“Selamat datang di Padepokan Dharma Semesta semua! semoga layanan kami sebagai Tuan rumah tidak mengecawakan, kalaupun mengecewakan, ya dimaklumin saja” sambung si pembawa acara lagi.
“Kami ucapkan selamat datang kepada ketua-ketua perguruan yang telah berkenan hadir dalam acara kami ini, juga untuk tamu kehormatan kami, Tuan ketua dunia persilatan, Ksatria Pengembara” ucap si pembawa acara lagi.
Bintang yang tengah duduk tenang ditempatnya, cukup terkejut mendengar namanya disebut seperti itu, sehingga kali ini suasana ditempat itu langsung berubah hening, semua perhatian langsung tertuju kearah Bintang yang berada diantara barisan kehormatan para ketua perguruan yang hadir ditempat itu. Bintang dengan cepat bangkit berdiri dan langsung mengatupkan kedua tangannya menjura hormat pada semua orang yang ada ditempat itu.
Dalam sekejap saja, tempat itu langsung berubah riuh menggagap gempita nama besar Ksatria Pengembara sebagai ketua dunia
Sore akhirnya datang menutup ajang unjuk kebolehan itu, tepuk tangan meriah menutup pertunjukan hari itu, mengiringi senja yang datang bersama mega-mega merahnya. Ribuan orang yang tadinya memenuhi aula Padepokan Dharma Semesta mulai pergi meninggalkan tempat itu.Malam itu…Gllarrrrr!Sebuah halilintar menggelegar dengan kerasnya dilangit, disusul dengan bergerombolnya awan hitam yang datang secara berbondong-bondong mulai menutupi langit, menandakan kalau tak lama lagi hujan akan segera datang.Tok… tok… Tok…!Diantara kerasnya suara halilintar yang menggelegar diangkasa, terdengar suara ketukan yang sangat pelan disebuah daun pintu. Tak lama terdengar langkah halus dari dalam kamar.Kreak…!Daun pintu itu terbuka, dari baliknya muncul sesosok lelaki muda tampan yang tak lain adalah Bintang. Bintang sendiri kini tampak menatap sesosok wanita yang mengenakan pakaian serba merah disekujur tubuhnya, j
Hari ke-2 perayaan hari lahirnya Padepokan Dharma Semesta, aula besar yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang sudah dipenuhi oleh para tamu, baik itu tamu yang diundang maupun yang tak diundang. Semua sudah terlihat tak sabar untuk melihat adu kanuragan antar para pendekar. Tontonan gratis yang sangat jarang mereka saksikan. Di panggung kehormatan, Mahaguru Ummi Ayu dan kelima murid utamanya tampak baru saja hadir ditempat itu.Suasana yang biasanya riuh, kali ini tak terdengar terjadi, semua perhatian tampak tertuju kearah arena pertarungan dimana diarena pertarungan tengah berdiri tujuh sosok yang tentu saja sangat mereka kenali, karena ketujuhnya adalah Tujuh Dewa Dari Barat.Ke-7 Dewa Dari Barat tampak berdiri berkeliling membentuk lingkaran, lalu menjura hormat dihadapan semua orang yang ada ditempat itu. Kehadiran ke Tujuh Dewa Dari Barat dari arena pertarungan tentu saja menarik perhatian Mahaguru Ummi Ayu dan yang lainnya.“Saudara-saudaraku s
Wuutt... Wuutt... Wuuttt....!Dewa rantai melesatkan rantai berujung besi kuncup ditangannya hingga melesat cepat kearah Jaya Sampoerna.Huupp...!Jaya Sampoerna bergerak cepat menghindar kesamping kanan, hingga rantai berujung besi kuncup itu lewat disebelah kirinya, tapi Dewa Rantai dengan cepat menarik rantai berujung besi kuncupnya kembali kearahnya begitu serangannya mengenai tempat kosong.Wuutt... Wuutt... Wuuttt....!Kembali Dewa Rantai melayangkan serangan rantai berujung besi kuncupnya kearah lawannya. Selanjutnya pertarungan keduanya berlangsung dengan sengit dan seru, baik Jaya Sampoerna maupun Dewa Rantai sama-sama memperlihatkan jurus-jurus yang memukau dan mengagumkan.Gerakan Dewa Rantai begitu cepat dan bertenaga, sementara gerakan Jaya Sampoerna sangat ringan dan cepat. Hal ini membuat pemandangan pertarungan keduanya jadi semakin menarik dan memukau pandangan bagi yang melihatnya, sampai-sampai semua yang ada ditempat itu
Dhuar..!Kembali terjadi ledakan, saat jari tangan Jaya Sampoerna yang mengandung kekuatan ‘Jari Malaikat’ menghantam rantai yang digunakan oleh Dewa Rantai untuk memapaki serangannya tersebut.Sosok Dewa Rantai terhuyung kebelakang beberapa tindak, sementara Jaya Sampoerna masih berjumplitan diudara karena ledakan keras tadi.Wutttt...!Dengan pengalaman bertarungnya yang sudah tak diragukan lagi, selagi tubuhnya terhuyung kebelakang, Dewa Rantai langsung menarik rantai berujung besi kuncupnya dengan cepat hingga kini rantai berujung besi kuncup itu kembali mengincar sosok Jaya Sampoerna yang masih berada diudara. Jaya Sampoerna tentu saja terkejut melihat hal itu, tak ada waktu baginya untuk menghindar, kecuali ;“Hiiaatttt...!”Zuuttt...! Zuuttt...!Dua larik sinar hijau sebesar batang lidi melesat memanjang kearah rantai berujung besi kuncup milik Dewa Rantai.Dhuar...! Dhuar...!Dua
Kedua tokoh sakti ini bertarung dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Gerakan-gerakannya sangat cepat, sulit diikuti mata biasa, sehingga yang terlihat hanya bayangan saja berkelebatan saling sambar. Tempat di sekitar pertarungan sudah porak-poranda. Debu mengepul ke angkasa menghalangi pandangan mata.Tak ada lagi terdengar suara ledakan di arena pertarungan, karena tebalnya debu yang mengepul ditempat itu. Semua menantikan apa yang telah terjadi di arena pertarungan antara Jaya Sampoerna dan Dewa Cambuk. Perlahan tapi pasti, angin yang berhembus kencang ditempat itu mulai mengusir debu tebal yang menutupi tempat itu, samar-samar terlihat dua sosok tubuh yang masih berdiri saling berhadapan, tapi ada yang aneh dengan sosok keduanya, karena kedua kaki mereka terlihat sama-sama terpendam kedalam tanah hingga sebatas lutut, sementara itu cambuk milik Dewa Cambuk terlihat membentang keras diantara keduanya, dipegang oleh masing-masing mereka, Dewa Cambuk memegang pangkal cambuk, se
Jaya Sampoerna lalu kembali ketempat duduk rombongannya, sementara itu Sabdo Siji kini sudah berhadapan dengan si Tangan Dewa, kedua sosok ini hampir sama-sama mirip, baik dari bentuk tubuh maupun penampilan. Sungguh sangat kontras sekali diantara keduanya.“Aku si Tangan Dewa”“Aku Sabdo Siji...”Keduanya saling memperkenalkan diri satu sama lain dengan saling menjura hormat.Werrrr...!Si Tangan Dewa lebih dulu membuka kuda-kuda jurusnya dengan kedua tangan mengembang.Buugghh...! Buugghh...!Sabdo Siji menjejakkan kedua kakinya dengan keras ketanah, tapak kakinya yang besar menimbulkan suara keras hingga membuat getaran yang cukup kuat di arena pertarungan. Si Tangan Dewa hanya tersenyum sinis melihat hal itu, dan ;Wuutt.... Wuutt....! Wuutt....!Si Tangan Dewa lebih dulu berkelebat kedepan dengan jurus Tangan Dewa Menghantam Batu Karangnya.Buugghh... Buugghh... Buugghh...!Sabd
Si Tangan Dewa sendiri juga tak lebih terkejutnya karena saat si Tangan Dewa bergerak untuk menghindari serangan lawannya, justru serangan lawannya ikut bergerak lebih dulu kemana tubuhnya bergerak, sehingga dengan telak serangan Sabdo Siji menghantam dadanya. Hal ini tentu saja mengherankan dan mengejutkan bagi si Tangan Dewa.“Awas serangan!” kembali terdengar Sabdo Siji memperingatkan.Deebb... Deebb... Deebb...!Sabdo Siji kembali melancarkan serangan Tapak Malaikatnya, kali ini si Tangan Dewa tak ingin kecolongan lagi, tubuhnya bergerak kedepan dengan tenaga penuh. Si Tangan Dewa terlihat ingin mengadu telapak dengan serangan lawannya, tapi saat serangan sudah semakin mendekat, Sabdo Siji justru bergerak menghindar adu serangan tersebut, bahkan ;Deesshh...!Kembali si Tangan Dewa dikejutkan, serangan Sabdo Siji tiba-tiba saja bergerak cepat menghantam dadanya dengan keras. Kali ini tubuh si Tangan Dewa bukan saja terhuyun
“Rasakan kedahsyatan jurus ‘Tangan Dewa Menghantam Matahari’ ku ini!” ucap si Tangan Dewa dengan menahan luka dalamnya sendiri, sementara itu wajah Sabdo Siji terlihat berubah pucat mendengar hal itu, tapi ;“Akkhhh...!” dari mulut Sabdo Siji terdengar teriakan keras saat merasakan panasnya kedua tangan si Tangan Dewa yang telah mencengkram kuat kedua lengannya kini sudah merasuk kedalam lengannya. Sabdo Siji sungguh tak menyangka kalau si Tangan Dewa akan melakukan hal itu dan menyadari kalau tidak ada gunanya menyerah dengan keadaannya, maka ;“Kau ingin mengadu jiwa denganku, baik! ayo kita lihat, kekuatan siapa yang lebih unggul!” ucap Sabdo Siji menggeram penuh kemarahan.Tapp! Tapp!Tiba-tiba saja kedua tangan Sabdo Siji sudah balik mencengkram kedua lengan si Tangan Dewa, sehingga kini kedua-duanya tampak saling mencengkram satu sama lain.Tiba-tiba saja, jari-jari tangan Sabdo Siji me
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig