Home / Fiksi Remaja / Memantai [Tamat] / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Memantai [Tamat]: Chapter 31 - Chapter 40

52 Chapters

31. Gosok Gigi

Pagi itu matahari terbit terlalu awal. Pukul 9.08 cuaca sudah terasa begitu menyengat. Untungnya program pertama yang dilaksanakan oleh para mahasiswa KKN itu berjibaku dengan air. Sasaran mereka adalah para siswa sekolah dasar.Selayaknya anak-anak, apapun kegiatannya, kalau sudah berkaitan dengan air pasti mau tidak mau yang terjadi adalah bermain air. Program pertama itu adalah sosialisasi hidup bersih. Penanggung jawab program adalah Rianti.“Lingkaran kecil.. Lingkaran kecil.. Lingkaran Kecil..”Ridwan bernyanyi di depan barisan para siswa sambil memeragakan cara sikat gigi yang benar.Rianti, Emmy dan Riris berjalan di antara barisan para siswa sambil memeragakan dan mengecek satu per satu siswa. Ronco memastikan persediaan air di galon-galon keran. Lili memastikan peralatan lainnya tersedia seperti sikat, pasta gigi dan sabun cair. Wandi bertugas sebagai penanggungjawab dokumentasi. Ia berkeliling sambil membawa kamera.Lili
Read more

32. Program Kesehatan

Kegiatan peragaan kemudian akhirnya selesai. Kini saatnya para siswa memeraktekkan langsung teori yang sudah mereka pelajari tadi. Para siswa dibagikan sikat gigi dan pasta gigi berukuran mini serta gelas plastik. Di beberapa tempat sudah disediakan tampat cuci tangan dan mengambil air untuk berkumur. Para siswa berbaris bergantian menggunakannya.Ialah galon-galon berisi air bersih yang di bawahnya sudah terpasang katup keran. Di samping galon itu tersedia sabun cair yang kemasannya hanya tinggal ditekan untuk mengeluarkan sedikit sabun.“Ketua! Kamu tuh ya, bisa-bisanya narik aku buat ikutan maju,”protes Lili kepada Ridwan sambil memperhatikan para siswa melakukan aktivitasnya.“Ya biar seru aja, Kakak Cantik!”ucap Ridwan.“Heh! Tapi itu ga ada di briefing tahu!”ucap Lili seraya menepuk lengan Ridwan.“Duh! Galaknya! Sakit tahu! Aku kasih tahu anak-anak loh nanti kalau Kakak Cantik sekar
Read more

33. Jorok

Malam hari ini begitu cerah. Ketujuh mahasiswa KKN di Pulau Pahawang melakukan makan malam di tepi pantai bersama-sama, tidak seperti malam-malam sebelumnya.Makan malam dengan beralaskan tikar yang melapisi langsung pasir putih di pantai, dengan hiasan langit yang ramai akan gemerlap bintang membuat semarak malam ini. Mereka berkumpul untuk merayakan dan melakukan evaluasi kegiatan.“Elo lihat ga tadi siang, muka Wandi belepotan semua sama sabun. Hahaha..”ucap Emmy dengan semangatnya bercerita kemada teman-teman.“Iya! Ga nyangka gua kalau di kelompok kita ini ada dua orang yang konyol. Pertama Ridwan, kedua Wandi, besok siapa lagi ya kira-kira?”ucap Rianti menimpali.“Iya. Setuju gua. Ridwan tu gua ingat banget, dia nyengir kaya gini terus gosok gigi kan. Itu gua rasa ada juga lah anak-anak yang takut sama Ridwan. Kok ya pede gitu dia nunjukin giginya yang gede-gede itu,”sambung Ronco.“
Read more

34. Perasaan Ridwan

“Wan, terima kasih ya untuk hari ini,”ucap Lili. “Untuk hari ini? Di kegiatan di sekolah tadi?”ucap Ridwan. “Iya. Kamu udah ngajakin aku seru-seruan di depan anak-anak tadi. Awalnya sih aku malu, tapi setelah dijalani asik juga. Ga ada salahnya ternyata bersikap konyol itu. Hihihi,”ucap Lili dengan nada tenang kemudian diiringi dengan sedikit tawa kecil. “Iya. Aku juga senang. Justru aku yang terima kasih sama kamu, karena kamu udah nemenin aku pragaan di depan anak-anak tadi,”ucap Ridwan. “Tapi lain kali jangan cuma ngajak aku ya. Ajak yang lain juga,”ucap Lili. “Yah, aku kan maunya cuma sama kamu doang,”protes Ridwan. “Ya tapi kan..”ucap Lili ragu-ragu tanpa menyelesaikan ucapannya. “Kamu malu ya kalau kita tampil berdua?”tanya Ridwan. “Emh.. anu.. hihi..”ucap Lili ragu-ragu. “Apa karena Wandi?”tanya Ridwan. “Wandi? Ada apa dengan dia?”tanya balik Lili.
Read more

35. Masuk ke Hutan

Suatu pagi pukul 6.10.Lili keluar untuk jogging di pantai. Ia lari sendirian menyusuri pantai. Pagi itu udara begitu segar ia rasakan. Udara masih sejuk dan basah.Langkah Lili lalu terhenti di sebuah perbatasan areal terlarang. Daerah pantai disekat oleh pagar kayu tinggi-tinggi, sehingga tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Demikian pun daerah daratannya hingga ke hutan.Matahari baru saja terbit. Dari arah timur, Lili tiba-tiba melihat seseorang yang berdiri dan membentuk bayang siluet menutupi cahaya matahari. Sosok itu menggunakan celana pendek hijau gelap dan kemeja berwarna putih.Lili memandanginya penasaran. Orang itu lalu berbalik dan mengetahui kehadiran Lili. Dia ternyata adalah Wandi. Di lehernya ia mengalungkan tali yang menggantungkan kamera DSLR-nya.“Sejauh ini kamu mengikutiku?”ucap Wandi dari jarak yang sedikit jauh.“Hah! Ge Er! Siapa yang mengikutimu?”protes Lili.&ldquo
Read more

36. Lari di Pantai

Lili merasa takut. Ia lalu mendekati Wandi dan berusaha berdiri di sisinya, ia tidak ingin jauh-jauh dari Wandi. Tangan Lili ia kepalkan di depan dadanya.“Lebih baik kita pergi dari sini. Aku tidak ingin diseruduk babi hutan atau diserang kawanan beruk,”ucap Lili ketakutan.Wandi lalu kembali menarik tangan Lili dan membawanya keluar dari hutan dengan langkah yang cepat. Wajahnya masih terus tenang, yang dia khawatirkan hanyalah Lili. Ia tidak ingin melibatkan Lili dalam kegiatan rahasianya itu.“Dasar bodoh! Itu bukan babi hutan atau beruk. Itu adalah orang,”ucap Wandi sambil berjalan menarik Lili.“Hah? Bagaimana kalau kita dirampok!”ucap Lili yang semakin panik.“Harusnya tadi kamu tidak perlu mengikutiku! Bicaramu yang cerewet itu yang membuat kehadiran kita diketahui orang,”ucap Wandi.Langkah mereka berhenti di depan lepas pantai. Lili melepaskan pegangan tangan W
Read more

37. Pertolongan Darurat

“Lili.. Elu dari mana aja? Kok pulang bareng Bang Arif?” tanya Riris yang sedang menyapu halaman.“Aku habis jogging, Ris. Kebetulan ketemu dengan Bang Arif tadi. Wandi juga tadi..”ucap Lili yang lalu ragu-ragu untuk meneruskan ucapannya.“Wandi? Sama Wandi juga?” tanya Riris yang tercengang dan langsung menghentikan aktivitasnya menyeret sapu lidi.“Emh.. Aku ke belakang dulu, Ris. Kebelet. Hehe..”ucap Lili yang mengindar dari pertanyaan Riris.“Harusnya aku ga perlu cerita ke siapapun soal aku dan Wandi tadi. Kenapa bisa keceplosan sih,” gumam Lili yang sedang berjalan menuju kamar mandi.Tiba-tiba, ponsel Lili berdering. Ia tidak jadi masuk ke dalam kamar mandi. Ia pun segera menjawab panggilan telepon itu.“Li! Balik Li! Tolong aku!”ucap Wandi dengan suara parau yang seakan sedang menahan rasa sakit.Dengan cepat Lili berlar
Read more

38. Masa Lalu Wandi

Lili dan kedua nelayan itu berbicara di tempat yang agak berjauhan dengan Wandi. Lili bermaksud agar Wandi bisa bersikap tenang dan tidak perlu mendengarkan percakapan itu.Lili lalu berterima kasih atas bantuan kedua nelayan itu dan mereka pun meninggalkan Lili dan Wandi. Lalu, Lili kembali mendekat kepada Wandi.Lili memandangi Wandi dengan wajah yang lembut. Ia menghawatirkan keadaan Wandi. Ia melekatkan telapak tangannya di atas dahi Wandi, memastikan suhu tubuh Wandi. Wandi menatapnya dengan dalam.“Terima kasih, Lili,”ucap Wandi dengan suara yang lembut. Lili menjawabnya dengan sebuah senyuman. Wandi pun membalas senyuman itu.Lili duduk di sisi Wandi dengan memeluk lututnya. Ia memandang deburan ombak laut. Ia menunggui Wandi yang sedang berbaring memulihkan tenaganya yang sejak tadi terkuras.“Apa yang terjadi?”tanya Lili kepada Wandi.“Maksudmu?”tanya Wandi.“Kenapa
Read more

39. Es Buah Untuk Wandi

Matahari semakin meninggi, sudah saatnya makan siang diantarkan oleh petugas ketring kepada para peserta KKN di Pulau Pahawang itu. Ada yang berbeda dengan makan siang hari ini.Biasanya makan siang dilakukan di masing-masing penginapan. Penginapan peserta perempuan dan penginapan peserta laki-laki. Siang ini makan siang dilakukan bersama di halaman rumah penginapan peserta perempuan.Di sana terbentang rumput hijau yang terbentang bagaikan karpet. Suasana memang terik, namun pepohonan yang memagari halaman benar-benar membuat halaman menjadi sejuk.Semua peserta KKN membaur satu sama lain. Mereka mengobrol menurut kegemaran masing-masing. Ronco dan Ridwan mengobrol tentang acara olahraga kesukaan mereka, dan disana Riris turut menyimak.Amy dan Rianty membicarakan tentang hobi mereka khusus wanita. Sedangkan, Wandi dan Lili berdua, bercerita-cerita random namun terlihat seri.Tidak biasanya Wandi bersifat begitu cair seperti ini. Biasanya ia hanya
Read more

40. Perasaan Wandi

“Biar aku aja,” ucap Lili kepada Rianty yang akan memberikan minuman itu kepada peserta laki-laki.Riris meliriknya dengan mata curiga.“Pasti khusus untuk Wandi akan dibuat spesial deh,” gerutu Riris membatin.Lili lalu membawakan minuman itu kepada Ronco dan Ridwan. Sedangkan untuk Wandi, ia menyisihkan es batu dari dalam gelas minumannya dan terlebih dahulu menaruhnya di bawah terik matahari di dekatnya.“Itu apaan?” tanya Wandi.“Es buah,” ucap Lili yang tidak menunjukkannya kepada Wandi.Wandi pun tersenyum kepada Lili. Ia senang Lili sudah paham dengan keadaannya. Wandi berpikiran, Lili adalah orang yang dapat diandalkannya sekarang.Beberapa waktu pun berlalu. Wandi sudah bisa menyantas minuman segar yanng sudah tidak terlalu dingin itu. Sedangkan yang lain sudah selesai menghabiskannya, dan beberapa ada yang meminta tambah untuk diisikan kembali gelasnya dengan minuman itu.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status