Bintang tersenyum dan dengan lembut Bintang mengangkat tangan kanannya meraih dagu Rara Jingga yang indah membelah itu, dan Bintang mengangkat wajah jelita itu hingga menatap kearahnya.
“Ada apa Rara Jingga?” tanya Bintang dengan lembut.
“Hamba.... hamba... hamba..” Rara Jingga benar-benar tak mampu mengeluarkan kata-katanya, lidahnya terasa kelu.
“Katakan saja apa yang ada didalam hatimu Rara Jingga, jangan takut... Malam ini adalah malam terakhir kita bersama” ucap Bintang mencoba menenangkan hati Rara Jingga, wajah Rara Jingga langsung berubah mendengar perkataan Bintang.
“Kenapa gusti berkata seperti itu? apakah gusti tahu apa yang ada didalam hatiku saat ini, ahh...” batin Rara Jingga semakin bingung. Rara Jingga berusaha meneguhkan hatinya.
“Bolehkan hamba ikut menemani gusti?”
“Jangan Rara Jingga, istriku lebih membutuhkanmu daripada aku” jawab Bintang hingga memb
“Rara Jingga...”“Iya gusti”“Apakah kau belum punya kekasih?” tanya Bintang tiba-tiba, seketika wajah Rara Jingga tampak berubah mendengar pertanyaan itu.“Sudah, ini kekasih Rara Jingga” ucap Rara Jingga seraya mencium lembut telapak tangan Bintang dengan mesranya.“Aku serius Rara Jingga, katakanlah dengan jujur, aku takkan marah” ucap Bintang lagi. Rara Jingga terlihat terdiam sejenak seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.“Punya gusti”“Tapi kenapa?” tanya Bintang tanpa meneruskan ucapannya, Rara Jingga mengerti arti pertanyaan Bintang padanya.“Ratu melarangnya gusti”“Istriku melarangmu, tidak mungkin” ucap Bintang tak percaya.“Kekasihku itu adalah salah satu senopati dari Istana Laut Utara gusti” ucap Rara Jingga. Kali ini wajah Bintang yang berubah.“Istana Laut Uta
Bukan saja keadaan Rara Jingga yang berubah, tapi Bintangpun mulai merasakan perubahan didirinya, nafasnya juga ikut-ikutan memburu. Bintang mencoba menahan dirinya dari nafsunya.“Cumbu aku, Gusti... ” Rara Jingga berbisik, hampir tak terdengar.Bintang tersenyum dalam keremangan.“Ada-ada saja permintaan Rara Jingga. Tetapi ... mengapa tidak?” pikir Bintangnya. Dengan tangannya, perlahan Bintang mengangkat wajah Rara Jingga yang masih berada didadanya, kini terlihat wajah jelita Rara Jingga yang masih memerah, pandangannya sayu menatap kearah Bintang Bintang mendekatkan bibirnya menyentuh bibir Rara Jingga dengan bibirnya. Nafas Rara Jingga menyerbu wajahnya, terasa semakin panas. Lalu, bibir Rara Jingga terbuka sedikit.Bintang mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka.Rara Jingga terdengar mendesah Gelisah.Terasa Rara Jingga menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh
SORE ITU, disebuah jalan setapak yang berada dipintu keluar sebuah desa, tampak sepasang muda mudi yang berjalan tak beriringan, maksudnya keduanya berjalan dengan menjaga jarak satu sama lain. Sosok yang berada didepan adalah sosok lelaki muda tampan dengan mengenakan jubah biru ditubuhnya. Sebilah pedang tampak tersampir dipunggungnya, rambutnya diikatnya kuncir seperti ekor kuda. Yang menarik dari wajah lelaki muda tampan ini adalah sebuah mutiara merah seukur batu cincin tampak menghias dikening diantara kedua alisnya, dikedua telinganya juga tampak mengenakan sepasang anting berwarna hitam berbentuk bulat. Sedangkan dibelakangnya, berjarak beberapa langkah tampak berjalan gontai sosok wanita, mengenakan pakaian serba merah dengan cadar yang juga berwarna merah, tubuhnya tidak terlalu tinggi seperti sosok rekannya, tapi tubuhnya sangat langsing bak gitar spanyol dengan bentuk tubuh yang sangat indah, rambutnya yang panjang hampir sepinggang juga dibiarkannya tergerai indah dihia
Senja datang. Bintang dan Ayu Mayrissa tiba disebuah pintu gerbang desa dan Bintang memutuskan untuk menginap didesa itu. Mengambil 2 kamar disebuah penginapan yang sekaligus berfungsi sebagai rumah makan. Setelah menikmati makan malam ala kadarnya yang disediakan oleh rumah penginapan tersebut, Bintangpun memutuskan untuk beristirahat, sementara Ayu Mayrissa sudah lebih dulu masuk kedalam kamarnya tanpa banyak bicara.Di dalam kamarnya, Bintang letakkan Pedang Bintang Angkasa yang tersampir dipunggungnya diatas meja didekat ranjang. Melepaskan jubah dan pakaiannya. Setelahnya Bintang langsung menjatuhkan dirinya diranjang empuk tersebut. Setelah seharian menempuh perjalanan, rasanya begitu nikmat bertemu dengan kasur empuk.Tak lama, kedua mata Bintang sudah terpejam, walaupun begitu Bintang tidaklah tidur, Bintang masih memikirkan sikap dingin Ayu Mayrissa kepadanya, Bintang tak menyalahkan Ayu Mayrissa atas sikapnya itu, Bintang hanya berusaha untuk mencari
“Oh iya!” ucap Bintang cepat seraya mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan menghadap kedepan sebagai tanda menerima hormat Blorong padanya. “Bangunlah Blorong” sambung Bintang lagi. Blorong pun segera bangkit dan kini berdiri dihadapan Bintang.“Ratu Dewi Kencana mengutus hamba kemari untuk menyampaikan pesan kepada gusti Yudha” ucap Blorong. Bintang tahu kalau Ratu Dewi Kencana yang dimaksud oleh Blorong adalah Ratu Alam Lelembut.“Raja Siluman Buaya memiliki seorang putri yang bernama Ratu Buaya Putih...” Blorong terus menceritakan tentang siapa adanya sosok Ratu Buaya Putih, sementara Bintang terus mendengarkannya dengan penuh perhatian sampai Blorong selesai bercerita.“Pesan Ratu Dewi Kencana, agar gusti selalu berhati-hati, karena Ratu Buaya Putih pasti akan membalaskan dendam ayahnya, Raja Siluman Buaya” ucap Blorong mengakhiri ceritanya.“Baik, sampaikan terima kasihku unt
“Tentu saja boleh, Blorong. Mari.. kemarilah!” jawab Bintang meminta Blorong mendekat kearahnya. Blorong tentu saja tak menolak hal itu, dengan senyum sumringahnya, Blorong melangkah mendekati Bintang yang berada diatas ranjang.Di hadapan Bintang, Blorong menghentikan langkahnya. Mata Blorong tampak jelalatan menatap sosok Bintang yang tengah dalam kondisi tanpa pakaian bagian atasnya, sehingga dada bidang dan perut sixpac Bintang terlihat dengan jelas dimata Blorong.Glek!Blorong meneguk ludahnya.“Apakah gusti selalu tidur seperti ini?” tanya Blorong dengan nakalnya. Blorong lalu duduk ditepian ranjang disebelah Bintang.“Aku memang terbiasa tidur nggak pakai baju Blorong, kenapa?! ,” ujar Bintang.“Oh nggak pa-pa gusti, telanjang juga nggak pa-pa.”“Benar, aku telanjang nggak pa-pa,” ujar Bintang menggoda.Bukannya menjawab pernyataan Bintang, Blorong justru mulai
Malam akhirnya datang!Di pinggiran sebuah hutan, tepatnya didalam sebuah gubuk tua, tampak lamat-lamat terdengar suara erangan, rintihan dan desahan-desahan yang terkadang panjang terkadang pendek dari dalam gubuk tua tersebut. Kita tentu dapat mengenali suara apa itu, tentunya berasal dari pergulatan birahi yang terjadi didalam gubuk tersebut. Entah siapa yang berada didalam gubuk tersebut hingga suaranya semakin lama semakin terdengar keras keluar dari dalam gubuk tersebut.Braakkhhh...!Tiba-tiba saja pintu gubuk itu hancur seperti baru saja dihantam oleh sesuatu yang amat keras dari arah luar.“Dasar Manusia terkutuk Kalian!” sebuah teriakan keras terdengar dari luar gubuk hingga mengejutkan sepasang muda yang tengah memadu kasih didalam gubuk. Sang wanita terlihat masih berada diatas sang pemuda, terlihat dibagian bawah mereka masih menyatu, tubuh keduanya sudah bugil tanpa busana, hancurnya pintu gubuk itu dengan sangat keras tentu saja
“Bagus kalau masih mengenaliku lelaki terkutuk!” teriak sosok itu lagi yang rupanya memang Ayu Mayrissa.Wusshh!Tiba-tiba saja angin berhembus kencang ditempat itu, dan ; Weerrr...!Deb! Deb! Deb!Belasan obor yang ada ditempat itu tampak langsung menyala terang.Serrr!Di susul satu sosok tubuh yang melesat disebelah Jiwo Satrio, rupanya dia adalah Jonggrang. Jonggrang telah menghidupkan semua api obor ditempat itu sehingga kini tempat itu telah terang benderang.Jonggrang langsung menatap kearah sosok yang berdiri jauh darinya. Sosok itu kini sudah terlihat jelas dipandangan mata, wajah Jonggrang langsung berubah saat mengenali sosok yang tak lain adalah Ayu Mayrissa tersebut.“Ayu Mayrissa...” ucap Jonggrang pelan.“Bagaimana dia bisa berada disini? bukankah dia berada di istana siluman buaya?!” tanya Jonggrang pelan, seakan bertanya pada dirinya sendiri.“Saya juga ti