All Chapters of LOVE is YOU, Ra!: Chapter 151 - Chapter 160
230 Chapters
Bab 92 Komisaris Baru
“Apa maksudnya ini?! Siapa kalian?!” bentak Maura marah.“Oh ya, hampir saja lupa. Tentunya semua yang hadir di sini bertanya-tanya, siapa kami dan untuk apa kami datang. Perkenalkan, saya Anggita Danutirta perwakilan Eleven Corp Australia.”“Tidak perlu bertele-tele. Katakan saja apa maksud kedatangan kalian!” tukas Maura geram.“Danutirta? Bukankah itu artinya mereka satu keluarga? Ada apa ini sebenarnya?”“Ya, benar. Apa mereka saling tikung? Padahal satu keluarga, ya?”Mulut mulai bergunjing seiring pengakuan Anggita tentang identitasnya. Beberapa orang saling pandang dengan tatapan curiga, membuat Maura makin jengah.Damian melanjutkan menarik sandaran kursi dan mendudukkan dirinya dengan penuh gaya. Bibirnya menyeringai penuh kemenangan ke arah Rangga yang sejak tadi hanya diam.“Saya Damian Harrison, pemilik 30% saham Orion yang artinya pemilik saham terbesar. De
Read more
Bab 93-1 Satu Langkah Di Depan
“Bajingan kau, Rob! Aku menyuruhmu membeli saham Orion, bukan menjual saham Eleven. Jelaskan padaku, Bangsat!” hardik Damian seraya melempar map yang berisi beberapa lembar kertas ke dada bidang Robert.“Maaf, tapi aku hanya melakukan apa yang menjadi wasiat Vivian. Aku tidak bisa membiarkanmu hancur dan terjerumus karena rayuan perempuan lain, Dami.”“Apa maksudmu?!” bentak Damian lagi.“Mungkin kau lupa, saham Eleven tidak pernah benar-benar atas namamu, Dam. Kedua orang tuamu menyerahkan sahamnya atas nama Vivian dan Yuki. Kau hanya punya hak operasional bukan hak milik. Dan Vivian ingin aku menjual semua saham atas namanya dan Yuki pada Ranggapati. Aku hanya,”“Dasar bajingan!”Bug!Damian melayangkan sebuah pukulan ke rahang Robert sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya. “Jangan kau pikir aku tidak tahu, Bangsat! Kau menyimpan perasaan pada istriku! Dasar bajingan!&rdq
Read more
Bab 93-2
Teriakan Rangga hampir memecahkan gendang telinga saat matanya melihat Damian makin kuat mendorong kepala Maura dan mencekik lehernya. Sekelebat bayangan berhasil di tangkap ekor mata Damian, tapi sayang, gerakannya kurang tangkas menghindari tendangan kaki Reno.Desh!Dengan satu tangan menumpu pada meja lebar di depannya, Reno melompati meja dengan kaki kiri lurus terjulur ke depan menghantam belakang kepala Damian.“Arghh ...!” Damian terhuyung ke belakang seraya memegangi kepalanya.“Ringkus dia, Pak!” seru Reno pada Anton yang sudah berdiri siaga di ambang pintu.“Maura, Maura!” Rangga menopang kepala Maura yang terkulai. “Apa kau baik-baik saja?” tanyanya cemas.“A-air,” sahut Maura serak.“Ambilkan air!” teriak Rangga memberi perintah pada siapa saja yang mendengar.Langkah kaki takut-takut bergerak mendekat. Tangan kanan yang gemetar, mengulurkan bo
Read more
Bab 94 Kau Membuatku Takut (1)
“Apa?! Menculik Yuki? Kapan? Di mana?!” teriak Maura panik.Alih-alih menjawab kepanikan Maura, Anggita hanya menyeringai culas menatap wanita yang pernah merebut cinta pertamanya. “Katakan dulu pada suamimu untuk melepaskan kami dan mengembalikan semuanya. Baru setelah itu, aku akan pertimbangkan untuk memberitahumu atau tidak.”Tap. Srekk. Srekk. Brak.“Argh,”Rangga meraih leher Anggita dan menyeret tubuhnya beberapa langkah ke samping hingga punggung wanita itu menghantam dinding ruangan.“Kak! Lepaskan dia!” seru Maura panik.“Rangga! Dia bisa mati kalau kau cekik begitu!” teriakan Burhan tak kalah panik.“Persetan dengan nyawanya! Manusia yang tidak peduli dengan nyawa manusia lainnya, tidak layak hidup sebagai manusia. Bukan begitu, Anggita?” tanya Rangga seraya menekan leher Anggita ke dinding lebih kuat lagi sampai wajah mereka saling berdekatan.&
Read more
Bab 95-1 Kau Membuatku Takut (2)
Tubuh mungil Yuki terus meronta ingin melepaskan diri, kedua kakinya sibuk menendang udara membuat pria yang meringkusnya sedikit kewalahan.“Diam.”Pria itu mendesis di telinga Yuki disertai embusan napas kasar yang membuat kuduk gadis kecil itu makin meremang. Yuki makin ketakutan saat pria gempal itu membuka pintu sebuah mobil warna hitam dan memasukkannya ke dalam.“Yu-Yuki,” panggil sebuah suara dengan nada ketakutan.Brug.Yuki tidak tahu pasti, dirinya yang melompat turun atau pria gempal itu yang menghempaskan tubuhnya ke kursi penumpang. Yang pasti, lututnya terasa ngilu dan perih karena terbentur lantai mobil berlapis karpet hitam dari karet berpermukaan kasar.“Ahh,” rintih Yuki kala kulit lututnya robek.“Yu-ki,” panggil suara itu lagi.“Duduk tenang, jangan ribut.” Pria gempal tadi melontarkan peringatan bernada ancaman yang membuat dua bocah kecil itu sal
Read more
Bab 95-2
“Aaa ... aaa ...!” Lukas menarik kuat tangan Yuki bersamanya dan menerjang pria di depan mereka sekuat tenaga. Brug. Tubuh ketiganya limbung dan jatuh ke tanah dengan keras disertai erang kesakitan yang berasal dari pria yang memeluk erat tubuh Yuki dan Lukas. “Aargghh ...!” Yuki memberanikan diri membuka mata dengan cepat dan memastikan dugaannya. Benar, ini Paman Reno-nya. “Paman!” teriak Yuki senang bercampur marah. “Aah, auwh,” erang Reno lirih. “Kenapa kalian menyerangku?” tanyanya memelas. “Haish! Lepaskan aku!” bentak Yuki setelah lepas dari keterkejutannya. Reno melepaskan pelukannya hingga dua bocah kecil di atasnya bisa menyingkir.  Mereka bertiga bangkit dan merapikan diri hampir bersamaan. “Kenapa kau menyerang pamanmu?” tanya Reno lagi. Yuki mendelik tajam ke arah Reno dengan wajah merah padam. “Tanyakan saja pada dua pria itu!” tunjuk Yuki pada dua pria yang meringkus dan memba
Read more
Bab 96-1 Aku Kecewa, Tapi Mencoba Menerima
“Paman, apa benar dia sudah meninggal?” ulang Yuki, kali ini lengkap dengan isakan dan linangan air mata.“Tidak, dia tidak meninggal. Dia masih hidup, hanya saja, kau tidak bisa bertemu dengannya,” jawab Reno akhirnya.“Kalau dia masih hidup, kenapa aku tidak bisa menemuinya?” desak Yuki sambil mengguncang lengan Reno. Matanya yang basah menatap Reno dengan sorot penuh permohonan.“Yuki, tolong jangan desak aku. Tidak ada yang bisa aku lakukan.” Reno memalingkan wajahnya dari tatapan Yuki yang memelas.“Kau mungkin tidak bisa melakukan, tapi Panda dan Opa bisa. Paman, tolong antar aku pulang ke rumah Opa,” pinta Yuki tegas.“Tidak. Maura memintaku untuk membawamu padanya.” Reno berpaling menatap Yuki. “Yuki, dengarkan aku kali ini. Aku akan menjelaskan semuanya padamu segera, tapi untuk sekarang, kita pulang ke penthouse dulu. Bisa?”Alih-alih menja
Read more
Bab 96-2
“Bagaimana? Apa Maura masih marah? Apa kau berhasil membuat Maura mengerti dan memaafkanku? Apa Mama tahu yang terjadi barusan?” Rangga memberondong Reno dengan pertanyaan sejak melihat iparnya itu membuka pintu.Reno membanting tubuhnya ke sofa, mengabaikan ekspresi ingin tahu yang jelas tergambar di wajah kakak iparnya.“Whoi, Reno! Ditanya malah bengong.”“Bos, sepertinya Maura akan memulai perang dingin denganmu. Begitu juga tentara cilik yang selalu berada di sampingnya.”“Siapa? Yuki? Kenapa?”“Hhh, ini salahku. Dua orang yang baru keluar karantina aku tugaskan untuk menjemput Yuki. Maksudnya supaya tidak ada yang mengenali, ternyata ....” Reno hanya menggeleng tanpa melanjutkan kalimatnya.“Ternyata? Apa?”“Ternyata mereka beretindak berlebihan, terlalu bersemangat hingga Yuki merasa seperti sedang diculik,” sahut Reno lemas.Puk.
Read more
Bab 97-1 Lelah Fisik, Lelah Mental
Dua menit berlalu, tapi tidak ada respon dari dalam. Rangga terus berteriak memanggil Maura dan menggedor daun pintu dengan kepalan tangannya. Dengan gerakan tergesa, Rangga menekan beberapa angka dan mulai bicara.“Ren, suruh orang teknisi ke atas. Aku butuh mereka untuk membuka pintu rumahku!”Tanpa menunggu jawaban atau pertanyaan Reno, Rangga memutus sambungan dan mengulang tindakannya.“Maura! Jawab aku, Ra!”Dug dug dug.“Maura! Buka pintunya!”Klik.Pintu terbuka sedikit. Rangga melebarkan akses masuknya dengan cepat. Di depannya, Maura sedang setengah membungkuk memeluk perutnya dengan peluh membasahi dahinya.“Kak, Yuki.”Rangga mengangkat Maura dalam gendongan dan segera berbalik. Ia ingin membawa Maura ke Rumah Sakit, tapi Maura meremas bahunya.“Yuki, pingsan. Ehh,” ucapnya diselingi rintihan.“Reno sedang menuju kemari. Dia akan
Read more
Bab 97-2
Dua hari ini, Rangga sibuk mengurus Orion dan kasus terkait Damian dan Burhan. Ia nyaris tidak pernah tinggal lama di rumah, lebih banyak tinggal di kantor atau rumah Reno. Satu karena tidak ada Maura dan lainnya karena khawatir salah menjawab kecurigaan orang rumahnya. “Bang, ini titipan makanan dari Teh Yuni. Dan ini baju ganti yang diminta.” Reno mengulurkan dua buah kantong plastik ke hadapan Rangga. “Apa ada yang tanya tentangku?” tanya Rangga seraya menegakkan punggungnya. “Tidak. Mungkin karena kamu sudah memberitahu mereka akan tinggal di penthouse untuk sementara, jadi mereka tidak banyak bertanya.” Tubuh Rangga menyandar lemas ke sofa. “Baguslah,” ucapnya bertentangan dengan suasanya hatinya yang tidak bagus. “Apa Maura menghubungimu? Menanyakanku mungkin?” Reno menggeleng. “Dia bahkan tidak berkata sepatah kata pun saat aku mengantar Yuki sepulangnya dari Rumah Sakit. dia hanya sibuk memeluk dan menciumi Yuki.” Rang
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status