Home / Romansa / My First Love is Paman (TAMAT) / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of My First Love is Paman (TAMAT): Chapter 61 - Chapter 70

101 Chapters

part 61 manis

Kalimat ambigu namun gadis itu dapat langsung memahami makna kalimat itu, Ira terperanjat dan langsung membenarkan posisi, sambil membenarkan rambut yang berantakan dengan perasaan tak tentu.Tiba-tiba Ira langsung pergi meninggalkan Lingga yang tengah duduk menahan diri."Huh." Lingga mengibas rambut sambil berusaha bertahan.Sementara itu, Ira duduk di balik pintu sambil menekuk lututnya."Hampir saja...," batinnya.Ira langsung melempar tubuhnya di atas ranjang sambil menghentakkan kaki sebab malu."Akh..!"....PAGI HARI...Setelah melewati malam yang rumit sendiri, Lingga sudah siap kembali bekerja menyelesaikan tugas untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Dia turun dengan kemeja putih berbalut jas hitam datang dengan sosok paling sempurna, senyuman serta perlakuan istimewa menjadi candu tersendiri bagi Ira setiap pagi."Kau masak apa hari ini?" tanya Lingga lembut sambil mengecup pipi Ira dari belakang.Tanpa sadar Ira mengusap pipinya sebab geli. Lingga yang melihat tindakan Ir
Read more

part 62 pencarian

Arey memberikan beberapa foto hasil penyelidikan, sementara itu Lingga menelaah setiap foto di depannya, berpikir menggunakan cara terbaik menyelesaikan semua masalah ini.Setelah melihat foto-foto tersebut, Lingga bersandar, berpikir keras hingga terlihat guratan kerutan di keningnya.Dalam situasi hening, tiba-tiba Rian mendapati sebuah panggilan telepon, lantas dia segera menjawab panggilan itu."Ada apa?" tanya Rian sambil menjauh."Rian, nona Agora!" .....DI RUMAH SAKIT...Beberapa perawat berjaga di sekitar kamar VIV tempat di mana Agora di rawat. Lingga bersama Rian datang dengan cepat kala mendapat kabar hilangnya Agora siang tadi yang berhasil membuat gempar seisi Rumah sakit termasuk dokter Samuel."Om, sudah di temukan?" tanya Lingga pada Samuel."Belum, menurut penyelidikanku sepertinya wanita itu kabur lewat pintu lain selain pintu masuk, dan dia melakukan aksinya saat para perawat lengah, bisa di bilang sekitar jam 10.00 pagi dia melakukan rencana pelarian itu," jelas
Read more

part 63 gemas

Lingga menarik lengan Agora menyeretnya hingga luar."Kalingga! Dengarkan aku dulu!" Bentak Agora, namun Lingga sama sekali tak menghiraukan sepatah kata pun yang keluar dari mulut wanita itu. Tiba-tiba dengan keras Lingga melempar lengan wanita itu hingga terjungkal sambil menahan perut yang semakin membesar."Akh...!" Rintih Agora. Wanita itu berkerut merasakan sakit yang timbul akibat benturan keras.Sementara itu Rian yang tengah terdiam di luar, diam menyaksikan kekejaman tuannya, walaupun dalam lubuk hati, tindakan tuannya ini bertolak belakang dengan rasa ibanya. pria bernama Kalingga itu berdiri dengan gagah menatap wanita di depannya dengan tatapan merendahkan."5 menit, aku beri kau 5 menit untuk menghilang dari hadapanku," ucap Lingga tegas.Agora tak bisa mendengar apa pun, dia menekan bagian perut yang terasa begitu nyeri, sekuat tenaga Agora menahan rasa sakit, namun tetap saja sebesar apa pun dia berusaha rasa sakit ini telah mengalahkan semuanya.......DI SEBUAH TEMP
Read more

part 64 bersamamu

Setelah melewati pagi yang menyenangkan, kini sepasang kekasih ini telah bersiap untuk menghabiskan waktu bersama.Setelah memasuki mobil mengkilap, Lingga menancap gas menuju sebuah tempat yang akan mereka tuju.....DI SEBUAH BUTIK...Butik ternama di ibu kota Lingga singgahi bersama sang kekasih, bersamaan dengan itu para pelayan membungkuk hormat untuk memberikan pelayanan terbaik.Ketika kaki mereka melangkah menuju ruang utama, ketika itu pula berbagai jenis gaun terpampang jelas berjejer menghadap mereka berdua.Lingga menoleh menatap Ira yang tak henti terpana mengagumi gaun-gaun yang memanjakan mata."Mau yang mana?" tanya Lingga.Ira berbalik dengan wajah bingungnya."Gaun?" tanya Ira sambil menaikkan alis."Iya gaun," jawab Lingga."Gaun untuk apa?" tanya Ira dengan wajah polosnya."Untuk berenang," jawab Lingga asal, sudah jelas bukan gaun-gaun yang terpampang saat ini seperti jenis gaun apa."Paman...aku serius..." Kesal Ira menampakkan wajah masam."Menurutmu semua gau
Read more

part 65 hanya ingin bersamanya

Rasa mual terus melanda Ira kala dirinya teringat makanan yang di hidangkan tadi."Akh...kenapa di dunia ini harus ada makanan seperti itu sih," gerutu Ira sambil melihat pantulan dirinya di cermin."Uwokhk..." Ira menahan perutnya kembali sambil menahan mual, kemudian melihat dirinya kembali yang tampak menyedihkan."Akh...jangan ingat... jangan ingat..." Pekik Ira sambil memukul kepala, untuk melepaskan ingatan tentang hidangan tadi. Hidangan beras yang dimasak dengan kaldu hingga menyerupai krim, membuat Ira teringat akan sesuatu."Ra, kau tidak apa-apa?" tanya Lingga dari luar sambil mengetuk pintu berusaha bersikap tenang."Ah...paman?" Batin Ira tersenggat sambil menoleh."Kau tidak apa-apa kan?" ucap Lingga kembali."Sebentar," lantas Ira segera mencuci tangan kemudian bergegas menemui pamannya di luar.Cklek..."Ah...Paman aku tidak apa-apa," jawab Ira sambil mengusap bibirnya bersikap layak baik-baik saja."Ini salahku..."ucap Lingga murung."Nggak, paman gak salah kok, harus
Read more

part 66 kram

Gadis berbalut selimut tertungkup menyelimuti diri, seraya menahan pencernaan yang terlihat menimbulkan nyeri. Kerutan kening kerap Lingga lihat terukir di dahi gadis kecilnya, dengan suara ringisan yang begitu halus terdengar."Demam," batin Lingga setelah merasakan suhu panas dengan telapak tangannya.Sesegera mungkin Lingga mencari kotak obat yang dia simpan di kamarnya, mencari solusi penyembuh yang sempat dia ingat dahulu."Ketemu."Lingga kembali menuju Ira yang masih terlihat kesakitan."Coba makan ini," ucap Lingga pelan. Namun Ira memalingkan wajah seakan menolak perintah Lingga."Coba sedikit saja," pinta Lingga kembali. Namun tetap saja Ira menolak bahkan dengan cara yang lebih jelas.Bimbang kini Lingga rasakan, melihat kekasihnya yang tampak kesakitan sendiri membuat Lingga seakan gagal menjadi pasangan sejati.Namun perjuangan Lingga menyelamatkan gadis itu dari rasa sakit tidak hanya sampai di sana saja, Lingga langsung merogoh ponselnya untuk mencari pertolongan lain y
Read more

part 67 kurungan

Deg..."Hubungi aku tanpa Lingga tahu, untuk saat ini, makanlah satu obat itu dulu, jangan sampai kau membuat Lingga curiga," ucap Kiel dari seberang sana.Tittt...Percakapan berakhir, Ira melihat layar ponsel di tangannya, menatap dengan pandangan penuh tanya."Apa yang dia katakan?" tanya Lingga."Ah...aku harus makan obat yang ini katanya," jawab Ira tersadar bersikap seakan tak terjadi apa-apa, lantas Ira segera meminum obat sambil memikirkan alasan mengapa sang pemberi obat memerintahnya demikian.....Menjelang malam Lingga masih setia menemani Ira, padahal Ira sudah lebih baik bahkan hampir pulih dari rasa sakitnya, walaupun demikian bagai anak kecil yang tengah di jaga sang ibu, Ira di hadapkan pada kondisi di mana dia harus diam dan membiarkan Lingga mengerjakan semuanya, memang hal ini terbilang kekanak-kanakan namun melihat Lingga sibuk demi dirinya juga terasa begitu menyenangkan."Butuh apa lagi?" tanya Lingga sambil memberikan segelas air susu."Sepertinya sudah," jawab
Read more

part 68 akibat malam itu

"Tuan mereka datang!" Seketika ketika mendengar teriakan itu kedua mata mereka membulat tersentak.Set....Dengan sangat cepat Lingga menarik lengan Agora memaksanya pergi bersembunyi secepat mungkin.Dalam ruang sempit, Lingga membungkukkan badan yang tak sesuai kapasitas ruangan. Begitu pun Agora, wanita itu membungkuk lelah dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah.Bak! bak!Suara bantingan terdengar hingga menggema di lantai paling bawah, tempat rahasia yang sengaja Lingga buat untuk memperketat keamanan villa di sudut kota, ruangan sempit dengan luas 4 meter persegi dan tinggi yang hanya mencapai 165 cm membuat Lingga tak sanggup menegakkan tubuhnya yang teramat tinggi.Bak!!"Keluar!" Bentak seseorang.Agora meringkuk dalam ruangan sempit yang terasa pengap, sangat kecil membuatnya tak bisa bernafas dengan tenang."Ah...aku...""Diam," ucap Lingga berbisik sembari memberikan sedikit ruang."Akh...aku tak kuat," ucap Agora terlihat sesak.Lingga menatap Agora, wanita satu ini
Read more

part 69 aku akan mengatakannya

Kiel yang mendengar itu seketika menatap Ira serius."Kau yakin?" tanya Kiel."Ya, aku yakin," jawab Ira dengan suara bergetar."Reaksimu tak menunjukkannya tuh," timpal Kiel."Seharusnya kau bahagia bukan? Bukannya ingin melenyapkannya, kau tahu bagaimana reaksi Lingga jika tahu kalau kau mengandung anaknya kau seharusnya senang," ucap Kiel."Aku belum siap, tolong jangan katakan apa pun padanya, aku tidak ingin dia mendengar kabar ini," ucap Ira masih tertunduk sembari meremas kain celananya."Jangan aneh-aneh, aku akan mengatakannya sekarang," ucap Kiel sembari merogoh ponsel."Ku bilang jangan! Kau tidak mendengarkan aku," bentak Ira sembari menahan ponsel Kiel, wajah penuh derai air mata dia tampakkan seakan inilah titik kehancuran."Jangan lakukan ini...kau tidak mengerti..." ucap Ira di iringi tangisan.Ira menangis di depan semua pengunjung kafe, dan seketika beribu pandang mendarat di wajahnya, menjadikan Kiel tersangka di balik tangisan itu."Sudah-sudah kau membuatku tertek
Read more

part 70 kabar bahagia

Pukul menunjukkan 15.00, Ira telah mengisi energinya kembali, kini tubuh gadis itu terasa lebih segar begitu pun perubahan emosi pada dirinya terasa lebih santai. istirahatnya kali ini benar-benar berfungsi dengan baik."Ehm...terasa lebih baik," gumam Ira sembari meregangkan otot lehernya.Dari depan pintu datang Kiel dengan nampan di atas tangannya. Ketika Kiel berada dekat dengan Ira, dia menyimpan nampan tersebut yang berisi sereal dan segelas susu hangat."Makan ini dulu," perintah Kiel.Lantas Kiel duduk menghadap gadis itu, Ira yang masih belum sepenuhnya sadar menatap makanan itu dengan wajah lugu. Ira mengambil mangkuk berisikan sereal kemudian menyantapnya hingga lenyap tak tersisa."EU......" Sendawa Ira."Jorok!" celetuk Kiel sambil menampakkan wajah jijik."Apa? sekali lagi?” ucap Ira seakan mengancam."Jorok, aku bilang JOROK," jawab Kiel."Kau ingin aku melempar mangkuk ini ke wajahmu ya?" ucap Ira serius."Tck..Dasar wanita," gerutu Kiel dalam hati."Iya, kau harus cep
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status