All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 1771 - Chapter 1780

2578 Chapters

176. Bagian 22

WUUUTTT!Raja Siluman Buaya mengibaskan cengkraman tangannya yang besar kearah Bintang.“Hup!”Bintang melenting cepat ke udara, untuk menghindari kibasan cengkraman tangan Raja Siluman Buaya.WUUUTTT!Serangan cengkraman luput, Raja Siluman Buaya kembali memburu sosok Bintang dengan mengibaskan ekor dibokongnya yang besar.“Hup!”Begitu sempurna ilmu meringankan tubuh Bintang, hingga dengan menjejak udara, kembali Bintang melenting tinggi ke udara, untuk menghindari kibasan cengkraman tangan Raja Siluman Buaya.WUUUTTT! WUUUTTT! WUUUTTT!Raja Siluman Buaya terus memburu Bintang dengan dua cakar dan ekornya, hingga tempat itu benar-benar menjadi porak poranda karena ulah Raja Siluman Buaya dengan sosoknya yang besar.Batu-batu berukuran besar berterbangan, pohon-pohon yang tumbuh disekitar tempat itu tercabut dari akarnya dan jatuh kesana kemari, Raja Siluman Buaya benar-benar mengamuk deng
Read more

176. Bagian 23

Sementara itu, dengan mata melotot besar, Raja Siluman Buaya tampak menatapi bokongnya yang sudah buntung ekornya, berkali-kali Raja Siluman Buaya berpaling memandang kearah ekornya yang tergeletak tak jauh darinya, masih terlihat ekornya tampak bergerak-gerak sendiri ditanah. Hingga akhirnya ekor itu diam tak bergerak-gerak lagi, tapi ketika angin berhembus, ekor itu berhamburan menjadi debu-debu lembut yang tak bisa dikumpulkan lagi. Semakin terbelalaklah kedua mata Raja Siluman Buaya yang melihat ekornya sirna tepat didepan matanya.“Hentikan Raja Siluman Buaya! atau aku terpaksa membunuhmu!” terdengar pekik Bintang keras menggelegar hingga menyadarkan Raja Siluman Buaya yang masih terpaku ditempatnya, kepala Raja Siluman Buaya menoleh kearah Bintang yang tampak sudah berdiri dengan ukurannya yang kecil didepan sosok raksasa Raja Siluman Buaya, tampak Bintang masih menyilangkan Pedang Kristal Langit Yudha Manggala ditangannya.Raja Siluman Buaya menatap
Read more

176. Bagian 24

Malam kembali menyelimuti alam. Di tepian sebuah hutan yang cukup lebat belantara, terlihat nyala terang seonggok api unggun terlihat disalah satu tempat dihutan tersebut. Kita coba melihat lebih dekat, ternyata disekitar api unggun itu tampak 4 sosok tubuh yang tengah mengelilinginya. 3 sosok dara jelita dan 1 sosok lelaki muda tampan yang sepertinya tengah bercerita kepada ketiga sosok dara jelita yang ada dihadapannya. Dua diantaranya terlihat begitu antusias mendengar ceritanya, sementara satu sosok lagi tampak tak begitu perduli dengan semua itu.Bila kita menilik sosok ke-4nya, mereka tak lain adalah Bintang, Blorong, Rara Jingga dan Ayu Mayrissa. Sesekali terdengar tawa Blorong dan Rara Jingga mendengar cerita Bintang yang tengah menceritakan apa yang telah terjadi di alam lelembut siluman buaya, terutama tentang pertarungannya menghadapi Raja Siluman Buaya.“Ini benar-benar memalukan bagi Raja Siluman Buaya gusti, bagaimana mungkin seorang raja bangsa sil
Read more

176. Bagian 25

Kukuruyuk...Terdengar suara kokok ayam hutan ditengah malam yang mulai terasa dingin itu. Ini sungguh aneh, ayam kok berkokok ditengah malam, kata orang bila ada binatang yang bersuara ditengah malam itu pertanda tengah melihat sesuatu. Tapi entahlah, antara mitos dengan kenyataan sulit untuk membedakannya.Blorong tampak lebih dulu membuka kedua matanya, ditatapnya sosok adiknya, Rara Jingga. Dapat dilihatnya dari kedua belahan mata yang tertutup Rara Jingga mengalir air bening. Blorong mengangkat tangannya dan dengan lembut mengusap air mata yang mengalir tersebut. Rara Jingga terlihat membuka kedua matanya. Rupanya Rara Jingga tidaklah tidur.“Sepertinya kau sangat mencintainya Rara Jingga” ucap Blorong mengirimkan suara batinnya kepada Rara Jingga. Bukannya jawaban yang didapat oleh Blorong, tapi justru terlihat Rara Jingga semakin deras mencurahkan air matanya.“Apa kau sudah memikirkan tentang semua ini, Rara Jingga?”
Read more

176. Bagian 26

Bintang tersenyum dan dengan lembut Bintang mengangkat tangan kanannya meraih dagu Rara Jingga yang indah membelah itu, dan Bintang mengangkat wajah jelita itu hingga menatap kearahnya.“Ada apa Rara Jingga?” tanya Bintang dengan lembut.“Hamba.... hamba... hamba..” Rara Jingga benar-benar tak mampu mengeluarkan kata-katanya, lidahnya terasa kelu.“Katakan saja apa yang ada didalam hatimu Rara Jingga, jangan takut... Malam ini adalah malam terakhir kita bersama” ucap Bintang mencoba menenangkan hati Rara Jingga, wajah Rara Jingga langsung berubah mendengar perkataan Bintang.“Kenapa gusti berkata seperti itu? apakah gusti tahu apa yang ada didalam hatiku saat ini, ahh...” batin Rara Jingga semakin bingung. Rara Jingga berusaha meneguhkan hatinya.“Bolehkan hamba ikut menemani gusti?”“Jangan Rara Jingga, istriku lebih membutuhkanmu daripada aku” jawab Bintang hingga memb
Read more

176. Bagian 27

“Rara Jingga...”“Iya gusti”“Apakah kau belum punya kekasih?” tanya Bintang tiba-tiba, seketika wajah Rara Jingga tampak berubah mendengar pertanyaan itu.“Sudah, ini kekasih Rara Jingga” ucap Rara Jingga seraya mencium lembut telapak tangan Bintang dengan mesranya.“Aku serius Rara Jingga, katakanlah dengan jujur, aku takkan marah” ucap Bintang lagi. Rara Jingga terlihat terdiam sejenak seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.“Punya gusti”“Tapi kenapa?” tanya Bintang tanpa meneruskan ucapannya, Rara Jingga mengerti arti pertanyaan Bintang padanya.“Ratu melarangnya gusti”“Istriku melarangmu, tidak mungkin” ucap Bintang tak percaya.“Kekasihku itu adalah salah satu senopati dari Istana Laut Utara gusti” ucap Rara Jingga. Kali ini wajah Bintang yang berubah.“Istana Laut Uta
Read more

176. Bagian 28

Bukan saja keadaan Rara Jingga yang berubah, tapi Bintangpun mulai merasakan perubahan didirinya, nafasnya juga ikut-ikutan memburu. Bintang mencoba menahan dirinya dari nafsunya. “Cumbu aku, Gusti... ” Rara Jingga berbisik, hampir tak terdengar.Bintang tersenyum dalam keremangan.“Ada-ada saja permintaan Rara Jingga. Tetapi ... mengapa tidak?” pikir Bintangnya. Dengan tangannya, perlahan Bintang mengangkat wajah Rara Jingga yang masih berada didadanya, kini terlihat wajah jelita Rara Jingga yang masih memerah, pandangannya sayu menatap kearah Bintang Bintang mendekatkan bibirnya menyentuh bibir Rara Jingga dengan bibirnya. Nafas Rara Jingga menyerbu wajahnya, terasa semakin panas. Lalu, bibir Rara Jingga terbuka sedikit.Bintang mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka.Rara Jingga terdengar mendesah Gelisah.Terasa Rara Jingga menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh
Read more

177. Kutuk Asmara Dendam

SORE ITU, disebuah jalan setapak yang berada dipintu keluar sebuah desa, tampak sepasang muda mudi yang berjalan tak beriringan, maksudnya keduanya berjalan dengan menjaga jarak satu sama lain. Sosok yang berada didepan adalah sosok lelaki muda tampan dengan mengenakan jubah biru ditubuhnya. Sebilah pedang tampak tersampir dipunggungnya, rambutnya diikatnya kuncir seperti ekor kuda. Yang menarik dari wajah lelaki muda tampan ini adalah sebuah mutiara merah seukur batu cincin tampak menghias dikening diantara kedua alisnya, dikedua telinganya juga tampak mengenakan sepasang anting berwarna hitam berbentuk bulat. Sedangkan dibelakangnya, berjarak beberapa langkah tampak berjalan gontai sosok wanita, mengenakan pakaian serba merah dengan cadar yang juga berwarna merah, tubuhnya tidak terlalu tinggi seperti sosok rekannya, tapi tubuhnya sangat langsing bak gitar spanyol dengan bentuk tubuh yang sangat indah, rambutnya yang panjang hampir sepinggang juga dibiarkannya tergerai indah dihia
Read more

177. Bagian 2

Senja datang. Bintang dan Ayu Mayrissa tiba disebuah pintu gerbang desa dan Bintang memutuskan untuk menginap didesa itu. Mengambil 2 kamar disebuah penginapan yang sekaligus berfungsi sebagai rumah makan. Setelah menikmati makan malam ala kadarnya yang disediakan oleh rumah penginapan tersebut, Bintangpun memutuskan untuk beristirahat, sementara Ayu Mayrissa sudah lebih dulu masuk kedalam kamarnya tanpa banyak bicara.Di dalam kamarnya, Bintang letakkan Pedang Bintang Angkasa yang tersampir dipunggungnya diatas meja didekat ranjang. Melepaskan jubah dan pakaiannya. Setelahnya Bintang langsung menjatuhkan dirinya diranjang empuk tersebut. Setelah seharian menempuh perjalanan, rasanya begitu nikmat bertemu dengan kasur empuk.Tak lama, kedua mata Bintang sudah terpejam, walaupun begitu Bintang tidaklah tidur, Bintang masih memikirkan sikap dingin Ayu Mayrissa kepadanya, Bintang tak menyalahkan Ayu Mayrissa atas sikapnya itu, Bintang hanya berusaha untuk mencari
Read more

177. Bagian 3

“Oh iya!” ucap Bintang cepat seraya mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan menghadap kedepan sebagai tanda menerima hormat Blorong padanya. “Bangunlah Blorong” sambung Bintang lagi. Blorong pun segera bangkit dan kini berdiri dihadapan Bintang.“Ratu Dewi Kencana mengutus hamba kemari untuk menyampaikan pesan kepada gusti Yudha” ucap Blorong. Bintang tahu kalau Ratu Dewi Kencana yang dimaksud oleh Blorong adalah Ratu Alam Lelembut.“Raja Siluman Buaya memiliki seorang putri yang bernama Ratu Buaya Putih...” Blorong terus menceritakan tentang siapa adanya sosok Ratu Buaya Putih, sementara Bintang terus mendengarkannya dengan penuh perhatian sampai Blorong selesai bercerita.“Pesan Ratu Dewi Kencana, agar gusti selalu berhati-hati, karena Ratu Buaya Putih pasti akan membalaskan dendam ayahnya, Raja Siluman Buaya” ucap Blorong mengakhiri ceritanya.“Baik, sampaikan terima kasihku unt
Read more
PREV
1
...
176177178179180
...
258
DMCA.com Protection Status