malaikatnya, kali ini si Tangan Dewa tak ingin kecolongan lagi, tubuhnya bergerak kedepan dengan tenaga penuh. Si Tangan Dewa terlihat ingin mengadu telapak dengan serangan lawannya, tapi saat serangan sudah semakin mendekat, Sabdo Siji justru bergerak menghindar adu serangan tersebut, bahkan ;Deesshh...!Kembali si Tangan Dewa dikejutkan, serangan Sabdo Siji tiba-tiba saja bergerak cepat menghantam dadanya dengan keras. Kali ini tubuh si Tangan Dewa bukan saja terhuyun
Baca selengkapnya

179. Bagian 10

“Rasakan kedahsyatan jurus ‘Tangan Dewa Menghantam Matahari’ ku ini!” ucap si Tangan Dewa dengan menahan luka dalamnya sendiri, sementara itu wajah Sabdo Siji terlihat berubah pucat mendengar hal itu, tapi ;“Akkhhh...!” dari mulut Sabdo Siji terdengar teriakan keras saat merasakan panasnya kedua tangan si Tangan Dewa yang telah mencengkram kuat kedua lengannya kini sudah merasuk kedalam lengannya. Sabdo Siji sungguh tak menyangka kalau si Tangan Dewa akan melakukan hal itu dan menyadari kalau tidak ada gunanya menyerah dengan keadaannya, maka ;“Kau ingin mengadu jiwa denganku, baik! ayo kita lihat, kekuatan siapa yang lebih unggul!” ucap Sabdo Siji menggeram penuh kemarahan.Tapp! Tapp!Tiba-tiba saja kedua tangan Sabdo Siji sudah balik mencengkram kedua lengan si Tangan Dewa, sehingga kini kedua-duanya tampak saling mencengkram satu sama lain.Tiba-tiba saja, jari-jari tangan Sabdo Siji me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181182183184185
...
258
DMCA.com Protection Status